Minggu, 25 Maret 2012

You’re The Best

Title       : You’re The Best

Author  : Hardanti Novia Sari / Lee Hyun Bin

Cast       :                Lee Donghae (Suju’s Donghae)

                                Park Jin-yeo (OC or You)

                                Choi Siwon (Suju’s Siwon)

Genre    : Romantic, Friendship, Humor (?)

Rating   : PG-13

Length  : Ficlet, One-shot

AN         : Annyeong! Ini fanfic ke duaku setelah ‘Lovely Dream.’ Apa ada kemajuan? Komen ya readers? Selamat membaca, Gamsahamnida J

*******************************************************

Lee Donghae POV           

Aku melihat seorang yeoja sedang memilih sesuatu di deretan minuman. Ada sesuatu yang membuatku ingin memperhatikannya. Yeoja ini sangat casual, pakaiannya simpel tetapi sangat menarik ketika ia mengenakannya. Celana jeans pendek berwarna abu-abu dengan kaos putih yang cukup ketat. Tangannya dihiasi dengan beberapa gelang berwarna. Benar-benar pas dipakai untuknya. Kulitnya putih bersih, rambut coklatnya panjang melebihi bahu. Badannya ideal walau tidak terlalu tinggi. Tapi melihatnya sedang sibuk memilih sebuah minuman, membuatnya tampak manis dan sangat menarik perhatian.

Aku melihatnya telah memutuskan untuk mengambil sebuah minuman soda dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja. Ia berbalik ke arah dimana aku dapat melihatnya lebih jelas. Dengan tersenyum, ia mendorong keranjang belanjanya. Aku seperti mengenalinya sejak tadi. Hanya saja aku tidak yakin. Begitu aku melihat wajahnya dengan jelas, terbayang wajah yeojachinguku. Aku ragu itu dia, sampai aku melihatnya mengenakan kalung dengan liontin berbentuk hati yang memantulkan cahaya. Kali ini aku yakin aku mengenalinya. Aku perhatikan lagi dengan cermat agar tidak salah. Itu memang dia, tidak salah lagi. Dia yeojachinguku. “Park Jin-yeo”

Yeoja yang aku panggil menoleh ke arahku. Aku melambaikan tangan padanya dan segera mendekatinya. Dia seakan terkejut dengan kedatanganku, tapi ia hanya tersenyum manis dan melambai padaku juga. Ketika aku sampai di depannya, dia menyapaku. “Annyeong Donghae oppa”

“Annyeong. Aku tadi hampir tidak mengenalimu. Tetapi kau memakai kalung pemberianku jadi aku yakin itu kau” ujarku menjelaskan. Memang dia tidak menanyakannya, tetapi aku ingin mengataknnya saja. Dia melihat kalung pemberianku, memegangnya, kemudian tersenyum dan kembali menatapku.

“Kalung ini bagus tidak jika aku pakai seperti ini?” tanyanya padaku. Aku membalasnya dengan anggukan. Dia memang terlihat sangat cantik, jauh dari yang pernah aku duga. Melihat jawabanku dia tersenyum. “Oppa dari mana?”

“Aku dari toko itu” jawabku sambil menunjuk salah satu toko pakaian yang dapat dilihat hari tempatku berdiri. Jin-yeo mengikuti arah tanganku dan mengangguk mengerti ketika melihat toko yang ku maksud. Ia kembali menatapku. “Kau kemari dengan siapa?”

“Dengan keluargaku” jawabnya.

“Ne? Aku ingin bersama denganmu saat ini. Anggaplah ini kencan pertama kita. Kau mau?” rayuku padanya. Dia terlihat menimbang-nimbang keputusan. Ia menatapku dan aku menunjukkan mimik wajah memohon padanya. Ia menghela nafas dan tersenyum.

“Ne. Tapi apa oppa mau mengantarku pulang? Keluargaku tidak mungkin menunggu aku yang sedang berkencan denganmu bukan? Eotteoke(bagaimana)?” tanyanya padaku.

“Munje eobji(tidak masalah). Apa yang tidak untukmu, jagiya?” kataku sedikit merayu padanya. Dia terlihat malu dengan ucapanku. Mukanya terlihat memerah dan ia menundukkan kepala dengan tersenyum. Sangat manis.

“Oppa! Jangan menggodaku begitu. Aku akan memberitahu eomma dan appa dulu. Tunggu sebentar, ne?”  katanya setelah berhasil mengontrol dirinya. Aku mengangguk dan ia berjalan menjauhiku. Aku hanya melihat punggungnya yang perlahan menjauh, dengan penuh tanda tanya di kepalaku.

-        Flashback

“Kau akan menembaknya?” tanya Siwon padaku.

“Ne. Waeyo? Apa aku salah?” tanyaku balik kepadanya. Dia menghela nafas panjang. Kemudian ia mengedarkan pandangannya keseluruh sudut kelas memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan dua namja tampan ini. Bukannya aku menyombong, tapi kami cukup dikenal di sekolah ini dan kami tampan.

“Anio, tapi masih banyak yeoja yang lebih cantik dari pada dia. Yeoja-yeoja di sekolah kita banyak yang menyukaimu dan lebih populer daripada dia, yang menurutku tidak sesuai untukmu” lanjutnya.

“Munje eobji. Walaupun menurut teman-teman dia itu tidak terlalu cantik dan populer, tapi bagiku dia itu cantik luar dan dalam. Hanya dia tidak memperdulikan penampilannya” ujarku membela.

“Ne. Karena dia tidak memperdulikan penampilannya, dia tidak laku” ucapan Siwon kali ini benar-benar menyulut emosiku. Tapi untungnya, emosiku masih bisa ku kendalikan. Aku menatap tajam matanya.

“Jangan berkata sembarangan tentang dia apalagi di depanku” kataku ketus. Dia hanya memutarkan matanya. Dia itu tidak sopan sekali menjelek-jelekan yeojaku. Maksudku calon yeojaku. Aku harap dia akan menerimaku nanti. Membayangkannya membuatku tersenyum sendiri.

“Aish, kau buta oleh cinta” ucap Siwon. Memang aku buta oleh cinta, tapi aku yakin pilihanku tepat. Sebelumnya aku belum pernah merasakan cinta yang seperti. Rasanya benar-benar membuatku melayang. Aku tidak bisa mengutarakannya. Rasanya terlalu rumit dan menyenangkan. Seperti ketika kau menyukai coklat dan kau menemukan gudang coklat yang boleh kau ambil sesuka hatimu. Menyenangkan? Lebih dari menyenangkan.

“Ne. A! Itu dia” ucapku ketika melihat yeoja yang berjalan cepat melewati kelasku. Aku segera berlari untuk mengejarnya. Siwon aku biarkan melongo di kelas sendirian. Aku melihatnya di ujung koridor. Segera aku memanggilnya dengan keras. “Park Jin-yeo!”

Dia menghentikan melangkahnya dan memutar badan ke arahku. Setelah berlari-lari ria, aku sudah di depannya sekarang. Dia terlihat biasa secara penampilan, tetapi luar biasa cintaku padanya. Dia terlihat bingung dengan kehadiranku yang terengah-engah mengejarnya. “Donghae-ssi. Waeyo?”

               Park Jin-yeo POV

Aku bingung dengan keadaannya saat ini. Dia bernafas dengan tersengal-sengal. Apa mungkin karena mengejarku? Mwo? Mengejarku? Untuk apa ya? Dia ini bisa membuatku gila dan salah sangka. Selama ini aku sudah cukup senang dapat berteman baik dengannya. Banyak yeoja yang ingin mengenalnya lebih jauh, dan aku beruntung mendapatkan kesempatan itu. Hingga dia membuatku gila karena aku takut aku tidak dapat mengendalikan perasaanku. Saat ini saja aku sangat gugup. “Jangan memanggilku seformal itu. Kita kenal baik satu sama lain”

“Ne, Donghae oppa” jawabku padanya. Rasanya aneh ketika memanggilnya oppa. Seperti terlalu akrab. Aish, jantungku berdetak tak karuan. Seperti mau meledak. Dan sekarang dia malah mendekatiku beberapa langkah hingga jarak kami hanya beberapa centi saja. Ia membungkukkan badannya, mendekatkan kepalanya dan menatapku lekat sambil tersenyum.

“Itu bagus” setelah berkata seperti itu ia kembali ke posisi berdiri seperti semula. Tapi jantungku tidak seperti semula. Berdetak lebih tak karuan daripada tadi. Aku rasa aku masih bisa mengontrol perasaanku padanya, badanku tidak panas seperti biasanya. Aku harap mukaku tidak akan semerah tomat kali ini.

Setelah jantungku berdetak dengan agak lebih lambat, aku mendongakkan kepalaku. “Waeyo?”

“Bisa kita bicara lebih banyak di kantin sekarang?” ucapnya padaku. Aku hampir saja mengiyakan ajakannya sampai aku teringat dengan tugasku saat ini. Aku ingin berkata tidak, tapi aku tidak rela membiarkannya pergi dan membatalkan bicaranya padaku. Biarlah aku lama-lamakan pembicaraan ini.

“Kenapa tidak di sini? Aku harus memberikan laporan ini sebelum istirahat selesai” ucapku padanya. Tugas ini membebaniku saja.

“Ne? Geureom, kita bisa bertemu di kantin sepulang sekolah?” tanyanya padaku.

“Ne” jawabku singkat.

“Sampai berjumpa nanti. Annyeong” ucapnya sambil berlalu. Aku merutuki diriku sendiri sambil berjalan menuju ruang guru. Kenapa aku hanya berkata sesingkat itu. Babo! Sudahlah, nanti juga akan bertemu lagi. Tapi untuk apa ya? Kebetulan sekali dia minta berbicara seperti ini.

*

“Waeyo oppa?” tanyaku pada Donghae. Sekarang kami ada di kantin. Tidak banyak yang ada disini sekarang. Aku dan Donghae duduk di sisi paling pinggir kantin. Aku penasaran dengannya. Ada apa ini?

“A.. Aku ingin tanya” ucapnya tergugup padaku. Aku memiringkan kepalaku. Aku tidak mengerti dengannya. Kenapa gugup?

“Tanya apa?”ucapku pada akhirnya.

“Apa kau mau menjadi yeojachinguku?”

DEG!

Mendengar itu aku membelalakkan mataku. Mwo? Dia bilang apa? Apa aku salah dengar? Dia minta aku jadi yeojachingunya? Banyak sekali pertanyaan yang bekelit di pikirannku. Tiba-tiba dia melanjutkan, “Selama ini aku menyukaimu. Anio, aku mencintaimu. Bagaimana denganmu? Apa kau mencintaiku?”

Tanyanya dengan singkat tapi cukup membuat jantungku berdebar-debar tak karuan,lagi. Apa dia serius? Aku menatap matanya, mencari sebuah kesungguhan. Dia membalas tatapanku dengan hangat dan tulus. Aku menundukkan kepalaku. Aku tidak terlalu bisa menatap mata orang dengan lama. Apalagi namja di depanku ini. Aish, rasanya seperti akan meleleh(?). Aku berpikir terus. Aku ingin langsung mengatakan ‘iya.’ Tapi rasanya mulutku tercekat. Dengan susah payah aku mengucapkannya. Satu kata yang ingin ku katakan untuk mewakili perasaanku. Aku menarik nafas panjang untuk mengendalikan diriku. “Ne”

“Jadi kau mau menjadi yeojachinguku?” ucapannya benar-benar membuat jantungku bertambah tak karuan. Tidak teratur dan membuatku berkeringat dingin.

Dia menggenggam kedua tanganku. Aku terkejut dan menatapnya. Dia menatapku lekat. Aku menundukkan kepalaku lagi. Kali ini aku rasa mukaku sudah memerah. Aku tidak mungkin memungkiri perasaanku. Aku menjawabnya dengan yakin. “Ne”

“Yaho!” dia bersorak keras seolah mendapat pohon uang(?). Beberapa teman yang ada di kantin menatap kami aneh. Aku tidak memperdulikannya. Aku senang ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. “Bagaimana kalau kita berkencan besok?”

Lee Donghae POV

“Anio oppa. Mianhae, besok dan lusa aku ada acara. Bagaimana kalau tiga hari lagi?” ucapnya padaku.

“Aigo” rasanya aku sangat kecewa dengan ucapannya.

“Donghae oppa. Jangan marah. Aku benar-benar menyesal tidak bisa berkencan dengan oppa. Sebagai gantinya aku akan memberikan oppa ini” dia bangkit dari tempatnya dan memelukku. Aku terkejut dan senang. Aku membalas pelukannya erat. Seakan tak ingin melepaskannya, malahan aku berpikir untuk memberikan lem pada kami agar terus erat(?).

“Jagiya, aku tidak marah karena kau memberiku pelukan hangatmu. Tapi kau janji ya? Tiga hari lagi, ne?” ucapku padanya. Ia melepaskan pelukannya, menatapku, dan tersenyum hangat.

“Ne. Sekarang aku pulang dulu oppa. Annyeong” ucapnya kemudian berlalu. Baru beberapa langkah ia berbalik menghadap ke arahku. Aku melambaikan tanganku. Dia tersenyum kemudian melambaikan tangannya juga.

-        Flashback end

Aku tidak pernah menyangka yeojachinguku yang aku kenal tidak terlalu pandai berpakaian ternyata sangat hebat dalam memadukan pakaiannya. Aku bukannya namjachingu jahat yang bahkan tidak mengenali yeojanya. Aku hanya tidak menyangka kenyataan ini berbanding terbalik dengan apa yang aku tau. Aku sudah mencari informasi dari berbagai sumber. Aku tau dia suka makan apa, alergi apa, warna kesukaannya apa, dimana tempat tinggalnya, idolanya, bakat-bakatnya yang tersembunyi, dan hal-hal lainnya. Tapi rupanya yang satu ini terlewatkan.

Aku melihat Jin-yeo berlari-lari kecil ke arahku. Kemudian kami jalan beriringan sambil bergandengan keluar toko. Setelah menaiki eskalator, dia berhenti berjalan. Refleks aku ikut berhenti dan menoleh padanya. Ia memandangi sesuatu dengan tersenyum. Setelah itu ia menatapku dengan senyum manisnya. “Oppa, kau mau menemaniku melihat-lihat pakaian di tempat itu?”

“Dengan senang hati jagiya. Panggillah aku jagiya jangan oppa, ne?” pintaku padanya. Mendengarnya memanggilku oppa, membuatku merasa tua.

“Tapi oppa lebih tua satu tahun dariku” katanya.

“Hanya satu tahun. Tidak ada masalah bukan?”

“Ne, oppa. Maksudku, ne jagiya” ucapnya ketika salah menyebutku.

“Eoseo(ayo)!” aku senang mendengarnya. Aku mengajaknya masuk ke butik yang ia maksud. Ia terlihat senang memilih-milih pakaian yang ada. Aku mengedarkan pandanganku. Pakaian disini cukup trendy dan harganya terjangkau. Pantas saja tempat ini cukup penuh dengan pelanggan. Aku juga ingin melihat-lihat. Aku berjalan menuju deretan pakaian pria. Akhirnya aku dan Jin-yeo tidak membeli satupun. Tidak ada yang cocok dan menarik bagi kami.

Sekarang kami sedang menikmati suasana cafe setelah makan siang. Aku terus memperhatikannya yang sibuk melihat pemandangan di luar sana. Kemudian ia menoleh padaku dan tersenyum lagi. “Gomawo jagiya. Aku senang kita bisa berkencan sekarang dan bukan besok. Lebih cepat lebih baik”

“Ne. Aku juga senang. Jagiya, aku boleh bertanya sesuatu?” tanyaku hati-hati padanya.

“Wae andwae(kenapa tidak)” tanyanya padaku.

“Kau terlihat sangat cantik dan sangat casual saat ini. Kenapa ketika di sekolah kau lebih sering mengucir rambutmu dan tidak menunjukkan sisi casualmu seperti sekarang? Kau punya alasan tertentu?” tanyaku langsung.

“Hahaha. Untuk apa menunjukkannya? Membuat para lelaki di sekolah terpesona olehku? Nanti bagaimana nasib oppa?” katanya bergurau. Aku terkekeh mendengarnya. Ternyata yeojachinguku ini humoris juga.

“Aigo, kau ini sangat percaya diri rupanya” sangkalku. Mendengar itu dia tertawa ringan. Melihatnya tertawa seperti ini adalah sesuatu yang menyenangkan. Aku kembali kepertanyaanku tadi karena aku masih penasaran. “Aku bersungguh-sungguh. Kenapa? Kau bisa membuatku mati penasaran. M.. Mungkin jangan mati, aku masih ingin disisimu selalu” ralatku menyadari ucapan anehku.

“Jagiya, apa kau malu jika aku seperti itu di sekolah?” tanyanya dengan nada yang sendu. Mendengarnya aku jadi merasa bersalah karena bertanya seperti itu.

“Anio! Sama sekali tidak! Aku sangat senang memilikimu dan aku tidak pernah malu memamerkanmu sebagai yeojachinguku” jawabku dengan lantangnya. Aku takut dia salah paham dengan pertanyaanku. Mungkin lebih baik aku lupakan saja pertanyaan anehku itu daripada membuatnya salah sangka dan menangis. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika aku membuatnya menangis. “Sudahlah, tidak usah memikirkan pertanyaanku jika itu membuatmu tidak nyaman”

“Jagiya, kau mau tahu alasannya?” tanyanya. Aku jadi bingung (galau deh!). Ingin mengatakan tidak padahal aku sangat penasaran. Tiba-tiba ia melanjutkan, “Aku ingin mencari kesungguhan cinta. Tidak hanya melihatku dari penampilan. Dan ternyata oppa yang melihatku tidak dari penampilanku. Aku senang. Tadinya aku akan memberi kejutan besok, dengan bergaya seperti ini juga. Tapi ternyata aku yang dikejutkan karena tiba-tiba bertemu kau. Hahaha”

Mendengarnya aku jadi ikut tertawa dan menemukan fakta baru. Aku rasa benar kata sahabatnya beberapa hari lalu, dia mungkin punya trauma dengan cinta dimasa lalunya. Tapi aku tidak akan mengobati traumanya dengan cintaku yang tulus. Aku tersenyum dan berkata padanya, “Jagiya, kau benar-benar membuatku bangga memilikimu. Membuatku mengetahui dalam dari dirimu. Aku tidak menyangka kau secantik ini. Cantik di luar dan di dalam. Kau percaya tidak? Aku tahu suara emasmu itu. Hanya saja ketika kau bernyanyi kau tidak menonjolkan kemampuanmu itu kan?”

“Oppa? Kau tahu darimana? Aku tidak suka pamer” katanya. Aku tersenyum mendengar jawaban itu. Ia melanjutkan, “Oppa jagiya, aku juga tahu kalu kau sangat pandai menari. Lee Donghae, namjachingu dari Jin-yeo, si penari terbaik di sekolah”

“Itu juga semua teman-teman tahu” kataku menyombong. Ia tertawa kecil mendengar ucapanku. “Dan kau, Park Jin-yeo yeojachingu dari Donghae, penyanyi terbaik sekota Seoul”

“Oppa, jangan membuatku malu” katanya. Aku mengucapkannya dengan cukup keras an lantang, seolah membacakan deklarasi kemerdekaan(?). Setidaknya ucapanku membuat pengunjung cafe memperhatikan kami dengan aneh. Aku tidak peduli itu, rasanya luar biasa senang memiliki yeoja seperti Park Jin-yeo ini. Dia sangat manis dan rendah hati. Aku semakin yakin pilihanku tidak salah.

Author POV

Tiba-tiba seorang pelayan cafe mendatangi mereka dan meminta Park Jin-yeo untuk menyanyikan lagu. Mungkin itu efek karena Donghae berucap terlalu keras tadi. Jin-yeo terlihat bingung, tapi akhirnya ia maju dan menyanyikan lagu ‘Because of You’ dari Josh Groban. Hampir ia memilih lagu ‘Replay’ dari SHINee yang merupakan lagu kesukaannya. Kalau ia menyanyikan lagu itu, akan terdengar aneh karena dia akan mengatakan ‘Noona neomu yeppeo.’ Padahal ia seorang yeoja.

Suaranya memang benar-benar luar biasa. Suara emas. Para pengunjung terhanyut dengan lagu yang berpadu dengan suara Jin-yeo. Selesai menyanyikan lagu, dia membungkuk untuk memberi salam. Semua pengunjung cafe bertepuk tangan dengan meriahnya. Tapi Donghae yang bertepuk tangan paling meriah. Sebelum menuju ke meja Donghae, ia berkata di depan mikrofon. “Lagu tadi saya persembahkan untuk namjacghingu saya disebelah sini. Saranghaeyo jagiya”

“Nado Saranghaeyo jagiya. You’re the Best” ucap Donghae lantang sambil mengacungkan kedua jempol tangannya ke arah Jin-yeo. Ia dan Jin-yeo tersenyum bahagia. Pengunjung cafepun bersorak lebih keras mendengar ucapan Donghae. Donghae merasa ini akan menjadi awal hari-hariknya yang indah bersama Park Jin-yeo. She is the best, katanya dalam hati.

*

Hari ini Donghae menyuruh Jin-yeo untuk menggerai rambut panjangnya. Donghae ingin memberi kejutan pada Jin-yeo untuk ulang tahun jadiannya yang sudah berumur selapan bulan. Sepulang sekolah ini Donghae menyuruh Jin-yeo datang ke ruang latihan club dancenya. Donghae telah menyiapkan kejutan untuk Jin-yeo.

Saai ini, Jin-yeo berada di pinggir area latihan. Melihat Donghae yang menari dengan indah dan lancar. Ia telah membersiapkan minum, karena menari pasti menguras tenaga. Tarian Donghae hampir berakhir, tapi ada yang aneh. Tiba-tiba saja Donghae mengambil bunga mawar dan meletakkan pada mulutnya. Sambil menari, ia mendekati Jin-yeo. Jin-yeo yang di dekati menjadi kebingungan, tapi ia tetap duduk walau dengan mimik wajah penasaran.

Dan gerakan terakhir Donghae setalah berputar adalah berlutut di samping Jin-yeo. Ia menggeenggam satu tangan Jin-yeo. Jin-yeo pun menjadi malu-malu, sekarang saja wajahnya sudah memerah. Donghae berdiri dan menyerahkan bunga mawar dari mulutnya kepada Jin-yeo.

“Saranghae Jin-yeo” ucapnya. Suasana tempat latihanpun menjadi riuh seketika. Dengan malu-malu, Jin-yeo meraih bunga mawar dari tangan Donghae.

“Nado saranghae Donghae oppa” ucapnya. Tiba-tiba Donghae mengecup pipi Jin-yeo. Suasana di ruang latihanpun menjadi bertambah riuh.

Tidak ada yang menyangka, Jin-yeo bisa berpenampilan dengan sangat cantik hari ini. Memang Donghae yang menyuruhnya, untuk menunjukkan pada seluruh teman-temannya kalau ia tidak salah memilih orang. Siwon saja saat ini melihat Jin-yeo dengan melongo karena kaget sekaligus kagum. Donghae senang. Sangat senang. Jin-yeo juga tak kalah senang. Ulang tahun hari jadi mereka yang kedelapan ini yang paling mengesankan.

Jangan melihat seseorang hanya dari luar, tapi lihat dalam dari dirinya. Karena yang paling kita rasakan dari orang tersebut adalah bagaimana ia memperlakukan kita. Bukannya bagaimana ia memakai pakaian.

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar