Sabtu, 24 Maret 2012

Love Is You (Part 1/2)


Cast : Cho Kyuhyun
Yonhee (Happy Destiara)
Genre : Romantic
PG : 16
Title: Love Is You 
(disarankan biar pas, sekalian muter lagunya Love Is You - Cherrybelle :D)

KYUHYUN POV
Panas, musim panas yang menyebalkan. Tentu saja karena hal inilah aku jadi lebih menyukai musim dingin, salju dan udaranya membuatku nyaman. Aku memacu mobilku dengan kecepatan 200 Km/Jam, tidak peduli dengan petugas patroli yang sudah empat kali kulewati toh jalanan sangat lenggang. Kalaupun sampai ada polisi yang berani menghentikan Cho Kyuhyun ini—eh tapi itu tidak mungkin sih kekeke.
Ckiiiittt!!
“Aaaa!!”
Sial! Aish… suara apa itu? Siapa orang bodoh yang seenaknya saja menyeberang di hadapanku? Aku ini—begini-begini juga tidak pernah melanggar lampu merah. Lalu siapa yang salah? Tentu saja yeoja babo yang barusan menyebrang itu. Eh? Kenapa dia? Kulihat yeoja itu ambruk tepat di depan kap mobilku, apa tadi aku menabraknya? Tapi aku tidak merasakan sesuatu membentur mobilku. Tuhan… aku tidak mau dapat masalah lagi hari ini, aku sudah cukup mendapat masalah di dormku dengan kelakuan aneh pasangan monyet dan ikan mokpo itu. Mereka membuatku ingin muntah, itulah kenapa aku keluar dorm hari ini. Cih… ya aku adalah Cho Kyuhyun, maknae Super Junior, boyband terkenal di seluruh penjuru Asia.
Aku bergegas keluar dari mobil, penasaran dengan yang baru saja terjadi. Woaaa!! Aku mendapati seorang yeoja terkapar lemas di jalanan aspal ini tapi aku yakin 100% kalau aku tidak menabraknya, dia jatuh sendiri.
“Aku…” Gumam yeoja itu sebelum dia terpejam dan tak sadarkan diri.
YUNHEE POV
Kenapa hidup seorang Lee Yunhee semenderita ini? Kenapa aku harus menjadi Yunhee yang lemah? Kenapa aku harus bertemu dengannya? Aku menjadi lemah karena dia. Dia, namja yang telah meninggalkanku dengan semua kesakitan ini. Aku benar-benar hancur, aku tak punya apapun lagi selain dirinya. Orangtuaku meninggal, rumahku disita karena hutang appa yang menggunung. Aku hanya punya dia, tapi dia mencampakanku begitu saja. Jadi, untuk apa lagi aku hidup, Lee Shin?
Lee Shin, namja yang sangat aku cintai. Kami sudah 3 tahun berpacaran. Saat aku jatuh dan tidak memiliki apapun, dia yang menopangku, memikul semua beban-beban penderitaanku. Menjadi matahari yang menghangatkan tubuhku, menjadi tanah yang menampung air mataku, menjadi air yang meredam amarahku, menjadi api yang menyulutkan kebahagiaanku. Saat kudengar bahwa dia dijodohkan dengan seorang yeoja kaya, cantik, dan pintar oleh orang tuanya aku merasa semua elemen yang kubutuhkan perlahan mengikis dan menghilang kemudian. Shin menerima perjodohan itu, tentu saja aku bukan apa-apa diandingkan yeoja sempurna itu. Aku pergi dari apartement Shin—tidak aku kabur saat mengetahui semua kenyataan ini, kenyataan bahwa dia tidak lagi mencintaiku. Aku putus asa.
Siang ini, matahari begitu terik. Aku berdiri melamun di seberang jalan sebuah halte bus dengan membawa koper-koperku. Aku bahkan tidak tahu harus kemana, setidaknya aku tidak lagi tinggal bersama namja brengsek dan plin-plan itu. Benar kalau aku mencintainya, tapi sepertinya dia hanya menyukaiku sesaat. Dia sudah mendapatkan segalanya dariku, setelah bosan dia membuang dan mencampakkanku.
Aku menatap nanar jalanan aspal di depanku, tak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Kenapa sepi sekali? Sama kesepiannya seperti aku.
“Ah…” Perutku. Aish… rasanya aku mau muntah, aku sangat mual. Kepalaku juga sakit. Dengan sempoyongan kupaksakan kakiku melewati zebra cross di depanku, berniat untuk menyeberang. Memang ini bukan saatnya untuk menyeberang dan lampu untuk pejalan kakipun masih merah tapi ini sangat lenggang, kurasa tidak apa-apa jika aku menyeberang sekarang.
Sudah setengah jalan tapi kenapa rasanya jauh sekali? Aku tak sempat melihat kanan dan kiriku karena sibuk dengan koper-koper yang kubawa, aku benar-benar memaksakan diri yang jelas-jelas sudah tak kuat lagi untuk berjalan.
“Aaaa!!” Aku berteriak melihat mobil yang dengan santernya bergerak ke arahku.
Ckiiiittt!!
Kalau tidak cepat mengerem seperti tadi mungkin mobil itu sudah menabrak tubuhku yang sangat lemas ini, suara itu mengagetkanku sampai aku jatuh ke jalan. Aku masih terduduk sampai kudengar suara seseorang membuka pintu mobil, aku langsung jatuh terkapar. Aku benar-benar sudah tak ada tenaga lagi, orang itu mendekat. “Aku…” Gumamku sebelum semuanya menjadi gelap.
***
“Aish… hyung! Sudah kubilang dari tadi, dia itu bukan yeojachinguku!!”
“Lalu kenapa kau membawanya kemari, huh?”
“Kenapa? Tentu saja karena takut ketahuan oleh media, tidak mungkin nanti aku berakhir di penjara karena menabrak seseorang seperti itu.”
Samar-samar kudengar suara gaduh itu, perlahan aku membuka mataku. Mengerjap-ngerjap sebentar untuk menyesuaikan sinar matahari dari jendela yang begitu menyilaukan.
“Di mana aku?”
Kamar? Kamar siapa ini? Semuanya berwarna putih, apa aku sudah mati? Ah, tidak mungkin. Kulihat disebelah ranjangku ada ranjang lain yang sama besarnya dengan ranjang yang aku duduki sekarang. Aku benar-benar tidak ingat apapun dan tiba-tiba sudah berada di ranjang ini. Eh? Banyak sekali foto aneh di dinding.
“SU-PER JU-NI-OR?” Aku mengeja tulisan yang tertera di foto besar itu. Ada banyak sekali orang di foto itu, siapa mereka? Apa salah seorang dari mereka yang menolongku? Kudengar suara knop pintu dan langkah seseorang yang semakin mendekat.
“Sudah sadar eh?” kata namja itu sambil mengahampiriku. Dia memandangiku—ani dia menatap baju yang kukenakan. Hah? Aku baru sadar, ini bukan baju yang kukenakan saat di jalan waktu itu. Lalu siapa yang menggantinya? Dia? Huaaa~
“Bajuku…”
“Kalau kau pikir aku yang melakukannya, kau salah. Pembantu kami yang menggantikan pakaianmu.” Katanya tersenyum sinis.
Namja ini… Hah? Aku baru ingat, Super Junior? Dia ini kan salah satu membernya. Walaupun aku tidak tahu banyak tentang mereka tapi… benarkah aku berada di tempat ini? Apa dia yang menolongku? Dan, eh? Kenapa dia terlihat begitu tampan dengan senyumannya barusan? Yak!! Lee Yunhee!! Apa yang ada di dalam otakmu sih? Apa kau sudah gila memuji-muji orang yang baru kau kenal?
“Siapa namamu?” Tanyanya ketus.
“Err… Lee Yunhee.” Kataku terbata. “Kalau boleh tahu, di mana aku sekarang?”
“Di dorm kami, maksudku super junior.”
“Kau yang menolongku atau kau yang menabrakku?”
“Mwo? Enak saja kau bilang aku menabrakmu. Aku menolongmu karena kau pingsan entah kenapa di depan mobilku, jadi aku tidak mau terjadi salah paham. Apalagi aku ini terkenal.”
Cih… percaya diri sekali dia. Namja itu duduk di sofa berseberangan dengan ranjang yang kutempati, dia mengacak rambut belakangnya gusar. “Berapa umurmu?”
“21, wae?” Tanyaku penasaran dengan pertanyaan bertubinya.
Namja itu menghela nafas, “Kau tahu kalau kau hamil?”
Sontak aku sangat kaget dengan pertanyaannya yang satu itu. “Ne…” Jawabku gugup, dari mana dia tahu kalau sekarang di perutku sedang tumbuh seorang bayi? “Kau tahu?” Tanyaku ragu-ragu.
KYUHYUN POV
Aku menghela nafas perlahan, “Kau tahu kalau kau hamil?”
Kelihatan sekali ekspresi kaget di wajah yeoja itu. “Ne…” Jawabnya terdengar gugup, “Kau tahu?” Tanyanya.
“Aku bukan orang baik tapi aku tidak tega melihat kau jatuh pingsan kemarin, lalu kubawa kau ke tempatku. Aku juga meminta dokter pribadi kami untuk memeriksamu dan yang membuatku kaget dia bilang kau hamil 2 bulan.” Jelasku panjang lebar.
“Gomawoyo sudah menolongku. Aku…”
“Cepat mandi, kami sudah menunggumu di dapur untuk makan siang.” Sergahku langsung memotong kata-katanya, segera aku beranjak keluar dari kamarku.
Cih… yeoja macam apa dia ini? Hamil dan seenaknya pingsan di jalan. Dan kurang baik apa aku sudah meolongnya dan membiarkannya tidur di kamarku, di kasurku. Lagipula mana suaminya? Membiarkan istri yang sedang hamil berkeliaran membawa koper-koper besar dan berat itu sendirian. Hah… aku ini kenapa? Untuk apa juga aku mengurusi yang bukan urusanku.
YUNHEE POV
Perlahan aku keluar dari kamar dengan agak canggung, aku sudah bersih dan wangi sekarang. Benarkah aku di dorm super junior?
“Annyeonghaseyo…” Sapaku canggung pada ke-lima namja yang tengah duduk, sepertinya mereka sudah siap makan siang.
“Annyeonghaseyo…” Balas mereka bersamaan kecuali namja yang tadi bicara denganku di kamar, tampangnya sangat tak bersahabat.
Aku duduk di kursi kosong yang sudah disediakan, menatap ke-lima namja itu dengan sangat canggung dan perasaan yang tidak enak.
“Siapa namamu?” Tanya namja berbibir mungil.
“Lee Yunhee imnida.”
“Naneun Lee Sungmin imnida.” Katanya dengan senyuman hangat menghiasi bibirnya, dia lucu sekali.
“Aku Lee Donghae, salam kenal.” Namja di sebelahnya pun tersenyum padaku.
“Naneun Lee Hyuk Jae imnida, orang-orang biasa memanggilku Eunhyuk.”
“Ah kalau aku Kim Ryeowook, aku suka sekali memasak.” Katanya dengan sangat riang. Mereka ini… sangat menyenangkan di awal perkenalan.
“Kulihat di foto itu kalian banyak sekali, lalu di mana yang lain?”
“Ah, mereka sibuk dengan kegiatan pribadinya.” Jawab Donghae.
“Kalian ini… benarkah kalian super junior itu?”
“Kau tidak tahu?” Eunhyuk oppa terlihat kaget mendengar pertanyaanku. “Kami ini…” Mereka mulai berdiri kecuali namja bernama Cho Kyuhyun itu.
“Uri SUPER JUNI-OR!!” Ke-4 namja itu berteriak kompak haha mereka ini lucu sekali. Aku tertawa kecil melihat tingkah lucu mereka, baru kusadari mereka jadi ikut tertawa melihat tawaku yang sepertinya—aneh.
Kemudian mereka kembali duduk, kami mulai menyantap makanan yang ada di hadapan kami. Ini benar-benar lezat, sepertinya orang yang bernama Ryeowook itu yang memasak karena tadi dia bilang suka sekali memasak.
“Dimana leadernya?” Tanyaku diikuti kekehan pelan yang lain. Wae? Ada yang salah? Aku memang tidak tahu banyak dan tidak bisa menghafal nama mereka dengan baik, yang kutahu hanya leader dari boyband ini. Ya, Leeteuk setahuku.
“Kukira kau tidak benar-benar mengenal kami haha Leeteuk hyung sedang ke pergi ke gedung agency kami.” Jawab yang bernama Sungmin.
“Panggil oppa saja supaya kau tidak canggung, ya?” Eunhyuk memberikan solusi yang pas untukku. Oppa? Umm lumayan.
Nyaris tak terdengar suara lagi, semua diam, dia… aku menatap namja yang menolongku waktu itu, dia tidak berkata apapun bahkan mengenalkan dirinya saja tidak. Dia hanya sibuk memainkan garpu di tangannya. Kenapa dia jutek sekali padaku?
“Namanya Cho Kyuhyun, ssstt…” Sungmin oppa menyenggol lengan namja itu, dia langsung tersadar dan menatapku dingin.
“Cho Kyuhyun imnida dan jangan panggil aku dengan sebutan oppa, cukup Kyuhyun saja.” Katanya ketus, cih… dia ini benar-benar tidak tahu caranya bersopan santun. Bahkan untuk senyum pun sepertinya sangat sulit baginya.
“Kemarin Kyuhyun bilang kau pingsan di jalan dan dia tidak mungkin membawamu ke rumah sakit karena resikonya akan sangat berat mengetahui kami ini artis yang sedang naik daun di seluruh penjuru Asia hahaha. Jadi, dia memanggil dokter khusus yang biasa menangani kami dan sudah pasti dia akan membungkam mulutnya.” Eunhyuk oppa menjelaskan panjang lebar tapi kurasa tidak usah dengan gaya menyombongkan diri begitu, kan? Haha dia benar-benar yang paling punya selera humor tinggi. Aku hanya tersenyum.
“Ne, gomawoyo oppadeul.”
“Ah, aku sudah selesai. Kamsahamnida.” Dongahe oppa bangkit dari tempat duduk. “Kajja, yeobo.” Dia menarik tangan Eunhyuk oppa dan menggandengnya mesra. Eh? Mereka ini kenapa?
“Uhuk uhuk.” Kulihat Kyuhyun terbatuk-batuk melihat tingkah Donghae-Eunhyuk oppa.
“Kalian mau kemana?” Tanya Kyuhyun.
“Kami ada acara.” Ryeowook oppa juga sepertinya akan pergi. “Kami tinggal dulu ya.” Ya, mereka pergi. Sekarang hanya tinggal aku, Kyuhyun, dan Sungmin oppa saja.
“Aku menyusul nanti.” Kata Sungmin.
Suasana kembali hening, aku sangat tak terbiasa dengan suasana seperti ini.
“Kau tinggal dimana? Biar aku yang mengantarmu pulang.” Kali ini Sungmin oppa yang memecah keheningan di antara kami.
“Err… aku…” Ini pertanyaan yang sulit kujawab tapi aku tak bisa berbohong. “Aku tak punya rumah ataupun tempat untuk tinggal.” Kataku dan sukses membuat kedua orang di hadapanku menganga. “Aku juga tidak punya orang tua ataupun saudara.” Sergahku sebelum mereka mengusulkanku untuk ke rumah orang tuaku atau apapun.
“Suamimu?” Sungmin oppa menanyakan hal yang benar-benar tak ingin kujawab.
“Kau tak lihat dia membawa koper besar itu? Itu menandakan dia kabur dari suaminya atau baru saja bercerai.” Kata Kyuhyun. Pletak! Sendok Sungmin oppa mendarat tepat di kepala Kyuhyun. “Yak!! Appo, hyung!”
“Aish… kau ini, tidak bisakah kau menjaga perasaannya sedikit saja? Yunhee-ya…” Sungmin oppa dengan lembut menyebut namaku. “Lalu setelah ini kau berniat kemana?”
“Mollayo.”
“Baiklah, untuk sementara kau boleh tinggal di dorm kami. Mmm tepatnya di kamarku dan Kyuhyun, kami akan tidur di ruang tv.”
“Ah, jeongmalyo? Gomawoyo, oppa.” Aku sangat senang mendengar kebaikan hati Sungmin oppa.
“Aish… yeoja yang merepotkan.” Kata Kyuhyun sepertinya dia risih dengan keadiranku, sangat terlihat di wajahnya yang tidak bersahabat itu.
“Kyuhyun~a, aku ada schedule. Kau yang menemani Yunhee, jaga dia baik-baik.” Kata Sungmin oppa menepuk pundak Kyuhyun. “Aku tinggal dulu ya, Yunhee-ya.” Katanya tersenyum seraya memakai jaket dan segera beranjak pergi.
Aku mengangguk dan tersenyum dan kau tahu, suasana kembali canggung. Aku duduk termangu di hadapannya yang belum juga menyelesaikan makan siangnya. Ah, aku akan membereskan piring kotor saja, daripada aku seperti patung bodoh. Namun tiba-tiba tanganku tak sengaja bersentuhan dengan tanagn namja dingin itu saat merapikan piring di hadapannya, kulihat dia segera memalingkan muka dan beranjak menuju sofa lalu menyalakan televisi.
“Kenapa kau tidak berbaikan saja dengan suamimu? Apalagi kau sedang hamil, akan sangat repot tinggal sendirian nantinya.” Kata Kyuhyun dari ruang tv sementara aku di dapur sedang mencuci piring.
Aku belum menjawab, masih sibuk menyelesaikan pekerjaanku. Beberapa menit kemudian, aku menghampirinya lalu duduk di sampingnya. “Aku tidak punya suami.” Kataku pelan.
“MWO??!!” Teriaknya kaget, hampir saja jantungku copot dibuatnya. “Jangan bilang kau hamil di luar nikah.”
Aku hanya mengangguk pasrah, “Memang benar.”
“Aish… jinjja. Kau ini yeoja macam apa, hah?”
“Jangan berpikiran jelek dulu tentangku!” Bentakku padanya, aku tak terima langsung dinilai speerti itu bahkan dia belum kenal dekat denganku.
“Lalu aku harus berpikir seperti apa?”
“Aku…” Kurasakan air mataku sudah jatuh tak terbendung. “Aku mencintainya.”
KYUHYUN POV
“MWO??!!” Teriakku kaget. “Jangan bilang kau hamil di luar nikah.”
Dia hanya mengangguk pasrah, “Memang benar.”
“Aish… jinjja. Kau ini yeoja macam apa, hah?” Dia ini benar-benar membuatku kaget dengan pernyataannya tadi.
“Jangan berpikiran jelek dulu tentangku!” Bentaknya padaku, seperti tak terima dengan kata-kataku.
“Lalu aku harus berpikir seperti apa?”
“Aku…” Kudengar dia terisak, apa dia menangis? “Aku mencintainya.”
Aku terdiam sesaat, menatapnya dalam-dalam.
“Kami sudah mau menikah tapi orang tuanya menjodohkan pria yang kucintai itu dan sialnya dia menerima perjodohan itu lalu mencampakanku.” Kulihat air matanya sudah tak terbentung lagi, yeoja ini menangis sejadi-jadinya di depanku. “Aku tak punya siapa-siapa lagi dan aku juga tidak punya tempat untuk tinggal, aku tidak tahu harus kemana.”
Tanpa sadar, aku sudah merengkuhnya dalam pelukanku. Walaupun aku tak mengalami kehidupan seperti yang dialaminya tapi aku juga ikut merasakan sakitnya, merasakan penderitaan yeoja malang ini. Aku membiarkannya membasahi kemeja yang kukenakan, berharap dengan begitu bebannya bisa hilang walaupun hanya sedikit. Kurasa yeoja ini hanya membutuhkan tempat untuk mencurahkan semua kesedihannya. Bayinya… bagaimana mungkin seorang namja tega mencampakan yeoja yang tengah mengandung darah dagingnya sendiri? Aish… dasar namja tak berpendidikan sepertinya dia itu.
***
YUNHEE POV
Aku melewati satu pagi di dorm kediaman super junior ini, aku tidak mau menyusahkan mereka dan hanya menumpang tinggal tanpa melakukan apa-apa. Aku juga tidak akan menggunakan alasan ‘aku sedang hamil’ yang menghalangi semua aktifitasku nanti. Pagi-pagi sekali aku bangun, aku mengerling sebuah jam dinding yang ada di hadapanku—di kamar Kyuhyun dan Sungmin oppa tentunya—hmm pukul 4. Kubuka pintu kamarku pelan dan langsung yang kudapati adalah pemandangan samar-samar kedua manusia yang tergeletak di lantai tanpa dosa, ya Sungmin oppa dan Kyuhyun yang tidur di ruang tengah dengan matras seadanya. Ini sangat ironis, tapi mau bagaimana lagi? Masa aku yang tidur di sini? Bisa-bisa bukan tulangku saja yang remuk, anakku? Oh tidaaak.
Perlahan dengan sangat hati-hati aku melangkah menuju dapur melewati mereka yang kuperhatikan seperti tak nyaman—ani memang benar-benar tak nyaman dengan posisi mereka. Kudengar mereka juga mengerang kecil, ah kasihan sekali. Sesaat setelah aku menyalakan lampu dapur… taraaaaa washtafle penuh dengan tumpukan piring kotor, bekas bungkus makanan juga tercecer di mana-mana. Aish~ mereka sangat jorok, bisa-bisanya meninggalkan kotoran seperti ini? Sangat menjijikan dan aku paling tidak betah dengan keadaan seperti ini. Tiba-tiba saja jiwa keibuan ini muncul tanpa kusadari, kupikir tak ada salahnya melatih kemampuanku sebagai calon ibu nantinya hehe. Aku langsung membereskan semuanya dengan sangat cepat. Tidak peduli menimbulkan suara berisik atau apapun, eh wae? Ini kan memang waktunya mereka bangun.
“Hoahmm…” Kedengarannya itu seperti suara Sungmin oppa dari ruang tengah yang tak jauh dengan dapur.
Benar saja, dia menghampiriku yang sedang berdiri di depan kompor. “Pagi, Oppa.” Sahutku dengan senyuman. Ini pukul 6, wajar dia sudah bangun.
“Pagi Hee-ya.” Katanya dengan sweet morning facenya yang sangat menggemaskan itu.
“Ne?”
“Tidak apa-apa kan kupanggil Hee-ya saja?” Dia tersenyum.
“Ah… ne, gwenchanayo.” Aku gugup sekali.
“Ngomong-ngomong sedang apa kau sepagi ini sudah nongkrong di dapur?”
“Mmm hanya bersih-bersih.”
“Calon ibu yang baik.” Dia mengelus puncak kepalaku dan sukses membuatku kaget setengah mati. “Baiklah, aku mau mandi dulu.” Tambahnya seraya berjalan ke kamar mandi.
“Kau mau kubuatkan sarapan?” Sergahku sesaat sebelum Sungmin oppa menutup pintu.
“Boleh kalau tidak merepotkan.” Jawabnya dan segera setelah itu kudengar suara pintu kamar mandi yang ditutup tapi beberapa detik kemudian dia membukanya lagi. “Sekalian untuk yang lain juga tidak apa-apakan, Hee-ya?”
“Ah, ne, baiklah.”
Setelah mendengar jawabanku dia kembali menutup pintu kamar mandi. Aku tidak boleh mengecewakan oppadeul yang sudah berbaik hati rela menampungku di sini, memenuhi dan mempersempit ruang di dorm ini. Aku akan melakukan yang terbaik dengan memasakkan makanan sehat dan lezat.
“Yak!! Neo… sedang apa huh?!” Sumpah demi apapun aku sangat kaget mendengar teriakan namja sialan ini, Cho Kyuhyun kau membuatku hampir mati!!
“Wae?”
“Kau menimbulkan suara berisik yang membangunkanku! Aish~ jinjja.” Katanya sambil menggaruk-garuk kepala.
“Aku sedang menyiapkan sarapan untuk kalian, kau lapar kan?”
“Yak!! Kenapa ribut sekali?” Eunhyuk oppa keluar dari kamarnya, mungkin kaget dengan teriakan Kyuhyun tadi.
“Haruuuum…” Kulihat Shindong oppa juga keluar dari kamar, dia berjalan dengan mengikuti aroma dari kamarnya ke dapur. Tidak berhenti sampai disitu, selang beberapa detik oppadeul yang lain menyusul. Mereka berbondong-bondong menghampiri meja makan dan melihat pemandangan yang sepertinya jarang mereka lihat di atas meja, ya benar, sarapan sehat yang sangat lezat buatanku hihihi.
“Kau yang menyiapkan semua ini, Yunhee-ya?” Tanya Donghae oppa antusias.
“Hmmm… enak sekali!” Aku belum menjawab pertanyaan Donghae oppa tapi Shindong oppa sudah terlebih dahulu melahap omelet buatanku.
“Waaah, sudah jadi rupanya!” Kulihat Sungmin oppa baru saja keluar dari kamar mandi. Dia langsung menyerobot makanan yang ada di meja, diikuti yang lain.
Yaah, akhirnya mereka semua makan masakanku juga. Aku senang? Tentu saja, melihat mereka suka dengan masakanku itu adalah kebanggaan tersendiri buatku. Lee Shin brengsek—mantan pacarku itu pun selalu memuji masakanku. Ah, sial! Kenapa aku mengingatnya lagi?
“Huh.” Dengusku kesal tapi lebih terdengar seperti gumaman kecil.
“Eh, Yunhee-ya waeyo? Kau tidak ikut makan?” Donghae oppa menyipitkan matanya heran melihatku.
“Ah, ani. Aku sudah makan tadi saat kalian masih tidur.” Kataku akhirnya lalu duduk di sofa dekat dapur sambil menatap kebersamaan mereka, mereka terlihat begitu bersatu dan aku merasa hangat dan nyaman berada disekeliling mereka. Ya, itu kesan pertamaku pada sekumpulan manusia ini.
Kulihat Eunhyuk oppa menyuapi Donghae oppa, Shindong oppa yang berebut makanan dengan Sungmin oppa, serta perbincangan hangat mereka. Haha melihat kedekatan mereka aku hampir menitikkan air mata, eh? Tapi kenapa dengan namja yang satu itu? Cih… dia sok jaim menurutku, sikapnya itu menyebalkan. Kalau tak suka dengan masakanku ya sudah. Tidak perlu memakannya dengan ekspresi menyebalkan seperti itu, Cho Kyuhyun.
Di hari-hari berikutnya memasak adalah tugas utamaku di dorm ini, sekarang Wookie oppa tidak perlu susah susah menyiapkan makakan untuk member lain ya walaupun terkadang dia tak tega padaku lalu pada akhirnya ikut membantuku hehe. Entah kenapa mereka itu sangat baik padaku, aku selalu mengambil alih pekerjaan rumah bermaksud untuk sedikit meringankan pekerjaan mereka yang lebih banyak dan melelahkan di luar sana dengan menghibur para fans tapi Sungmin oppa dan Donghae oppa sering berkata padaku, “Kau sedang hamil, jangan bekerja terlalu berat. Serahkan saja pada kami.” atau “Sini, aku saja.” Tentu saja aku menolak, ini kan hitung-hitung untuk membayar hutang budiku pada mereka yang sudah berbaik hati menerimaku untuk tinggal di dorm ini dan aku tulus melakukannya. Alhasil, mereka juga jadi ikut membantu. Malah aku yang merepotkan mereka karena keseringan meminta tolong dibelikan buah, susu, dan barang lainnya. Eunhyuk oppa yang lumayan sering tapi sejak mereka terlalu sibuk dengan kegiatan pribadinya sehingga hanya meninggalkan Kyuhyun bersamaku dan itu membuatku tidak bisa mengandalkan siapapun lagi >_<
Aku berinisiatif membuat makanan super enak untuk oppadeul karena sudah baik padaku selama seminggu terakhir ini, aku sangat berterimakasih pada mereka karena sudah berbaik hati menerimaku di sini.
“Aku pulang.” Khas sekali, sepertinya dugaanku benar kalau itu suara Kyuhyun yang baru datang. Kulihat beberapa hari ini Kyuhyun sering pergi mengantar Sungmin oppa berlatih untuk drama musikalnya, dia lumayan baik juga tapi tidak padaku. Aku tidak habis pikir, orang macam apa dia itu? Selama aku di sini dan membuatkan makanan, dia seperti melihat makanan kotor di hadapannya. Bahkan untuk mencicipinya pun tidak pernah, dia sering pergi ke luar untuk makan saat semuanya makan bersama di dorm.
Dia membenciku kah? Dia sangat ketus dan tidak berperasaan jika sudah berhadapan denganku. Apa aku merepotkannya? Ah, kalau itu sudah jelas tapi apa dengan memperlakukannku seperti itu dia bisa melampiaskan semua kekesalan dan ketidaksukaannya terhadapku? Baiklah, kalau itu yang membuatnya lebih baik aku tidak masalah. Lagipula oppadeul yang lain juga sudah sangat baik padaku.
KYUHYUN POV
Ini hari ke tujuh semenjak yeoja tak dikenal dan sangat merepotkan itu menempati dorm kami, aku benar-benar tak tahan dengannya. Aku jarang berbicara dengannya bisa dibilang tidak berminat tapi semenjak hyungdeul ku mendadak mempunyai banyak schedule, aku sering ditinggal berdua dengannya dan itu membuatku tidak nyaman sama sekali. Kalau fansku bilang aku ini namja dingin tak berperasaan pada setiap yeoja kurasa itu benar, aku tak keberatan dicap seperti itu. Aku tidak akan berbaik hati, kurasa air matanya waktu itu hanya sebagai kedok agar dia bisa tinggal gratis dan dilayani seenaknnya di dorm kami cih… benar-benar alibi yang bagus. Yang tak kalah menyebalkan adalah aku jadi tidak bisa tidur di ranjangku yang nyaman, aku dan Sungmin hyung tidur di ruang tv sementara dia tidur di kamarku yang sangat nyaman itu. Aku harus mencari cara agar dia tidak tidur di kamarku lagi.
Aku baru saja pulang sehabis mengantar Sungmin hyung latihan untuk drama musikalnya, aku merebahkan badanku di atas sofa tepat di depan televisi. Ah~ aku lelah sekali. Samar-samar aku mencium bau makanan, sangat lezat. Membuatku lapar saja, tapi siapa yang membuatnya? Jika yeoja itu yang membuatnya lebih baik aku tidak makan saja. Ah sudahlah, aku tidur saja.
“Kau tidak makan, Kyuhyun?” Aku mendengar suaranya memanggilku, biarkan saja aku malas meladeninya. “Kyuhyun…” Panggilnya lagi.
“APA!?” Teriakku refleks karena kesal mendengar sahutannya yang tak kunjung berhenti, itu sangat menggangguku. Aku ini lelah, apa dia tidak tahu? Aish~
“A… aniyo, lanjutkan saja tidurmu. Mianhaeyo.” Katanya tergagap. Baguslah dia mengerti tapi ekspresinya itu, apa aku terlalu keras? Dia seperti ketakutan sekali, ah biar saja. Kulihat dia sudah kembali menuju dapur.
***
Siang ini begitu cerah, ah… padahal aku mau pergi ke toko kaset. Ada game yang ingin kubeli tapi Sungmin hyung tidak membiarkanku meninggalkan dorm, meninggalkan Lee Yunhee sialan itu tepatnya. Kruyuuuuuuuuk… lapar T_T Aku sedang malas makan di luar, ah biarlah untuk seklai ini aku akan makan masakannya tapi di mana dia? Mana makanan yang biasa dia sipakan setap pagi, siang dan malam? Aku tak melihatnya di dapur atau di manapun, kurasa dia masih meringkuk di kasurku dengan mimpi-mimpi indah di tidurnya. Argh dasar yeoja tak tahu diri! Aku beranjak menuju kamarnya yang tak dikunci, bagus! Biar saja ini kan kamarku jadi apa salahnya kalau aku masuk tanpa permisi dan tidak mengetuk pintu kan? Dia tidak ada di kasur, lalu di mana?
Klek. “Uwwaaaaaaaaaaaa!!!” Sontak aku langsung menutup kedua mataku bersamaan dengan teriakan yeoja sialan yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan jubah mandinya, aish… aku harus bagaimana?
“Ya!! Apa yang kau lakukan Cho Kyuhyun!? KELUAR!” Teriaknya memekakkan telinga.
“Ara ara! Siapa juga yang mau berlama-lama di sini, babo!” Kataku tanpa membuka mataku sedikitpun, segera saja aku berbalik menuju pintu.
“Yunhee-ya! Aku membawakan buah apel kesukaanmu!”
Kudengar teriakan Donghae hyung dibarengi suara ketukan pintu kamar dari luar, GAWAT! Apa yang harus kulakukan?
“Donghae oppa?” Lirih Yunhee.
Aku memberanikan diri sekuat tenaga membalikkan badanku dan menarik tangan Yunhee masuk ke kamar mandi.
YUNHEE POV
“Ara ara! Siapa juga yang mau berlama-lama di sini, babo!” Kata Kyuhyun tanpa membuka matanya sedikitpun, dia segera berbalik menuju pintu.
“Yunhee-ya! Aku membawakan buah apel kesukaanmu!”
Kudengar suara Donghae oppa memanggilku dibarengi suara ketukan pintu kamar. “Donghae oppa?”
Tiba-tiba Kyuhyun sudah menarik tanganku masuk ke kamar mandi, apa yang dia lakukan?
“Ya!! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?”
Dia menutup pintu kamar mandi dan menguncinya lalu berbalik memandangku, dia menatapku tajam dari ujung kaki sampai ujung rambutku. Aigo~ dia mau berbuat apa? Aku takut sekali dan aku hanya bisa menunduk.
“Apa yang kau lihat?” Tanyaku memberanikan diri.
“Diam, Donghae hyung—kurasa dia akan masuk. Aku tidak mau dikira sedang mengintipmu, babo!”
“MWO?” Aku dikata babo lagi? Sial! Sehabis mengataiku dia menyalakan shower yang tepat berada di atasku dan ya aku basah kuyup sementara dia kering, bersih, hebat!
“Sssstt…”
Benar saja, aku mendengar suara pintu kamar dibuka. “Yunhee-ya, ini apel untukmu—eh? Dimana dia? Yunhee-ya, apa kau di kamar mandi?” Donghae oppa mengetuk pintu kamar mandi.
“Cepat jawab.” Bisiknya segera.
“Ne, oppa! Taruh saja apelnya di meja.” Aku menuruti perintah bocah setan yang ada di hadapanku ini.
“Baiklah!”
Dan aku tidak mendengar apapun lagi setelah pintu ditutup. Eh? Dia—Kyuhyun masih di hadapanku sekarang. Kenapa dia tidak juga keluar? Kenapa tatapannya seperti itu padaku? Sepertinya aku benar-benar terbius oleh tatapannya seolah tak ingin berpaling dari—wajah tampannya? Ah aku ini kenapa?
“Wae?” Tanyaku melihatnya tak berpaling juga. Aku langsung meraih tombol shower yang ada di belakang Kyuhyun, air dari shower yang terus menerus mengguyurku ini tak akan berhenti sebelum kumatikan sendiri karena namja bodoh ini tak melakukan apapun selain menatapku.
“Ani.” Kyuhyun langsung berbalik dan keluar.
To Be Continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar