Cast : Cho Kyuhyun
Yonhee (Happy Destiara)
Yonhee (Happy Destiara)
Genre : Romantic
PG : 16
Title: Love Is You
(disarankan biar pas, sekalian muter lagunya Love Is You - Cherrybelle :D)
KYUHYUN POV
Panas, musim panas yang menyebalkan.
Tentu saja karena hal inilah aku jadi lebih menyukai musim dingin, salju
dan udaranya membuatku nyaman. Aku memacu mobilku dengan kecepatan 200
Km/Jam, tidak peduli dengan petugas patroli yang sudah empat kali
kulewati toh jalanan sangat lenggang. Kalaupun sampai ada polisi yang
berani menghentikan Cho Kyuhyun ini—eh tapi itu tidak mungkin sih
kekeke.
Ckiiiittt!!
“Aaaa!!”
Sial! Aish… suara apa itu? Siapa orang
bodoh yang seenaknya saja menyeberang di hadapanku? Aku
ini—begini-begini juga tidak pernah melanggar lampu merah. Lalu siapa
yang salah? Tentu saja yeoja babo yang barusan menyebrang itu. Eh?
Kenapa dia? Kulihat yeoja itu ambruk tepat di depan kap mobilku, apa
tadi aku menabraknya? Tapi aku tidak merasakan sesuatu membentur
mobilku. Tuhan… aku tidak mau dapat masalah lagi hari ini, aku sudah
cukup mendapat masalah di dormku dengan kelakuan aneh pasangan monyet
dan ikan mokpo itu. Mereka membuatku ingin muntah, itulah kenapa aku
keluar dorm hari ini. Cih… ya aku adalah Cho Kyuhyun, maknae Super
Junior, boyband terkenal di seluruh penjuru Asia.
Aku bergegas keluar dari mobil,
penasaran dengan yang baru saja terjadi. Woaaa!! Aku mendapati seorang
yeoja terkapar lemas di jalanan aspal ini tapi aku yakin 100% kalau aku
tidak menabraknya, dia jatuh sendiri.
“Aku…” Gumam yeoja itu sebelum dia
terpejam dan tak sadarkan diri.
YUNHEE POV
Kenapa hidup seorang Lee Yunhee
semenderita ini? Kenapa aku harus menjadi Yunhee yang lemah? Kenapa aku
harus bertemu dengannya? Aku menjadi lemah karena dia. Dia, namja yang
telah meninggalkanku dengan semua kesakitan ini. Aku benar-benar hancur,
aku tak punya apapun lagi selain dirinya. Orangtuaku meninggal, rumahku
disita karena hutang appa yang menggunung. Aku hanya punya dia, tapi
dia mencampakanku begitu saja. Jadi, untuk apa lagi aku hidup, Lee Shin?
Lee Shin, namja yang sangat aku cintai.
Kami sudah 3 tahun berpacaran. Saat aku jatuh dan tidak memiliki apapun,
dia yang menopangku, memikul semua beban-beban penderitaanku. Menjadi
matahari yang menghangatkan tubuhku, menjadi tanah yang menampung air
mataku, menjadi air yang meredam amarahku, menjadi api yang menyulutkan
kebahagiaanku. Saat kudengar bahwa dia dijodohkan dengan seorang yeoja
kaya, cantik, dan pintar oleh orang tuanya aku merasa semua elemen yang
kubutuhkan perlahan mengikis dan menghilang kemudian. Shin menerima
perjodohan itu, tentu saja aku bukan apa-apa diandingkan yeoja sempurna
itu. Aku pergi dari apartement Shin—tidak aku kabur saat mengetahui
semua kenyataan ini, kenyataan bahwa dia tidak lagi mencintaiku. Aku
putus asa.
Siang ini, matahari begitu terik. Aku
berdiri melamun di seberang jalan sebuah halte bus dengan membawa
koper-koperku. Aku bahkan tidak tahu harus kemana, setidaknya aku tidak
lagi tinggal bersama namja brengsek dan plin-plan itu. Benar kalau aku
mencintainya, tapi sepertinya dia hanya menyukaiku sesaat. Dia sudah
mendapatkan segalanya dariku, setelah bosan dia membuang dan
mencampakkanku.
Aku menatap nanar jalanan aspal di
depanku, tak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Kenapa sepi sekali?
Sama kesepiannya seperti aku.
“Ah…” Perutku. Aish… rasanya aku mau
muntah, aku sangat mual. Kepalaku juga sakit. Dengan sempoyongan
kupaksakan kakiku melewati zebra cross di depanku, berniat untuk
menyeberang. Memang ini bukan saatnya untuk menyeberang dan lampu untuk
pejalan kakipun masih merah tapi ini sangat lenggang, kurasa tidak
apa-apa jika aku menyeberang sekarang.
Sudah setengah jalan tapi kenapa rasanya
jauh sekali? Aku tak sempat melihat kanan dan kiriku karena sibuk
dengan koper-koper yang kubawa, aku benar-benar memaksakan diri yang
jelas-jelas sudah tak kuat lagi untuk berjalan.
“Aaaa!!” Aku berteriak melihat mobil
yang dengan santernya bergerak ke arahku.
Ckiiiittt!!
Kalau tidak cepat mengerem seperti tadi
mungkin mobil itu sudah menabrak tubuhku yang sangat lemas ini, suara
itu mengagetkanku sampai aku jatuh ke jalan. Aku masih terduduk sampai
kudengar suara seseorang membuka pintu mobil, aku langsung jatuh
terkapar. Aku benar-benar sudah tak ada tenaga lagi, orang itu mendekat.
“Aku…” Gumamku sebelum semuanya menjadi gelap.
***
“Aish… hyung! Sudah kubilang dari tadi,
dia itu bukan yeojachinguku!!”
“Lalu kenapa kau membawanya kemari,
huh?”
“Kenapa? Tentu saja karena takut
ketahuan oleh media, tidak mungkin nanti aku berakhir di penjara karena
menabrak seseorang seperti itu.”
Samar-samar kudengar suara gaduh itu,
perlahan aku membuka mataku. Mengerjap-ngerjap sebentar untuk
menyesuaikan sinar matahari dari jendela yang begitu menyilaukan.
“Di mana aku?”
Kamar? Kamar siapa ini? Semuanya
berwarna putih, apa aku sudah mati? Ah, tidak mungkin. Kulihat disebelah
ranjangku ada ranjang lain yang sama besarnya dengan ranjang yang aku
duduki sekarang. Aku benar-benar tidak ingat apapun dan tiba-tiba sudah
berada di ranjang ini. Eh? Banyak sekali foto aneh di dinding.
“SU-PER JU-NI-OR?” Aku mengeja tulisan
yang tertera di foto besar itu. Ada banyak sekali orang di foto itu,
siapa mereka? Apa salah seorang dari mereka yang menolongku? Kudengar
suara knop pintu dan langkah seseorang yang semakin mendekat.
“Sudah sadar eh?” kata namja itu sambil
mengahampiriku. Dia memandangiku—ani dia menatap baju yang kukenakan.
Hah? Aku baru sadar, ini bukan baju yang kukenakan saat di jalan waktu
itu. Lalu siapa yang menggantinya? Dia? Huaaa~
“Bajuku…”
“Kalau kau pikir aku yang melakukannya,
kau salah. Pembantu kami yang menggantikan pakaianmu.” Katanya tersenyum
sinis.
Namja ini… Hah? Aku baru ingat, Super
Junior? Dia ini kan salah satu membernya. Walaupun aku tidak tahu banyak
tentang mereka tapi… benarkah aku berada di tempat ini? Apa dia yang
menolongku? Dan, eh? Kenapa dia terlihat begitu tampan dengan
senyumannya barusan? Yak!! Lee Yunhee!! Apa yang ada di dalam otakmu
sih? Apa kau sudah gila memuji-muji orang yang baru kau kenal?
“Siapa namamu?” Tanyanya ketus.
“Err… Lee Yunhee.” Kataku terbata.
“Kalau boleh tahu, di mana aku sekarang?”
“Di dorm kami, maksudku super junior.”
“Kau yang menolongku atau kau yang
menabrakku?”
“Mwo? Enak saja kau bilang aku
menabrakmu. Aku menolongmu karena kau pingsan entah kenapa di depan
mobilku, jadi aku tidak mau terjadi salah paham. Apalagi aku ini
terkenal.”
Cih… percaya diri sekali dia. Namja itu
duduk di sofa berseberangan dengan ranjang yang kutempati, dia mengacak
rambut belakangnya gusar. “Berapa umurmu?”
“21, wae?” Tanyaku penasaran dengan
pertanyaan bertubinya.
Namja itu menghela nafas, “Kau tahu
kalau kau hamil?”
Sontak aku sangat kaget dengan
pertanyaannya yang satu itu. “Ne…” Jawabku gugup, dari mana dia tahu
kalau sekarang di perutku sedang tumbuh seorang bayi? “Kau tahu?”
Tanyaku ragu-ragu.
KYUHYUN POV
Aku menghela nafas perlahan, “Kau tahu
kalau kau hamil?”
Kelihatan sekali ekspresi kaget di wajah
yeoja itu. “Ne…” Jawabnya terdengar gugup, “Kau tahu?” Tanyanya.
“Aku bukan orang baik tapi aku tidak
tega melihat kau jatuh pingsan kemarin, lalu kubawa kau ke tempatku. Aku
juga meminta dokter pribadi kami untuk memeriksamu dan yang membuatku
kaget dia bilang kau hamil 2 bulan.” Jelasku panjang lebar.
“Gomawoyo sudah menolongku. Aku…”
“Cepat mandi, kami sudah menunggumu di
dapur untuk makan siang.” Sergahku langsung memotong kata-katanya,
segera aku beranjak keluar dari kamarku.
Cih… yeoja macam apa dia ini? Hamil dan
seenaknya pingsan di jalan. Dan kurang baik apa aku sudah meolongnya dan
membiarkannya tidur di kamarku, di kasurku. Lagipula mana suaminya?
Membiarkan istri yang sedang hamil berkeliaran membawa koper-koper besar
dan berat itu sendirian. Hah… aku ini kenapa? Untuk apa juga aku
mengurusi yang bukan urusanku.
YUNHEE POV
Perlahan aku keluar dari kamar dengan
agak canggung, aku sudah bersih dan wangi sekarang. Benarkah aku di dorm
super junior?
“Annyeonghaseyo…” Sapaku canggung pada
ke-lima namja yang tengah duduk, sepertinya mereka sudah siap makan
siang.
“Annyeonghaseyo…” Balas mereka bersamaan
kecuali namja yang tadi bicara denganku di kamar, tampangnya sangat tak
bersahabat.
Aku duduk di kursi kosong yang sudah
disediakan, menatap ke-lima namja itu dengan sangat canggung dan
perasaan yang tidak enak.
“Siapa namamu?” Tanya namja berbibir
mungil.
“Lee Yunhee imnida.”
“Naneun Lee Sungmin imnida.” Katanya
dengan senyuman hangat menghiasi bibirnya, dia lucu sekali.
“Aku Lee Donghae, salam kenal.” Namja di
sebelahnya pun tersenyum padaku.
“Naneun Lee Hyuk Jae imnida, orang-orang
biasa memanggilku Eunhyuk.”
“Ah kalau aku Kim Ryeowook, aku suka
sekali memasak.” Katanya dengan sangat riang. Mereka ini… sangat
menyenangkan di awal perkenalan.
“Kulihat di foto itu kalian banyak
sekali, lalu di mana yang lain?”
“Ah, mereka sibuk dengan kegiatan
pribadinya.” Jawab Donghae.
“Kalian ini… benarkah kalian super
junior itu?”
“Kau tidak tahu?” Eunhyuk oppa terlihat
kaget mendengar pertanyaanku. “Kami ini…” Mereka mulai berdiri kecuali
namja bernama Cho Kyuhyun itu.
“Uri SUPER JUNI-OR!!” Ke-4 namja itu
berteriak kompak haha mereka ini lucu sekali. Aku tertawa kecil melihat
tingkah lucu mereka, baru kusadari mereka jadi ikut tertawa melihat
tawaku yang sepertinya—aneh.
Kemudian mereka kembali duduk, kami
mulai menyantap makanan yang ada di hadapan kami. Ini benar-benar lezat,
sepertinya orang yang bernama Ryeowook itu yang memasak karena tadi dia
bilang suka sekali memasak.
“Dimana leadernya?” Tanyaku diikuti
kekehan pelan yang lain. Wae? Ada yang salah? Aku memang tidak tahu
banyak dan tidak bisa menghafal nama mereka dengan baik, yang kutahu
hanya leader dari boyband ini. Ya, Leeteuk setahuku.
“Kukira kau tidak benar-benar mengenal
kami haha Leeteuk hyung sedang ke pergi ke gedung agency kami.” Jawab
yang bernama Sungmin.
“Panggil oppa saja supaya kau tidak
canggung, ya?” Eunhyuk memberikan solusi yang pas untukku. Oppa? Umm
lumayan.
Nyaris tak terdengar suara lagi, semua
diam, dia… aku menatap namja yang menolongku waktu itu, dia tidak
berkata apapun bahkan mengenalkan dirinya saja tidak. Dia hanya sibuk
memainkan garpu di tangannya. Kenapa dia jutek sekali padaku?
“Namanya Cho Kyuhyun, ssstt…” Sungmin
oppa menyenggol lengan namja itu, dia langsung tersadar dan menatapku
dingin.
“Cho Kyuhyun imnida dan jangan panggil
aku dengan sebutan oppa, cukup Kyuhyun saja.” Katanya ketus, cih… dia
ini benar-benar tidak tahu caranya bersopan santun. Bahkan untuk senyum
pun sepertinya sangat sulit baginya.
“Kemarin Kyuhyun bilang kau pingsan di
jalan dan dia tidak mungkin membawamu ke rumah sakit karena resikonya
akan sangat berat mengetahui kami ini artis yang sedang naik daun di
seluruh penjuru Asia hahaha. Jadi, dia memanggil dokter khusus yang
biasa menangani kami dan sudah pasti dia akan membungkam mulutnya.”
Eunhyuk oppa menjelaskan panjang lebar tapi kurasa tidak usah dengan
gaya menyombongkan diri begitu, kan? Haha dia benar-benar yang paling
punya selera humor tinggi. Aku hanya tersenyum.
“Ne, gomawoyo oppadeul.”
“Ah, aku sudah selesai. Kamsahamnida.”
Dongahe oppa bangkit dari tempat duduk. “Kajja, yeobo.” Dia menarik
tangan Eunhyuk oppa dan menggandengnya mesra. Eh? Mereka ini kenapa?
“Uhuk uhuk.” Kulihat Kyuhyun
terbatuk-batuk melihat tingkah Donghae-Eunhyuk oppa.
“Kalian mau kemana?” Tanya Kyuhyun.
“Kami ada acara.” Ryeowook oppa juga
sepertinya akan pergi. “Kami tinggal dulu ya.” Ya, mereka pergi.
Sekarang hanya tinggal aku, Kyuhyun, dan Sungmin oppa saja.
“Aku menyusul nanti.” Kata Sungmin.
Suasana kembali hening, aku sangat tak
terbiasa dengan suasana seperti ini.
“Kau tinggal dimana? Biar aku yang
mengantarmu pulang.” Kali ini Sungmin oppa yang memecah keheningan di
antara kami.
“Err… aku…” Ini pertanyaan yang sulit
kujawab tapi aku tak bisa berbohong. “Aku tak punya rumah ataupun tempat
untuk tinggal.” Kataku dan sukses membuat kedua orang di hadapanku
menganga. “Aku juga tidak punya orang tua ataupun saudara.” Sergahku
sebelum mereka mengusulkanku untuk ke rumah orang tuaku atau apapun.
“Suamimu?” Sungmin oppa menanyakan hal
yang benar-benar tak ingin kujawab.
“Kau tak lihat dia membawa koper besar
itu? Itu menandakan dia kabur dari suaminya atau baru saja bercerai.”
Kata Kyuhyun. Pletak! Sendok Sungmin oppa mendarat tepat di kepala
Kyuhyun. “Yak!! Appo, hyung!”
“Aish… kau ini, tidak bisakah kau
menjaga perasaannya sedikit saja? Yunhee-ya…” Sungmin oppa dengan lembut
menyebut namaku. “Lalu setelah ini kau berniat kemana?”
“Mollayo.”
“Baiklah, untuk sementara kau boleh
tinggal di dorm kami. Mmm tepatnya di kamarku dan Kyuhyun, kami akan
tidur di ruang tv.”
“Ah, jeongmalyo? Gomawoyo, oppa.” Aku
sangat senang mendengar kebaikan hati Sungmin oppa.
“Aish… yeoja yang merepotkan.” Kata
Kyuhyun sepertinya dia risih dengan keadiranku, sangat terlihat di
wajahnya yang tidak bersahabat itu.
“Kyuhyun~a, aku ada schedule. Kau yang
menemani Yunhee, jaga dia baik-baik.” Kata Sungmin oppa menepuk pundak
Kyuhyun. “Aku tinggal dulu ya, Yunhee-ya.” Katanya tersenyum seraya
memakai jaket dan segera beranjak pergi.
Aku mengangguk dan tersenyum dan kau
tahu, suasana kembali canggung. Aku duduk termangu di hadapannya yang
belum juga menyelesaikan makan siangnya. Ah, aku akan membereskan piring
kotor saja, daripada aku seperti patung bodoh. Namun tiba-tiba tanganku
tak sengaja bersentuhan dengan tanagn namja dingin itu saat merapikan
piring di hadapannya, kulihat dia segera memalingkan muka dan beranjak
menuju sofa lalu menyalakan televisi.
“Kenapa kau tidak berbaikan saja dengan
suamimu? Apalagi kau sedang hamil, akan sangat repot tinggal sendirian
nantinya.” Kata Kyuhyun dari ruang tv sementara aku di dapur sedang
mencuci piring.
Aku belum menjawab, masih sibuk
menyelesaikan pekerjaanku. Beberapa menit kemudian, aku menghampirinya
lalu duduk di sampingnya. “Aku tidak punya suami.” Kataku pelan.
“MWO??!!” Teriaknya kaget, hampir saja
jantungku copot dibuatnya. “Jangan bilang kau hamil di luar nikah.”
Aku hanya mengangguk pasrah, “Memang
benar.”
“Aish… jinjja. Kau ini yeoja macam apa,
hah?”
“Jangan berpikiran jelek dulu
tentangku!” Bentakku padanya, aku tak terima langsung dinilai speerti
itu bahkan dia belum kenal dekat denganku.
“Lalu aku harus berpikir seperti apa?”
“Aku…” Kurasakan air mataku sudah jatuh
tak terbendung. “Aku mencintainya.”
KYUHYUN POV
“MWO??!!” Teriakku kaget. “Jangan bilang
kau hamil di luar nikah.”
Dia hanya mengangguk pasrah, “Memang
benar.”
“Aish… jinjja. Kau ini yeoja macam apa,
hah?” Dia ini benar-benar membuatku kaget dengan pernyataannya tadi.
“Jangan berpikiran jelek dulu
tentangku!” Bentaknya padaku, seperti tak terima dengan kata-kataku.
“Lalu aku harus berpikir seperti apa?”
“Aku…” Kudengar dia terisak, apa dia
menangis? “Aku mencintainya.”
Aku terdiam sesaat, menatapnya
dalam-dalam.
“Kami sudah mau menikah tapi orang
tuanya menjodohkan pria yang kucintai itu dan sialnya dia menerima
perjodohan itu lalu mencampakanku.” Kulihat air matanya sudah tak
terbentung lagi, yeoja ini menangis sejadi-jadinya di depanku. “Aku tak
punya siapa-siapa lagi dan aku juga tidak punya tempat untuk tinggal,
aku tidak tahu harus kemana.”
Tanpa sadar, aku sudah merengkuhnya
dalam pelukanku. Walaupun aku tak mengalami kehidupan seperti yang
dialaminya tapi aku juga ikut merasakan sakitnya, merasakan penderitaan
yeoja malang ini. Aku membiarkannya membasahi kemeja yang kukenakan,
berharap dengan begitu bebannya bisa hilang walaupun hanya sedikit.
Kurasa yeoja ini hanya membutuhkan tempat untuk mencurahkan semua
kesedihannya. Bayinya… bagaimana mungkin seorang namja tega mencampakan
yeoja yang tengah mengandung darah dagingnya sendiri? Aish… dasar namja
tak berpendidikan sepertinya dia itu.
***
YUNHEE POV
Aku melewati satu pagi di dorm kediaman
super junior ini, aku tidak mau menyusahkan mereka dan hanya menumpang
tinggal tanpa melakukan apa-apa. Aku juga tidak akan menggunakan alasan
‘aku sedang hamil’ yang menghalangi semua aktifitasku nanti. Pagi-pagi
sekali aku bangun, aku mengerling sebuah jam dinding yang ada di
hadapanku—di kamar Kyuhyun dan Sungmin oppa tentunya—hmm pukul 4. Kubuka
pintu kamarku pelan dan langsung yang kudapati adalah pemandangan
samar-samar kedua manusia yang tergeletak di lantai tanpa dosa, ya
Sungmin oppa dan Kyuhyun yang tidur di ruang tengah dengan matras
seadanya. Ini sangat ironis, tapi mau bagaimana lagi? Masa aku yang
tidur di sini? Bisa-bisa bukan tulangku saja yang remuk, anakku? Oh
tidaaak.
Perlahan dengan sangat hati-hati aku
melangkah menuju dapur melewati mereka yang kuperhatikan seperti tak
nyaman—ani memang benar-benar tak nyaman dengan posisi mereka. Kudengar
mereka juga mengerang kecil, ah kasihan sekali. Sesaat setelah aku
menyalakan lampu dapur… taraaaaa washtafle penuh dengan tumpukan piring
kotor, bekas bungkus makanan juga tercecer di mana-mana. Aish~ mereka
sangat jorok, bisa-bisanya meninggalkan kotoran seperti ini? Sangat
menjijikan dan aku paling tidak betah dengan keadaan seperti ini.
Tiba-tiba saja jiwa keibuan ini muncul tanpa kusadari, kupikir tak ada
salahnya melatih kemampuanku sebagai calon ibu nantinya hehe. Aku
langsung membereskan semuanya dengan sangat cepat. Tidak peduli
menimbulkan suara berisik atau apapun, eh wae? Ini kan memang waktunya
mereka bangun.
“Hoahmm…” Kedengarannya itu seperti
suara Sungmin oppa dari ruang tengah yang tak jauh dengan dapur.
Benar saja, dia menghampiriku yang
sedang berdiri di depan kompor. “Pagi, Oppa.” Sahutku dengan senyuman.
Ini pukul 6, wajar dia sudah bangun.
“Pagi Hee-ya.” Katanya dengan sweet
morning facenya yang sangat menggemaskan itu.
“Ne?”
“Tidak apa-apa kan kupanggil Hee-ya
saja?” Dia tersenyum.
“Ah… ne, gwenchanayo.” Aku gugup sekali.
“Ngomong-ngomong sedang apa kau sepagi
ini sudah nongkrong di dapur?”
“Mmm hanya bersih-bersih.”
“Calon ibu yang baik.” Dia mengelus
puncak kepalaku dan sukses membuatku kaget setengah mati. “Baiklah, aku
mau mandi dulu.” Tambahnya seraya berjalan ke kamar mandi.
“Kau mau kubuatkan sarapan?” Sergahku
sesaat sebelum Sungmin oppa menutup pintu.
“Boleh kalau tidak merepotkan.” Jawabnya
dan segera setelah itu kudengar suara pintu kamar mandi yang ditutup
tapi beberapa detik kemudian dia membukanya lagi. “Sekalian untuk yang
lain juga tidak apa-apakan, Hee-ya?”
“Ah, ne, baiklah.”
Setelah mendengar jawabanku dia kembali
menutup pintu kamar mandi. Aku tidak boleh mengecewakan oppadeul yang
sudah berbaik hati rela menampungku di sini, memenuhi dan mempersempit
ruang di dorm ini. Aku akan melakukan yang terbaik dengan memasakkan
makanan sehat dan lezat.
“Yak!! Neo… sedang apa huh?!” Sumpah
demi apapun aku sangat kaget mendengar teriakan namja sialan ini, Cho
Kyuhyun kau membuatku hampir mati!!
“Wae?”
“Kau menimbulkan suara berisik yang
membangunkanku! Aish~ jinjja.” Katanya sambil menggaruk-garuk kepala.
“Aku sedang menyiapkan sarapan untuk
kalian, kau lapar kan?”
“Yak!! Kenapa ribut sekali?” Eunhyuk
oppa keluar dari kamarnya, mungkin kaget dengan teriakan Kyuhyun tadi.
“Haruuuum…” Kulihat Shindong oppa juga
keluar dari kamar, dia berjalan dengan mengikuti aroma dari kamarnya ke
dapur. Tidak berhenti sampai disitu, selang beberapa detik oppadeul yang
lain menyusul. Mereka berbondong-bondong menghampiri meja makan dan
melihat pemandangan yang sepertinya jarang mereka lihat di atas meja, ya
benar, sarapan sehat yang sangat lezat buatanku hihihi.
“Kau yang menyiapkan semua ini,
Yunhee-ya?” Tanya Donghae oppa antusias.
“Hmmm… enak sekali!” Aku belum menjawab
pertanyaan Donghae oppa tapi Shindong oppa sudah terlebih dahulu melahap
omelet buatanku.
“Waaah, sudah jadi rupanya!” Kulihat
Sungmin oppa baru saja keluar dari kamar mandi. Dia langsung menyerobot
makanan yang ada di meja, diikuti yang lain.
Yaah, akhirnya mereka semua makan
masakanku juga. Aku senang? Tentu saja, melihat mereka suka dengan
masakanku itu adalah kebanggaan tersendiri buatku. Lee Shin
brengsek—mantan pacarku itu pun selalu memuji masakanku. Ah, sial!
Kenapa aku mengingatnya lagi?
“Huh.” Dengusku kesal tapi lebih
terdengar seperti gumaman kecil.
“Eh, Yunhee-ya waeyo? Kau tidak ikut
makan?” Donghae oppa menyipitkan matanya heran melihatku.
“Ah, ani. Aku sudah makan tadi saat
kalian masih tidur.” Kataku akhirnya lalu duduk di sofa dekat dapur
sambil menatap kebersamaan mereka, mereka terlihat begitu bersatu dan
aku merasa hangat dan nyaman berada disekeliling mereka. Ya, itu kesan
pertamaku pada sekumpulan manusia ini.
Kulihat Eunhyuk oppa menyuapi Donghae
oppa, Shindong oppa yang berebut makanan dengan Sungmin oppa, serta
perbincangan hangat mereka. Haha melihat kedekatan mereka aku hampir
menitikkan air mata, eh? Tapi kenapa dengan namja yang satu itu? Cih…
dia sok jaim menurutku, sikapnya itu menyebalkan. Kalau tak suka dengan
masakanku ya sudah. Tidak perlu memakannya dengan ekspresi menyebalkan
seperti itu, Cho Kyuhyun.
Di hari-hari berikutnya memasak adalah
tugas utamaku di dorm ini, sekarang Wookie oppa tidak perlu susah susah
menyiapkan makakan untuk member lain ya walaupun terkadang dia tak tega
padaku lalu pada akhirnya ikut membantuku hehe. Entah kenapa mereka itu
sangat baik padaku, aku selalu mengambil alih pekerjaan rumah bermaksud
untuk sedikit meringankan pekerjaan mereka yang lebih banyak dan
melelahkan di luar sana dengan menghibur para fans tapi Sungmin oppa dan
Donghae oppa sering berkata padaku, “Kau sedang hamil, jangan bekerja
terlalu berat. Serahkan saja pada kami.” atau “Sini, aku saja.” Tentu
saja aku menolak, ini kan hitung-hitung untuk membayar hutang budiku
pada mereka yang sudah berbaik hati menerimaku untuk tinggal di dorm ini
dan aku tulus melakukannya. Alhasil, mereka juga jadi ikut membantu.
Malah aku yang merepotkan mereka karena keseringan meminta tolong
dibelikan buah, susu, dan barang lainnya. Eunhyuk oppa yang lumayan
sering tapi sejak mereka terlalu sibuk dengan kegiatan pribadinya
sehingga hanya meninggalkan Kyuhyun bersamaku dan itu membuatku tidak
bisa mengandalkan siapapun lagi >_<
Aku berinisiatif membuat makanan super
enak untuk oppadeul karena sudah baik padaku selama seminggu terakhir
ini, aku sangat berterimakasih pada mereka karena sudah berbaik hati
menerimaku di sini.
“Aku pulang.” Khas sekali, sepertinya
dugaanku benar kalau itu suara Kyuhyun yang baru datang. Kulihat
beberapa hari ini Kyuhyun sering pergi mengantar Sungmin oppa berlatih
untuk drama musikalnya, dia lumayan baik juga tapi tidak padaku. Aku
tidak habis pikir, orang macam apa dia itu? Selama aku di sini dan
membuatkan makanan, dia seperti melihat makanan kotor di hadapannya.
Bahkan untuk mencicipinya pun tidak pernah, dia sering pergi ke luar
untuk makan saat semuanya makan bersama di dorm.
Dia membenciku kah? Dia sangat ketus dan
tidak berperasaan jika sudah berhadapan denganku. Apa aku
merepotkannya? Ah, kalau itu sudah jelas tapi apa dengan
memperlakukannku seperti itu dia bisa melampiaskan semua kekesalan dan
ketidaksukaannya terhadapku? Baiklah, kalau itu yang membuatnya lebih
baik aku tidak masalah. Lagipula oppadeul yang lain juga sudah sangat
baik padaku.
KYUHYUN POV
Ini hari ke tujuh semenjak yeoja tak
dikenal dan sangat merepotkan itu menempati dorm kami, aku benar-benar
tak tahan dengannya. Aku jarang berbicara dengannya bisa dibilang tidak
berminat tapi semenjak hyungdeul ku mendadak mempunyai banyak schedule,
aku sering ditinggal berdua dengannya dan itu membuatku tidak nyaman
sama sekali. Kalau fansku bilang aku ini namja dingin tak berperasaan
pada setiap yeoja kurasa itu benar, aku tak keberatan dicap seperti itu.
Aku tidak akan berbaik hati, kurasa air matanya waktu itu hanya sebagai
kedok agar dia bisa tinggal gratis dan dilayani seenaknnya di dorm kami
cih… benar-benar alibi yang bagus. Yang tak kalah menyebalkan adalah
aku jadi tidak bisa tidur di ranjangku yang nyaman, aku dan Sungmin
hyung tidur di ruang tv sementara dia tidur di kamarku yang sangat
nyaman itu. Aku harus mencari cara agar dia tidak tidur di kamarku lagi.
Aku baru saja pulang sehabis mengantar
Sungmin hyung latihan untuk drama musikalnya, aku merebahkan badanku di
atas sofa tepat di depan televisi. Ah~ aku lelah sekali. Samar-samar aku
mencium bau makanan, sangat lezat. Membuatku lapar saja, tapi siapa
yang membuatnya? Jika yeoja itu yang membuatnya lebih baik aku tidak
makan saja. Ah sudahlah, aku tidur saja.
“Kau tidak makan, Kyuhyun?” Aku
mendengar suaranya memanggilku, biarkan saja aku malas meladeninya.
“Kyuhyun…” Panggilnya lagi.
“APA!?” Teriakku refleks karena kesal
mendengar sahutannya yang tak kunjung berhenti, itu sangat menggangguku.
Aku ini lelah, apa dia tidak tahu? Aish~
“A… aniyo, lanjutkan saja tidurmu.
Mianhaeyo.” Katanya tergagap. Baguslah dia mengerti tapi ekspresinya
itu, apa aku terlalu keras? Dia seperti ketakutan sekali, ah biar saja.
Kulihat dia sudah kembali menuju dapur.
***
Siang ini begitu cerah, ah… padahal aku
mau pergi ke toko kaset. Ada game yang ingin kubeli tapi Sungmin hyung
tidak membiarkanku meninggalkan dorm, meninggalkan Lee Yunhee sialan itu
tepatnya. Kruyuuuuuuuuk… lapar T_T Aku sedang malas makan di luar, ah
biarlah untuk seklai ini aku akan makan masakannya tapi di mana dia?
Mana makanan yang biasa dia sipakan setap pagi, siang dan malam? Aku tak
melihatnya di dapur atau di manapun, kurasa dia masih meringkuk di
kasurku dengan mimpi-mimpi indah di tidurnya. Argh dasar yeoja tak tahu
diri! Aku beranjak menuju kamarnya yang tak dikunci, bagus! Biar saja
ini kan kamarku jadi apa salahnya kalau aku masuk tanpa permisi dan
tidak mengetuk pintu kan? Dia tidak ada di kasur, lalu di mana?
Klek. “Uwwaaaaaaaaaaaa!!!” Sontak aku
langsung menutup kedua mataku bersamaan dengan teriakan yeoja sialan
yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan jubah
mandinya, aish… aku harus bagaimana?
“Ya!! Apa yang kau lakukan Cho Kyuhyun!?
KELUAR!” Teriaknya memekakkan telinga.
“Ara ara! Siapa juga yang mau
berlama-lama di sini, babo!” Kataku tanpa membuka mataku sedikitpun,
segera saja aku berbalik menuju pintu.
“Yunhee-ya! Aku membawakan buah apel
kesukaanmu!”
Kudengar teriakan Donghae hyung
dibarengi suara ketukan pintu kamar dari luar, GAWAT! Apa yang harus
kulakukan?
“Donghae oppa?” Lirih Yunhee.
Aku memberanikan diri sekuat tenaga
membalikkan badanku dan menarik tangan Yunhee masuk ke kamar mandi.
YUNHEE POV
“Ara ara! Siapa juga yang mau
berlama-lama di sini, babo!” Kata Kyuhyun tanpa membuka matanya
sedikitpun, dia segera berbalik menuju pintu.
“Yunhee-ya! Aku membawakan buah apel
kesukaanmu!”
Kudengar suara Donghae oppa memanggilku
dibarengi suara ketukan pintu kamar. “Donghae oppa?”
Tiba-tiba Kyuhyun sudah menarik tanganku
masuk ke kamar mandi, apa yang dia lakukan?
“Ya!! Lepaskan aku! Apa yang kau
lakukan?”
Dia menutup pintu kamar mandi dan
menguncinya lalu berbalik memandangku, dia menatapku tajam dari ujung
kaki sampai ujung rambutku. Aigo~ dia mau berbuat apa? Aku takut sekali
dan aku hanya bisa menunduk.
“Apa yang kau lihat?” Tanyaku
memberanikan diri.
“Diam, Donghae hyung—kurasa dia akan
masuk. Aku tidak mau dikira sedang mengintipmu, babo!”
“MWO?” Aku dikata babo lagi? Sial!
Sehabis mengataiku dia menyalakan shower yang tepat berada di atasku dan
ya aku basah kuyup sementara dia kering, bersih, hebat!
“Sssstt…”
Benar saja, aku mendengar suara pintu
kamar dibuka. “Yunhee-ya, ini apel untukmu—eh? Dimana dia? Yunhee-ya,
apa kau di kamar mandi?” Donghae oppa mengetuk pintu kamar mandi.
“Cepat jawab.” Bisiknya segera.
“Ne, oppa! Taruh saja apelnya di meja.”
Aku menuruti perintah bocah setan yang ada di hadapanku ini.
“Baiklah!”
Dan aku tidak mendengar apapun lagi
setelah pintu ditutup. Eh? Dia—Kyuhyun masih di hadapanku sekarang.
Kenapa dia tidak juga keluar? Kenapa tatapannya seperti itu padaku?
Sepertinya aku benar-benar terbius oleh tatapannya seolah tak ingin
berpaling dari—wajah tampannya? Ah aku ini kenapa?
“Wae?” Tanyaku melihatnya tak berpaling
juga. Aku langsung meraih tombol shower yang ada di belakang Kyuhyun,
air dari shower yang terus menerus mengguyurku ini tak akan berhenti
sebelum kumatikan sendiri karena namja bodoh ini tak melakukan apapun
selain menatapku.
“Ani.” Kyuhyun langsung berbalik dan
keluar.
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar