Title : You’re The Best
Author : Hardanti Novia Sari / Lee Hyun Bin
Cast : Lee Donghae (Suju’s Donghae)
Park Jin-yeo (OC or You)
Choi Siwon (Suju’s Siwon)
Genre : Romantic, Friendship, Humor (?)
Rating : PG-13
Length : Ficlet, One-shot
AN
: Annyeong! Ini fanfic ke duaku setelah ‘Lovely Dream.’ Apa ada
kemajuan? Komen ya readers? Selamat membaca, Gamsahamnida J
*******************************************************
Lee Donghae POV
Aku melihat
seorang yeoja sedang memilih sesuatu di deretan minuman. Ada sesuatu
yang membuatku ingin memperhatikannya. Yeoja ini sangat casual,
pakaiannya simpel tetapi sangat menarik ketika ia mengenakannya. Celana
jeans pendek berwarna abu-abu dengan kaos putih yang cukup ketat.
Tangannya dihiasi dengan beberapa gelang berwarna. Benar-benar pas
dipakai untuknya. Kulitnya putih bersih, rambut coklatnya panjang
melebihi bahu. Badannya ideal walau tidak terlalu tinggi. Tapi
melihatnya sedang sibuk memilih sebuah minuman, membuatnya tampak manis
dan sangat menarik perhatian.
Aku melihatnya
telah memutuskan untuk mengambil sebuah minuman soda dan memasukkannya
ke dalam keranjang belanja. Ia berbalik ke arah dimana aku dapat
melihatnya lebih jelas. Dengan tersenyum, ia mendorong keranjang
belanjanya. Aku seperti mengenalinya sejak tadi. Hanya saja aku tidak
yakin. Begitu aku melihat wajahnya dengan jelas, terbayang wajah
yeojachinguku. Aku ragu itu dia, sampai aku melihatnya mengenakan kalung
dengan liontin berbentuk hati yang memantulkan cahaya. Kali ini aku
yakin aku mengenalinya. Aku perhatikan lagi dengan cermat agar tidak
salah. Itu memang dia, tidak salah lagi. Dia yeojachinguku. “Park
Jin-yeo”
Yeoja yang aku
panggil menoleh ke arahku. Aku melambaikan tangan padanya dan segera
mendekatinya. Dia seakan terkejut dengan kedatanganku, tapi ia hanya
tersenyum manis dan melambai padaku juga. Ketika aku sampai di depannya,
dia menyapaku. “Annyeong Donghae oppa”
“Annyeong. Aku
tadi hampir tidak mengenalimu. Tetapi kau memakai kalung pemberianku
jadi aku yakin itu kau” ujarku menjelaskan. Memang dia tidak
menanyakannya, tetapi aku ingin mengataknnya saja. Dia melihat kalung
pemberianku, memegangnya, kemudian tersenyum dan kembali menatapku.
“Kalung ini bagus
tidak jika aku pakai seperti ini?” tanyanya padaku. Aku membalasnya
dengan anggukan. Dia memang terlihat sangat cantik, jauh dari yang
pernah aku duga. Melihat jawabanku dia tersenyum. “Oppa dari mana?”
“Aku dari toko
itu” jawabku sambil menunjuk salah satu toko pakaian yang dapat dilihat
hari tempatku berdiri. Jin-yeo mengikuti arah tanganku dan mengangguk
mengerti ketika melihat toko yang ku maksud. Ia kembali menatapku. “Kau
kemari dengan siapa?”
“Dengan keluargaku” jawabnya.
“Ne? Aku ingin
bersama denganmu saat ini. Anggaplah ini kencan pertama kita. Kau mau?”
rayuku padanya. Dia terlihat menimbang-nimbang keputusan. Ia menatapku
dan aku menunjukkan mimik wajah memohon padanya. Ia menghela nafas dan
tersenyum.
“Ne. Tapi apa oppa
mau mengantarku pulang? Keluargaku tidak mungkin menunggu aku yang
sedang berkencan denganmu bukan? Eotteoke(bagaimana)?” tanyanya padaku.
“Munje eobji(tidak
masalah). Apa yang tidak untukmu, jagiya?” kataku sedikit merayu
padanya. Dia terlihat malu dengan ucapanku. Mukanya terlihat memerah dan
ia menundukkan kepala dengan tersenyum. Sangat manis.
“Oppa! Jangan
menggodaku begitu. Aku akan memberitahu eomma dan appa dulu. Tunggu
sebentar, ne?” katanya setelah berhasil mengontrol dirinya. Aku
mengangguk dan ia berjalan menjauhiku. Aku hanya melihat punggungnya
yang perlahan menjauh, dengan penuh tanda tanya di kepalaku.
- Flashback
“Kau akan menembaknya?” tanya Siwon padaku.
“Ne. Waeyo? Apa
aku salah?” tanyaku balik kepadanya. Dia menghela nafas panjang.
Kemudian ia mengedarkan pandangannya keseluruh sudut kelas memastikan
tidak ada yang mendengar pembicaraan dua namja tampan ini. Bukannya aku
menyombong, tapi kami cukup dikenal di sekolah ini dan kami tampan.
“Anio, tapi masih
banyak yeoja yang lebih cantik dari pada dia. Yeoja-yeoja di sekolah
kita banyak yang menyukaimu dan lebih populer daripada dia, yang
menurutku tidak sesuai untukmu” lanjutnya.
“Munje eobji.
Walaupun menurut teman-teman dia itu tidak terlalu cantik dan populer,
tapi bagiku dia itu cantik luar dan dalam. Hanya dia tidak memperdulikan
penampilannya” ujarku membela.
“Ne. Karena dia
tidak memperdulikan penampilannya, dia tidak laku” ucapan Siwon kali ini
benar-benar menyulut emosiku. Tapi untungnya, emosiku masih bisa ku
kendalikan. Aku menatap tajam matanya.
“Jangan berkata
sembarangan tentang dia apalagi di depanku” kataku ketus. Dia hanya
memutarkan matanya. Dia itu tidak sopan sekali menjelek-jelekan yeojaku.
Maksudku calon yeojaku. Aku harap dia akan menerimaku nanti.
Membayangkannya membuatku tersenyum sendiri.
“Aish, kau buta
oleh cinta” ucap Siwon. Memang aku buta oleh cinta, tapi aku yakin
pilihanku tepat. Sebelumnya aku belum pernah merasakan cinta yang
seperti. Rasanya benar-benar membuatku melayang. Aku tidak bisa
mengutarakannya. Rasanya terlalu rumit dan menyenangkan. Seperti ketika
kau menyukai coklat dan kau menemukan gudang coklat yang boleh kau ambil
sesuka hatimu. Menyenangkan? Lebih dari menyenangkan.
“Ne. A! Itu dia”
ucapku ketika melihat yeoja yang berjalan cepat melewati kelasku. Aku
segera berlari untuk mengejarnya. Siwon aku biarkan melongo di kelas
sendirian. Aku melihatnya di ujung koridor. Segera aku memanggilnya
dengan keras. “Park Jin-yeo!”
Dia menghentikan
melangkahnya dan memutar badan ke arahku. Setelah berlari-lari ria, aku
sudah di depannya sekarang. Dia terlihat biasa secara penampilan, tetapi
luar biasa cintaku padanya. Dia terlihat bingung dengan kehadiranku
yang terengah-engah mengejarnya. “Donghae-ssi. Waeyo?”
Park Jin-yeo POV
Aku bingung dengan
keadaannya saat ini. Dia bernafas dengan tersengal-sengal. Apa mungkin
karena mengejarku? Mwo? Mengejarku? Untuk apa ya? Dia ini bisa membuatku
gila dan salah sangka. Selama ini aku sudah cukup senang dapat berteman
baik dengannya. Banyak yeoja yang ingin mengenalnya lebih jauh, dan aku
beruntung mendapatkan kesempatan itu. Hingga dia membuatku gila karena
aku takut aku tidak dapat mengendalikan perasaanku. Saat ini saja aku
sangat gugup. “Jangan memanggilku seformal itu. Kita kenal baik satu
sama lain”
“Ne, Donghae oppa”
jawabku padanya. Rasanya aneh ketika memanggilnya oppa. Seperti terlalu
akrab. Aish, jantungku berdetak tak karuan. Seperti mau meledak. Dan
sekarang dia malah mendekatiku beberapa langkah hingga jarak kami hanya
beberapa centi saja. Ia membungkukkan badannya, mendekatkan kepalanya
dan menatapku lekat sambil tersenyum.
“Itu bagus”
setelah berkata seperti itu ia kembali ke posisi berdiri seperti semula.
Tapi jantungku tidak seperti semula. Berdetak lebih tak karuan daripada
tadi. Aku rasa aku masih bisa mengontrol perasaanku padanya, badanku
tidak panas seperti biasanya. Aku harap mukaku tidak akan semerah tomat
kali ini.
Setelah jantungku berdetak dengan agak lebih lambat, aku mendongakkan kepalaku. “Waeyo?”
“Bisa kita bicara
lebih banyak di kantin sekarang?” ucapnya padaku. Aku hampir saja
mengiyakan ajakannya sampai aku teringat dengan tugasku saat ini. Aku
ingin berkata tidak, tapi aku tidak rela membiarkannya pergi dan
membatalkan bicaranya padaku. Biarlah aku lama-lamakan pembicaraan ini.
“Kenapa tidak di sini? Aku harus memberikan laporan ini sebelum istirahat selesai” ucapku padanya. Tugas ini membebaniku saja.
“Ne? Geureom, kita bisa bertemu di kantin sepulang sekolah?” tanyanya padaku.
“Ne” jawabku singkat.
“Sampai berjumpa
nanti. Annyeong” ucapnya sambil berlalu. Aku merutuki diriku sendiri
sambil berjalan menuju ruang guru. Kenapa aku hanya berkata sesingkat
itu. Babo! Sudahlah, nanti juga akan bertemu lagi. Tapi untuk apa ya?
Kebetulan sekali dia minta berbicara seperti ini.
*
“Waeyo oppa?”
tanyaku pada Donghae. Sekarang kami ada di kantin. Tidak banyak yang ada
disini sekarang. Aku dan Donghae duduk di sisi paling pinggir kantin.
Aku penasaran dengannya. Ada apa ini?
“A.. Aku ingin tanya” ucapnya tergugup padaku. Aku memiringkan kepalaku. Aku tidak mengerti dengannya. Kenapa gugup?
“Tanya apa?”ucapku pada akhirnya.
“Apa kau mau menjadi yeojachinguku?”
DEG!
Mendengar itu aku
membelalakkan mataku. Mwo? Dia bilang apa? Apa aku salah dengar? Dia
minta aku jadi yeojachingunya? Banyak sekali pertanyaan yang bekelit di
pikirannku. Tiba-tiba dia melanjutkan, “Selama ini aku menyukaimu. Anio,
aku mencintaimu. Bagaimana denganmu? Apa kau mencintaiku?”
Tanyanya dengan
singkat tapi cukup membuat jantungku berdebar-debar tak karuan,lagi. Apa
dia serius? Aku menatap matanya, mencari sebuah kesungguhan. Dia
membalas tatapanku dengan hangat dan tulus. Aku menundukkan kepalaku.
Aku tidak terlalu bisa menatap mata orang dengan lama. Apalagi namja di
depanku ini. Aish, rasanya seperti akan meleleh(?). Aku berpikir terus.
Aku ingin langsung mengatakan ‘iya.’ Tapi rasanya mulutku tercekat.
Dengan susah payah aku mengucapkannya. Satu kata yang ingin ku katakan
untuk mewakili perasaanku. Aku menarik nafas panjang untuk mengendalikan
diriku. “Ne”
“Jadi kau mau
menjadi yeojachinguku?” ucapannya benar-benar membuat jantungku
bertambah tak karuan. Tidak teratur dan membuatku berkeringat dingin.
Dia menggenggam
kedua tanganku. Aku terkejut dan menatapnya. Dia menatapku lekat. Aku
menundukkan kepalaku lagi. Kali ini aku rasa mukaku sudah memerah. Aku
tidak mungkin memungkiri perasaanku. Aku menjawabnya dengan yakin. “Ne”
“Yaho!” dia
bersorak keras seolah mendapat pohon uang(?). Beberapa teman yang ada di
kantin menatap kami aneh. Aku tidak memperdulikannya. Aku senang
ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. “Bagaimana kalau kita
berkencan besok?”
Lee Donghae POV
“Anio oppa. Mianhae, besok dan lusa aku ada acara. Bagaimana kalau tiga hari lagi?” ucapnya padaku.
“Aigo” rasanya aku sangat kecewa dengan ucapannya.
“Donghae oppa.
Jangan marah. Aku benar-benar menyesal tidak bisa berkencan dengan oppa.
Sebagai gantinya aku akan memberikan oppa ini” dia bangkit dari
tempatnya dan memelukku. Aku terkejut dan senang. Aku membalas
pelukannya erat. Seakan tak ingin melepaskannya, malahan aku berpikir
untuk memberikan lem pada kami agar terus erat(?).
“Jagiya, aku tidak
marah karena kau memberiku pelukan hangatmu. Tapi kau janji ya? Tiga
hari lagi, ne?” ucapku padanya. Ia melepaskan pelukannya, menatapku, dan
tersenyum hangat.
“Ne. Sekarang aku
pulang dulu oppa. Annyeong” ucapnya kemudian berlalu. Baru beberapa
langkah ia berbalik menghadap ke arahku. Aku melambaikan tanganku. Dia
tersenyum kemudian melambaikan tangannya juga.
- Flashback end
Aku tidak pernah
menyangka yeojachinguku yang aku kenal tidak terlalu pandai berpakaian
ternyata sangat hebat dalam memadukan pakaiannya. Aku bukannya
namjachingu jahat yang bahkan tidak mengenali yeojanya. Aku hanya tidak
menyangka kenyataan ini berbanding terbalik dengan apa yang aku tau. Aku
sudah mencari informasi dari berbagai sumber. Aku tau dia suka makan
apa, alergi apa, warna kesukaannya apa, dimana tempat tinggalnya,
idolanya, bakat-bakatnya yang tersembunyi, dan hal-hal lainnya. Tapi
rupanya yang satu ini terlewatkan.
Aku melihat
Jin-yeo berlari-lari kecil ke arahku. Kemudian kami jalan beriringan
sambil bergandengan keluar toko. Setelah menaiki eskalator, dia berhenti
berjalan. Refleks aku ikut berhenti dan menoleh padanya. Ia memandangi
sesuatu dengan tersenyum. Setelah itu ia menatapku dengan senyum
manisnya. “Oppa, kau mau menemaniku melihat-lihat pakaian di tempat
itu?”
“Dengan senang
hati jagiya. Panggillah aku jagiya jangan oppa, ne?” pintaku padanya.
Mendengarnya memanggilku oppa, membuatku merasa tua.
“Tapi oppa lebih tua satu tahun dariku” katanya.
“Hanya satu tahun. Tidak ada masalah bukan?”
“Ne, oppa. Maksudku, ne jagiya” ucapnya ketika salah menyebutku.
“Eoseo(ayo)!” aku
senang mendengarnya. Aku mengajaknya masuk ke butik yang ia maksud. Ia
terlihat senang memilih-milih pakaian yang ada. Aku mengedarkan
pandanganku. Pakaian disini cukup trendy dan harganya terjangkau. Pantas
saja tempat ini cukup penuh dengan pelanggan. Aku juga ingin
melihat-lihat. Aku berjalan menuju deretan pakaian pria. Akhirnya aku
dan Jin-yeo tidak membeli satupun. Tidak ada yang cocok dan menarik bagi
kami.
Sekarang kami
sedang menikmati suasana cafe setelah makan siang. Aku terus
memperhatikannya yang sibuk melihat pemandangan di luar sana. Kemudian
ia menoleh padaku dan tersenyum lagi. “Gomawo jagiya. Aku senang kita
bisa berkencan sekarang dan bukan besok. Lebih cepat lebih baik”
“Ne. Aku juga senang. Jagiya, aku boleh bertanya sesuatu?” tanyaku hati-hati padanya.
“Wae andwae(kenapa tidak)” tanyanya padaku.
“Kau terlihat
sangat cantik dan sangat casual saat ini. Kenapa ketika di sekolah kau
lebih sering mengucir rambutmu dan tidak menunjukkan sisi casualmu
seperti sekarang? Kau punya alasan tertentu?” tanyaku langsung.
“Hahaha. Untuk apa
menunjukkannya? Membuat para lelaki di sekolah terpesona olehku? Nanti
bagaimana nasib oppa?” katanya bergurau. Aku terkekeh mendengarnya.
Ternyata yeojachinguku ini humoris juga.
“Aigo, kau ini
sangat percaya diri rupanya” sangkalku. Mendengar itu dia tertawa
ringan. Melihatnya tertawa seperti ini adalah sesuatu yang menyenangkan.
Aku kembali kepertanyaanku tadi karena aku masih penasaran. “Aku
bersungguh-sungguh. Kenapa? Kau bisa membuatku mati penasaran. M..
Mungkin jangan mati, aku masih ingin disisimu selalu” ralatku menyadari
ucapan anehku.
“Jagiya, apa kau
malu jika aku seperti itu di sekolah?” tanyanya dengan nada yang sendu.
Mendengarnya aku jadi merasa bersalah karena bertanya seperti itu.
“Anio! Sama sekali
tidak! Aku sangat senang memilikimu dan aku tidak pernah malu
memamerkanmu sebagai yeojachinguku” jawabku dengan lantangnya. Aku takut
dia salah paham dengan pertanyaanku. Mungkin lebih baik aku lupakan
saja pertanyaan anehku itu daripada membuatnya salah sangka dan
menangis. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika aku membuatnya
menangis. “Sudahlah, tidak usah memikirkan pertanyaanku jika itu
membuatmu tidak nyaman”
“Jagiya, kau mau
tahu alasannya?” tanyanya. Aku jadi bingung (galau deh!). Ingin
mengatakan tidak padahal aku sangat penasaran. Tiba-tiba ia melanjutkan,
“Aku ingin mencari kesungguhan cinta. Tidak hanya melihatku dari
penampilan. Dan ternyata oppa yang melihatku tidak dari penampilanku.
Aku senang. Tadinya aku akan memberi kejutan besok, dengan bergaya
seperti ini juga. Tapi ternyata aku yang dikejutkan karena tiba-tiba
bertemu kau. Hahaha”
Mendengarnya aku
jadi ikut tertawa dan menemukan fakta baru. Aku rasa benar kata
sahabatnya beberapa hari lalu, dia mungkin punya trauma dengan cinta
dimasa lalunya. Tapi aku tidak akan mengobati traumanya dengan cintaku
yang tulus. Aku tersenyum dan berkata padanya, “Jagiya, kau benar-benar
membuatku bangga memilikimu. Membuatku mengetahui dalam dari dirimu. Aku
tidak menyangka kau secantik ini. Cantik di luar dan di dalam. Kau
percaya tidak? Aku tahu suara emasmu itu. Hanya saja ketika kau
bernyanyi kau tidak menonjolkan kemampuanmu itu kan?”
“Oppa? Kau tahu
darimana? Aku tidak suka pamer” katanya. Aku tersenyum mendengar jawaban
itu. Ia melanjutkan, “Oppa jagiya, aku juga tahu kalu kau sangat pandai
menari. Lee Donghae, namjachingu dari Jin-yeo, si penari terbaik di
sekolah”
“Itu juga semua
teman-teman tahu” kataku menyombong. Ia tertawa kecil mendengar
ucapanku. “Dan kau, Park Jin-yeo yeojachingu dari Donghae, penyanyi
terbaik sekota Seoul”
“Oppa, jangan
membuatku malu” katanya. Aku mengucapkannya dengan cukup keras an
lantang, seolah membacakan deklarasi kemerdekaan(?). Setidaknya ucapanku
membuat pengunjung cafe memperhatikan kami dengan aneh. Aku tidak
peduli itu, rasanya luar biasa senang memiliki yeoja seperti Park
Jin-yeo ini. Dia sangat manis dan rendah hati. Aku semakin yakin
pilihanku tidak salah.
Author POV
Tiba-tiba seorang
pelayan cafe mendatangi mereka dan meminta Park Jin-yeo untuk
menyanyikan lagu. Mungkin itu efek karena Donghae berucap terlalu keras
tadi. Jin-yeo terlihat bingung, tapi akhirnya ia maju dan menyanyikan
lagu ‘Because of You’ dari Josh Groban. Hampir ia memilih lagu ‘Replay’
dari SHINee yang merupakan lagu kesukaannya. Kalau ia menyanyikan lagu
itu, akan terdengar aneh karena dia akan mengatakan ‘Noona neomu
yeppeo.’ Padahal ia seorang yeoja.
Suaranya memang
benar-benar luar biasa. Suara emas. Para pengunjung terhanyut dengan
lagu yang berpadu dengan suara Jin-yeo. Selesai menyanyikan lagu, dia
membungkuk untuk memberi salam. Semua pengunjung cafe bertepuk tangan
dengan meriahnya. Tapi Donghae yang bertepuk tangan paling meriah.
Sebelum menuju ke meja Donghae, ia berkata di depan mikrofon. “Lagu tadi
saya persembahkan untuk namjacghingu saya disebelah sini. Saranghaeyo
jagiya”
“Nado Saranghaeyo
jagiya. You’re the Best” ucap Donghae lantang sambil mengacungkan kedua
jempol tangannya ke arah Jin-yeo. Ia dan Jin-yeo tersenyum bahagia.
Pengunjung cafepun bersorak lebih keras mendengar ucapan Donghae.
Donghae merasa ini akan menjadi awal hari-hariknya yang indah bersama
Park Jin-yeo. She is the best, katanya dalam hati.
*
Hari ini Donghae
menyuruh Jin-yeo untuk menggerai rambut panjangnya. Donghae ingin
memberi kejutan pada Jin-yeo untuk ulang tahun jadiannya yang sudah
berumur selapan bulan. Sepulang sekolah ini Donghae menyuruh Jin-yeo
datang ke ruang latihan club dancenya. Donghae telah menyiapkan kejutan
untuk Jin-yeo.
Saai ini, Jin-yeo
berada di pinggir area latihan. Melihat Donghae yang menari dengan indah
dan lancar. Ia telah membersiapkan minum, karena menari pasti menguras
tenaga. Tarian Donghae hampir berakhir, tapi ada yang aneh. Tiba-tiba
saja Donghae mengambil bunga mawar dan meletakkan pada mulutnya. Sambil
menari, ia mendekati Jin-yeo. Jin-yeo yang di dekati menjadi
kebingungan, tapi ia tetap duduk walau dengan mimik wajah penasaran.
Dan gerakan
terakhir Donghae setalah berputar adalah berlutut di samping Jin-yeo. Ia
menggeenggam satu tangan Jin-yeo. Jin-yeo pun menjadi malu-malu,
sekarang saja wajahnya sudah memerah. Donghae berdiri dan menyerahkan
bunga mawar dari mulutnya kepada Jin-yeo.
“Saranghae
Jin-yeo” ucapnya. Suasana tempat latihanpun menjadi riuh seketika.
Dengan malu-malu, Jin-yeo meraih bunga mawar dari tangan Donghae.
“Nado saranghae
Donghae oppa” ucapnya. Tiba-tiba Donghae mengecup pipi Jin-yeo. Suasana
di ruang latihanpun menjadi bertambah riuh.
Tidak ada yang
menyangka, Jin-yeo bisa berpenampilan dengan sangat cantik hari ini.
Memang Donghae yang menyuruhnya, untuk menunjukkan pada seluruh
teman-temannya kalau ia tidak salah memilih orang. Siwon saja saat ini
melihat Jin-yeo dengan melongo karena kaget sekaligus kagum. Donghae
senang. Sangat senang. Jin-yeo juga tak kalah senang. Ulang tahun hari
jadi mereka yang kedelapan ini yang paling mengesankan.
Jangan
melihat seseorang hanya dari luar, tapi lihat dalam dari dirinya.
Karena yang paling kita rasakan dari orang tersebut adalah bagaimana ia
memperlakukan kita. Bukannya bagaimana ia memakai pakaian.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar