Rabu, 14 Maret 2012

ff - The Way Look At Me [prolog]

Author             :Harnosa
Genre              : friendship, romance, Angst, AU
Length             : Chaptered
Rate                 : PG-15
Main Cast        :
  • Lee Donghae ‘ Super Junior’
  • Cho Kyuhyun ‘ Super Junior’
  • Kwon Jiyong/ G- Dragon ‘Big Bang’
  • Park Min Hee
  • Han Minji
  • Song Hye Ra
Support cast:
  • Lee Gikwang ‘ Beast’
  • Kim Jonghyun ‘Shinee’
  • Nickhun ‘ 2PM’
  • Xiah Junsu ‘TVXQ/JYJ’
  • Oh Sa-Rang
  • Kim Tata
  • Lee Eunji
  • Lee Hyorin
  • Choi Jihye
Disclamer : Minnie storyline! FF ini memiliki pribadi karakter yang seimbang. Ini hanya khayalan dan tidak bermaksud untuk memperjelek karakter. Mohon dimengerti.

Note : Mau sedikit bermain? pilih salah satu karakter yang ada untuk jadikan dirimu dan jangan pernah pindah ke karakter lain. Lebih baik pilih yang cast utama karena pasti sering keluar. Let’s play this!
************************
Mokpo,South Korea.10th  January , 10:00 AM
               Seorang gadis dengan balutan blouse putih  dan celana pendek  sederhana, terlihat sedang membereskan beberapa pakaiannya yang menumpuk di lemari kamarnya dan memasukan ke dalam kopernya.  Dia mengambil apapun yang ia butuhkan waktu itu. Segala pakaian dan perlengkapannya, Handphone, ipod, topi dan cardigannya. Lalu menutup koper itu.
“Hee-ya , kau mau ke mana?” Tanya seorang pria  yang sedikit mengejutkan wanita yang bernama Park Min Hee itu. Min Hee melihat ke arah pria itu sekilas dan tersenyum singkat.
“Seoul.” Jawabnya singkat.
Min Hee berjalan ke meja riasnya. Ia mengambil sisir yang berada di depan meja riasnya dan membuka kuncirannya perlahan. Min Hee memandang cermin besar yang memantulkan kecantikan alaminya. Min Hee merapikannya dengan singkat  rambutnya lalu kembali menguncirnya. Pria itu tampak dalam pantulan kaca besar itu. Jelas sekali dia memandang Min Hee dengan sangat lekat.
“Kau mau mengikuti audisi itu? Sungguh?”  Pria itu menarik Min Hee mendekat padanya  hingga membuat mata mereka beradu dalam satu pandangan yang intens. Min Hee menatap lekat pria yang kini berdiri tegak di hadapannya.
“ Menurut oppa, adakah alasan lain untuk aku pergi ke Seoul?” Tanya Min Hee retoris.
“ Tidak kan? Oppa tau bahwa aku menginginkan ini sejak lama. Menginginkan menjadi seorang penyanyi. Itu impianku sejak kecil dan jangan katakan bahwa oppa akan menghancurkannya. Aku tak akan mengurungkan niatku sekalipun oppa yang melarangku.”  Tak ada kata lain lagi setelah itu. Cengkraman pria itu melemah dan  Min Hee kembali menghadap cermin besarnya dan memoles sedikit riasan tipis di wajahnya.
Memang benar bahwa  menjadi seorang penyanyi adalah impian gadis itu sejak kecil dan dia tak mungkin menghancurkannya hanya karena keegoisan dirinya. Sejujurnya bukan karena ia tak mau mendukung Min Hee menjadi penyanyi. Tapi hanya saja ia takut. Ia takut hidup jauh dari Min Hee. Karena ia sudah terbiasa untuk berada di dekatnya. Lebih tepatnya, ia sudah terbiasa berada di sisinya sejak kecil sebagai sahabatnya.
“Hee ~ah….”  Kini pria itu mendekati Min Hee perlahan  dan memeluknya lembut dari belakang.
Pria  itu meletakan kepalanya di bahu Min Hee, di mana ia dapat menemukan kenyamanan tersendiri. Lalu memejamkan matanya seakan hal itu dapat menahan semuanya. Ia memeluknya dengan sangat erat dan  detik itu pula menghentikan aktivitas Min Hee.
Min Hee meletakan segala alat riasnya dan memegang tangan pria itu .
Kajimaa… jeball…. Kajimaa….(jangan pergi ,kumohon)” Pinta pria itu pelan.
Jebal(kumohon)…” ulangnya lagi. Min Hee dapat merasakan betapa kasarnya napas pria itu. Dia tak sedang menahan tangisnya bukan?
“Hae oppa, aku akan baik-baik saja.”  Min Hee menyentuh lembut tangan pria yang bernama Lee Donghae itu  dan mengelusnya singkat. Perlahan ia berusaha melepaskan pelukan yang dianggap terlalu nyaman untuknya. Ia takut bila Donghae terlalu lama memeluknya, ia akan benar-benar membatalkan niatnya. Ini tak akan terjadi lagi. Tak akan.
“Hee~ah, aku mohon padamu……”  Donghae berdiri sejajar dengan Min Hee dan meraih tangannya. Menahan tangan itu dalam genggamannya dan menatap Min Hee dengan sangat lekat. Mata itu, mata hitam pekat itu akankah ia tak akan melihatnya lagi?
“ Oppa, Mwe(kenapa)? Oppa tak akan melarangku untuk ikut audisi itu kan? Aku sudah membulatkan tekadku.”
Donghae merendahkan tatapannya dan kembali melepas genggamannya dari Min Hee. Ia berjalan menjauh dari Min Hee dan kakinya bergerak menuju menuju jendela kamar Min Hee. Sedikit melihat sinar matahari yang begitu cerah menyilaukan di kota Mokpo. Penuh dengan keramaian kota yang khas akan bau laut .Namun bukan itu yang Donghae lihat dengan cermat. Tangannya mengepal keras.
“Audisi itu … aku yakin pasti kau diterima dengan bakatmu yang sangat luar biasa . Bernyanyi hingga 3 oktaf, Break dance, bermain piano dengan sangat baik dan bahkan membuat lagu pun kau mampu. Dan satu lagi, kau cantik. Aku yakin kau akan langsung diterima…” Donghae tersenyum masam menghadap jendela.
“Cih..Oppa sendiri bahkan tahu bahwa aku memiliki kemampuan yang pantas untuk menjadi penyanyi. Lalu ? Apa mau oppa sebenarnya?” Min Hee menatap Donghae yang memunggungi nya dengan tatapan  seriusnya.
“Aku hanya… hanya .. mengkhawatirkanmu. Aku rasa pilihan menjadi penyanyi bukanlah pilihan yang tepat… aku pasti akan merindukanmu, Hee~ah…” Isak Donghae membasahi pipi lembutnya. Ia berusaha menahannya sekuat tenaga namun tetap saja terjatuh.
Min Hee mendekati  Donghae. Ia melihat punggung Donghae yang sedikit bergetar.Tangannya sesaat tergerak melingkarkan di badan Donghae. Namun ia menutupi niatnya itu .
“Oppa…” Min Hee memegang lembut pundak Donghae. Dan secara reflek Donghae berbalik dan memeluk Min Hee.  Kini ia merasakan napas yang begitu kasar dan kuat itu berhembus di lehernya. Dan juga tetesan air yang membasahi punggungnya.
Sial, dia menangis. Kenapa ia harus seperti ini?, batin Min Hee.
“Oppa…” Bisik singkat Min Hee.
“Tolong jangan katakan apapun. Aku ingin seperti ini. Setidaknya sebelum kau pergi ke Seoul dan meninggalkanku untuk beberapa tahun ke depan.” Donghae mempererat pelukannya dan memejamkan matanya. Menghirup sedikit udaranya di situ dan mengambil sedikit celah untuk menenangkan detak jantungnya. Pelukan itu terasa sangat begitu nyaman, akankah ia merasakan itu lagi?
“ Ikutlah denganku saja oppa..” Bisik Min Hee pelan.
“Ikut untuk mengantarmu?”
Anni(tidak), Ikut audisi denganku….”
“Ne??”
Donghae  membuka matanya dan melepaskan pelukannya.
Mata Donghae membulat dengan sangat sempurna. Tangannya masih mencengkram bahu Min Hee tak percaya. Audisi? Ia tak salah dengar kan?
“Aku tahu oppa juga memiliki kemampuan untuk menjadi penyanyi. Maksudku ,dance oppa sangat hebat …” Goda Min Hee sederhana. Min Hee akan merasa lebih baik bila Donghae berada bersamanya.
“Jadi ??”Tanya Min Hee.
“Jadi?Jadi apanya? Mana mungkin…..”
Min Hee mendorong Donghae keluar kamar.
“Sudah rapikan baju-baju oppa dan kita berangkat sekarang. Arasho?” Perintah Min Hee  lalu menutup pintu kamarnya. Ia menutup mulutnya menahan tawanya.
Donghae masih menatap pintu kamar Min Hee yang tertutup. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Terlihat sedang memikirkan sesuatu. Namun perlahan ia menyimpulkan senyumnya. Terlalu geli dibayangkan.
“Kurasa kau sudah gila bila kau benar-benar melakukannya, Lee Donghae.” Gumam Donghae pada dirinya. Ia tersenyum singkat.Lalu segera berlari ke rumahnya dan mengemasi barangnya.
Ini hanya untuk gadis itu.Bahkan ia rela menghancurkan mimpinya sebagai fotografer hanya untuk bersamanya.Bersama gadis yang ia cintai. Park Min hee.

**********
Bangkok,Thailand.
10th January , 11: 00 AM
“Ahh passport! Aku hampir lupa”
Ia mengambil passport yang berada di mejanya dan memasukan dalam ranselnya. Ia mengecek kembali isi kopernya dan memastikan semuanya telah tertata dengan rapi dan lengkap. Ia menarik kendali koper itu dan berjalan ke luar kamar.
“ Aku akan berangkat sekarang.” Katanya pada sekelompok keluarga yang telah berkumpul di ruang tengah. Terlihat jelas wajah kesedihan dan kekhawatirkan dari anggota keluarga, terutama ibunya. Bagaimana tidak khawatir melihat anaknya yang akan merantau ke negeri orang yang bahkan belum ia kenal pasti kebudayaannya dan bahasanya.
“ Apa kau sudah yakin, Nick?” Tanya seorang pria yang terlihat lebih tua darinya. Itu ayah Nickhun.
“ Aku sudah yakin. Jangan khawatirkan aku, semua akan baik-baik saja.” Jawab Nickhun dengan pasti  sambil mengembangkan senyum terbaiknya. Ia melepas kopernya dari genggamannya sejenak dan berjalan menuju ibunya lalu memeluknya.
“ Ibu, aku akan baik-baik saja. Ibu boleh menghukum aku bila aku pulang dengan keadaan cacat.” Nickhun melepas  pelukannya dan menghapus air mata ibunya.
“eeiiii….Bagaimana aku bisa melakukan hal itu pada anakku sendiri?Aku berharap yang terbaik untukmu, anakku.” Jawab Ibu Nickhun ringkas.
Nickhun berjalan menuju saudara-saudaranya dan memeluknya singkat. Ia kembali meraih kopernya dan perlahan berjalan keluar rumah.Ia memegang dadanya sesaat. Rasanya terlalu berat meninggalkan keluarga yang begitu mencintainya itu. Ia merasa bahwa Korea adalah tempat yang pas untuk ia berkarya. Tak ada tempat lain bahkan negaranya sekalipun. Ia merasa sangat nyaman berada di tempat itu. Bukan karena Korea adalah negara yang tergolong maju dan bersih tapi karena suatu hal. Suatu hal yang harus ia temukan dan ia genggam.
“Kho hai chok dee!!” Seru Ibu Nickhun.
Nickhun berbalik dan tersenyum lalu melambaikan tangannya singkat.
Aku akan merindukan kalian,batinnya.
************
Seoul, South Korea.
10th January,12:00 AM
“Sial !! aku di tolak lagi!! Sebenarnya apa sulitnya menerima seorang pegawai dengan jabatan lulusan SMA??”
Perhatian semua orang di stasiun tertuju pada Lee Eunji. Wanita berumur 25 tahun yang tampak cukup frustasi itu sudah beberapa kali  mengumpat kertas yang ia genggam. Sepertinya itu surat lamaran kerjanya dan kini ia berusaha merobek kertas itu. Tangannya bergetar lemah dan mengurungkan niatnya. Ia menangis keras hingga membuat orang di sekitarnya tampak berbelas kasihan .
“Memalukan.”
Seorang pria yang tiba-tiba duduk di sampingnya . Pria itu terlihat menarik dengan kemeja kotak-kotak biru dan jeans hitam, diiringi sepatu kets pada kakinya dan sebuah headset yang menutup telinga dengan sempurna.  Eunji terdiam sesaat menatap pria itu.
“ Seorang wanita tak baik menangis di tempat umum seperti ini. Sangat memalukan! Carilah tempat yang sepi  dan menangislah di sana.” Pria itu memberikan sehelai tissue pada Eunji tanpa melihatnya dan Eunji menerimannya. Pria itu berdiri.
”Atau lebih baik jangan menangis. Jangan pernah lagi.” Pria itu pergi berlalu dan menghampiri temannya.
“Gikwang-Ah!!Lee Gikwang!!” Sapa seorang temannya yang terlihat sedang turun dari kereta.
“AA.. Jonghyun-ah! Kau lama sekali!” Gikwang menghampiri temannya dan membawakan barang bawaannya. Dan mereka berlalu.
Eunji masih melihat samar-samar punggung Gikwang yang berjalan menjauh darinya. Ia memandang tissue yang ada di tangannya dan  mengusapkan pada wajahnya. Lalu tersenyum.
Tak akan pernah. Aku tak akan pernah menangis lagi ,Gikwang-sshi, batinnya.

*************
Namyangju,South Korea.
10th January, 05:00 PM
“Saudara satu darah tak boleh ikut audisi? Jadi maksudnya aku dan oppa tak bisa ikut audisi ini? Mana bisa seperti ini? Sial!” Umpat seorang gadis dengan selembaran yang ia temukan di tengah jalan.
Audisi itu adalah audisi yang sangat-sangat ditunggu olehnya. Sejak dulu, ia sangat menginginkan audisi  seperti Secret Entertainment  ini. Audisi yang sama sekali tak memungut biaya  dan tanpa memandang rapor akademik peserta audisi nya. Karena gadis ini hanyalah seorang gadis dari kalangan bawah dengan nilai akademik tak cukup baik. Bukan karena ia bodoh tapi karena ia terlalu sibuk untuk mencari uang demi kehidupan sehari-hari. Ia hanya memiliki seorang ibu yang bahkan sangat tega untuk membiarkan anaknya berkembang dengan talentanya sendiri. Sedangkan kakaknya hanya seorang penggangguran. Tapi lebih dari itu, kakaknya adalah  seseorang pemusik sejati. Ia tahu itu walaupun kakaknya tak pernah menunjukan padanya.
“Nama! Aku harus mengganti namaku!” Ia mengambil selembar kertas dari mejanya dan mencoret-coretnya . “Ah! Park ajusshi pasti bisa membantuku memalsukan semua namaku ini dan tentunya semua anggota keluargaku ! Dia sangat baik dalam hal seperti ini. ” Gadis itu tersenyum ringkas dan segera mengambil tasnya lalu menuju ke tempat yang ia maksud.
Song Hyera, aku akan menggunakan nama itu, batinnya.
********
Guri, South Korea
10th January, 06:00 PM
Han Minji memasuki sebuah café. Ia melangkah tergesa dengan sebuah selembaran di tangannya. Ia berjalan menuju meja di mana pria itu biasa terduduk dengan rokoknya dan minuman keras. Tapi tidak ada.
“Jiyong oppa, odieya(di mana)? “ Tanyanya pada seorang bartender yang terlihat sedang membuat tropical drink. Bartender itu tak menjawab. Ia sibuk menuangkan orange juice dan vodka dalam takaran jigger lalu menuangkan  ke shaker. Lalu menutup shaker dan mengocoknya  lalu  memutar-mutarkan ala bartender.
“ Silahkan minum dulu,nona.” Bartender itu tersenyum sambil memberikan minuman itu pada Minji. Bartender itu membersihkan peralatannya sejenak. Minji menatap bingung bartender yang sudah ia anggap sebagai temannya sendiri itu dan ia meneguk minuman itu.
“Yaksss…… kau memberiku tropical drink dengan vodka? Kau tau aku tak menyukainya! Brengsek kau!” Katanya sambil mengetukan gelas tropical drink ke meja bar . Bartender itu hanya tertawa dan memberikan segelas air putih.
“ Mianneyo(maaf)… “ ucapnya singkat sambil membersihkan meja bar. Dia berjalan mendekati Minji yang sedang meneguk air putihnya . Lalu Ia menurunkan gelas Minji dan menatap Minji pada jarak 30 cm dari hadapannya.  “Jiyong sedang ada urusan sebentar, kau tunggu di sini saja, arasho?” Jelas bartender itu lalu menjauhkan mukanya dari Minji.
“Urusan?Apa maksudmu dengan urusan?” Tanya Minji bingung.Dia memutar-mutar gelasnya dan tersentak. Ia teringat sesuatu dan berlari keluar.
“YAKKK!! HAN MINJI!! AKU BILANG TUNGGU DI SINI! YAK!” Teriak bartender itu. Terlambat, Minji telah berlalu dengan kaki gesitnya.
Jangan katakan bahwa kau melakukannya lagi, Jiyoung, batinnya.
********
Seoul , South Korea.
10th January, 05:30 PM
Perjalanan ini terlalu lama ditempuh. Seharusnya hanya 6 jam perjalanan dari Mokpo ke Seoul . Namun karena beberapa kendala KTX (kereta api Korea) ,perjalanan mereka jadi tertunda beberapa kali.
“Akhirnya sampai juga..” Kata Min Hee sambil menurunkan kopernya yang berada di rak atas kereta. Donghae meraih tangan Min Hee dan membiarkan tangannya yang membawa koper Min Hee.
“Biar aku saja.” Kata Donghae lalu berjalan ke pintu keluar.
“Yakkk !! Oppa, aku bisa membawanya sendiri!” Seru Min Hee sambil berusaha mengejar Donghae yang sudah mendahuluinya. Min Hee berlari menuju pintu keluar KTX . Ia melihat Donghae yang sudah menunggunya di luar dengan senyum khasnya.Topi dan kacamatanya sungguh memperlihatkan ketampanan pria itu. Min Hee bahkan hampir terkagum dengan sahabatnya sendiri. Ia berjalan turun kereta tapi..
Krakk~
“Aaa!” seru Min Hee  kesakitan. Sial! Hak sepatunya patah! Ia merasakan betapa rasa sakit itu menjalar hingga  pangkal kakinya. Sangat sakit!
Donghae yang melihatnya langsung berlari ke arah Min Hee yang masih berada di ambang pintu. Bagaimana gadis itu bisa sebodoh itu? Dia bahkan sudah mengatakan berkali-kali bahwa jangan menggunakan sesuatu yang tak nyaman untuknya. Dan inilah akibatnya. Hak sepatunya patah dan rintihan kesakitanlah yang dapat didengar Donghae. Ia sangat tak menginginkan itu terjadi pada Min Hee.
“Hae oppa…sepertinya aku ….” Belum selesai Min Hee bicara , Donghae sudah membalikan tubuh memunggungi Min Hee dan berjongkok. Min Hee tercengang.
“ Naiklah! Aku tak akan membiarkan kau  berjalan dengan keadaan seperti ini.” Min Hee hanya termenung melihat punggung Donghae. Dia tak mungkin membiarkan Donghae menggendongnya. Pasti Donghae sangat kelelahan dan Eunji tak akan membiarkan kelelahan itu semakin bertambah.
“Berdirilah oppa,banyak orang melihat oppa sekarang.” Perintah Min Hee singkat. “Aku masih bisa berjalan.” Min Hee memaksakan kakinya untuk berjalan dan gagal.

Bukkk~
Min Hee memejamkan matanya. Ia sama sekali tak merasakan sakit. Justru ia sangat nyaman.
Min Hee membuka matanya dan tersentak.
Astaga!Donghae oppa!
Kenapa ia bisa menatap Donghae sedekat ini? Untuk sesaat fungsi paru-paru berhenti dan kram kakinya seakan mati rasa. Min Hee meneguk liurnya perlahan lalu mengalihkan pandangannya.
Donghae menangkapnya?
“Jadi kau menginginkanku untuk mengangkatmu seperti ini? Baiklah.” Donghae segera mengangkat tubuh Min Hee yang jatuh dalam pangkuannya dengan tangan yang melingkar di leher Donghae. Seharusnya Min hee mengikuti kemauan Donghae saja sejak awal yaitu mengangkat tubuhnya di punggung Donghae. Bukan mengangkat dengan kedua tangan Donghae sehingga melihat wajah Donghae sedekat ini. Terlalu menakjubkan!
Donghae tersenyum sekilas. Ia bahkan tak bisa merasakan rasa lelah yang menusuk dirinya. Hanya saja , Gadis ini,  telah memberikan obat terbaik bagi dirinya hingga rasa lelah tak lagi memburunya. Ia menurunkan Min hee ambang pintu depan stasiun. Min Hee berusaha menegakan tubuhnya dengan sekuat tenaga dan tak akan membiarkan dirinya terjatuh untuk kedua kalinya.
“Chakkaman(tunggu)! Aku akan mengambil koper. Kau pesan taksi dulu! ” Perintah Donghae yang lalu berlari ke dalam stasiun.
Min Hee merogoh sakunya dan mengambil handphone nya. Ia segera memencet beberapa nomor di handphonenya. Min Hee mendekatkan puncak handphonenya pada daun telinganya  dan memesan sebuah taksi lalu kembali meletakan handphone nya di sakunya.
“Ah motel! Sepertinya aku harus memesannya juga..” Gumamnya. Ia mengambil handphonenya kembali dan memencet beberapa nomer.
“Pesan 2 kamar Hotel!” Perintah Donghae yang kini berada di sampingnya dengan koper mereka.
“ Maksud oppa, 1 kamar? Aku akan tinggal di motel..” Min Hee menghadap ke Donghae dengan tatapan bingung. Donghae melihatnya dan memegang pundaknya dengan kedua tangannya.
“Apa gunanya aku di sini, bila aku tak bersamamu.” Donghae tersenyum. Min Hee meneguk liurnya sejenak  lalu mengalihkan pandangannya pada sekelilingnya. Ia gugup.
“ Tenang,Aku akan membayarnya, Hee~ah…” Lanjut Donghae.
“Aaa… arashoo..” Min Hee segera menekan beberapa nomer kembali dan mendekatkan puncak handphone nya pada daun telinganya. Ia berjalan menjauh dari Donghae. Lalu memegangi dadanya sejenak. Mengapa ia tak bisa konsentrasi untuk sejenak?
Donghae memandang punggung Min Hee yang tampak berjalan menjauh darinya. Ia menghembuskan napasnya singkat . Ia merasakan hari ini lebih baik karena ia bersama dengan oksigen nya. Oksigen dalam hidupnya yang tak akan bisa lepas dari kehidupannya.
**********
Namyangju,South Korea.
10th January, 06:00 PM
“Kau bisa melakukannya kan, Park ajusshi?”
“Ini tak gampang , Ra-ah. Bila namamu yang sebenarnya terbongkar , ini semua akan menjadi sulit.” Park ajusshi menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda tak mampu. Ia menjauhkan akte, rapor dan kartu tanda pendudukan yang disodorkan Hyera. Ia tak mampu bila suatu untuk menanggung akibatnya.Sungguh ini sangat berbahaya.
“Aku akan menanggung semuanya! Park ajusshi tak akan kulibatkan dalam masalah ini! Aku berjanji!” Kata Hyera sambil menunjukan jari kelingkingan sebagai tanda janji. Park ajusshi hanya memandang jari kelingking itu dalam waktu yang cukup lama. Sepertinya ia benar-benar tak mampu melakukan ini. Ia sangat takut akan akibatnya. Ia sudah memikirkan ini semua.
“Ayolah ajusshi…” Hyera menarik tangan Park ajusshi sehingga kelingking mereka saling mengikat dan sebuah janji telah dipegang Hyera. Itu berarti Hyera siap menanggung beban yang kini ia buat sendiri. Ia tak akan melanggarnya. Tak akan.
“ Baiklah. Aku akan mengubah semuanya. ” Park ajusshi mengambil akte,rapor dan kartu tanda penduduk Hyera dan melempar ke meja kerjanya. Hyera tersenyum tipis.
“ Dan pastikan besok sudah jadi ! Arashoyo, ajusshi(mengerti, paman)??”
“Arasho! Kau banyak minta rupanya….” Kesal Park ajusshi pada keponakannya itu.
“Gamsahamnida ajusshi! Gamsahamnida!” Hyera membungkukan badannya berulang kali.Namun sepertinya pelukan lebih pantas untuk Park ajusshi . Dia sudah menyelamatkan hidupnya lebih dari apapun.
“Ingat! Namamu, Song Hyera! Jangan pernah lagi menyebut nama aslimu.” Bisik Park ajusshi. Hyera mengangguk semangat.
“Ne!Arasho ajusshi! Joengmal gamsahamnida( terima kasih sangat)!” Hyera melepaskan pelukannya. Ia melihat jendela rumah Park Ajusshi. Tampaknya langit sudah kelam. Hari semakin gelap dan ia harus segera kembali ke rumah untuk bersiap bekerja.
“Pulang lah! Ibumu pasti akan mencarimu!” Perintah Park ajusshi yang kemudian masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Hyera dalam ruangannya. Hyera termenung dan mengambil tasnya . Lalu berjalan perlahan membuka pintu.
Ibu? Ibu tak akan pernah mencariku,batinnya.
Hyera menutup pintu rumah Park ajusshi perlahan. Tangannya melemah dan melepas genggaman pintu rumah Park ajusshi. Ia menundukan kepalanya lalu membungkukkan badannya cukup lama. Tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya. Entah apa yang dirasakannya waktu itu. Hatinya sudah terlalu hancur untuk menceritakan perilaku ibunya itu. Mungkin di mata orang, perilaku ibunya sangat buruk tapi baginya ibunya lah yang terbaik. Dia memang tak pernah menunjukkan perhatiannya pada Hyera tapi Hyera tahu bahwa ibunya telah melakukan semua yang terbaik selama ia hidup.
“Kau memalsukan namamu? Ckck,hanya untuk audisi itu? Bodoh!”
Seorang pria tegap sedang menghadap Hye Ra dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya. Tatanan rambutnya berantakan dengan baju yang tertutup oleh jaket kulit berwarna hitam lekat. Pria itu bersandar pada tembok rumah Park ajusshi dengan matanya menatap ke arah jalan. Hye  Ra menegakkan tubuhnya dan menatap wajah pria itu tapi dia acuh dan kembali berjalan dengan kecepatan sedang.
“Kau mengacuhkanku?Apa perlu kusebut namamu?Nama aslimu?” Seru Pria itu. Hye Ra berbalik dan mendekati pria itu. Matanya beradu dalam satu tatapan yang saling menusuk. Hye Ra menggertakan giginya keras.
“Siapa kau sebenarnya? Aku bahkan tak mengenalimu dan beraninya kau mencampuri urusanku!” Ucap Hye Ra tajam. Pandangannya tak lepas dari Pria itu.
“Kyuhyun.Cho Kyuhyun.Senang berkenalan denganmu”Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada Hye Ra sehingga ia bisa mendengarkan hembusan nafas gadis itu dengan sangat jelas namun lembut. “Song… Hye…. Ra….” Kyuhyun memamerkan senyumnya. Senyum itu seperti senyum seorang pembunuh. Dalam dan menusuk. Sangat mengerikan!
“Bukan nama yang kumaksud! Tak ada gunanya juga kau memperkenalkan diri padaku karena aku tak akan pernah tertarik padamu! Aku bertanya, siapa kau? Kau suruhan ibuku atau kakakku atau semacamnya, HAH?”  Gertak Hyera untuk kedua kalinya. Ia justru mendekatkan wajahnya ke Kyuhyun dan memandangnya dengan sangat intens. “ JAWAB AKU!!”
Kyuhyun tersenyum dan meraih dagu Hye Ra, “Menurutmu?” Katanya.
“SIAL!!” Umpat Hye Ra pelan. Tangannya mengepal keras melihat wajah Kyuhyun.Dia menarik pundak Kyuhyun dan mendekatkan wajahnya ke daun telinga Kyuhyun. “ Jangan sekali-kali kau membuka mulut tentang masalah ini. Aku camkan sekali lagi! Jangan pernah!” Hye Ra melepaskan genggaman pada pundak Kyuhyun dan berjalan menjauh.
“Apa yang bisa kau lakukan, Hye Ra? Maksudku apa yang bisa kulakukan untuk menyumpal mulutku, Hye Ra?Semuanya tak semurah itu.” Seru Kyuhyun. Hyera kembali menghentikan langkahnya. Tangannya kembali mengepal. Apa yang harus ia lakukan? Ia pun tak tau.
“Aku.. Aku..” Hyera  membeku. Dia tak tau apa yang harus ia lakukan. Otaknya sama sekali tak berfungsi kali ini. Tak secerdik biasanya.
Langkah kaki Kyuhyun semakin terdengar mendekat. Tiba-tiba ia merasakan kehangatan. Ia melihat tubuhnya yang sudah tertutup jaket kulit Kyuhyun. Matanya tercengang dan sekejap kemudian Kyuhyun mengecup pipinya pelan.
Sial! Beraninya dia! , batin Hyera. Ia hendak membalik badannya  dan menatap Kyuhyun tapi tangan Kyuhyun menahannya sehingga ia tetap membelakangi Kyuhyun.
“Aku masih memegang kartu matimu, Hye Ra! Takdirmu berada di tanganku! Berharaplah supaya kau tak bertemu denganku lagi. Tapi bila sekali lagi kita bertemu, aku akan benar-benar menjerat dan mengikatmu! ” Bisik Kyuhyun. Ia  menjauh dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Hye Ra. Kyuhyun berjalan dengan sangat tak konstan dan kembali menyimpulkan senyumnya. Senyum kepuasan kali ini.
Suruhan katanya? Cih, kau membawaku dalam permainan yang menyenangkan Hye Ra, Batin Kyuhyun.
Hye Ra masih membatu dalam waktu yang lama. Tangannya masih mengepal keras dan matanya memerah.Dia menggigit bibir bawahnya dan butiran air mata jatuh perlahan ke pipi nya. Ia meneguk air liurnya perlahan dan menghapus air matanya. Lihatlah, dia mendapat masalah baru lagi dalam hidupnya! Namun kali ini, ia yakin masalah itu tak akan cepat selesai . Ini akan lama.
**********
Guri, South Korea.
10th January,06:30 PM
Minji mempercepat langkah kakinya. Tidak, kali ini ia berlari sekuat tenaga. Ia mencoba mencari Jiyong di setiap lorong jalanan Guri. Tapi ia tak menemukan. Ia yakin pasti Jiyong melakukan hal itu lagi. Tapi mengapa ia tak bisa menemukan Jiyong.
Ini tempat terakhir yang bisa Minji lalui. Tak ada tempat lain yang ia ketahui selain ini.  Napasnya terengah-rengah dan berhembus kasar. Ia telah mencapai batas putus asa. Ia lelah dan memutuskan untuk berjongkok sejenak. Langit sudah tambah memudar dan menunjukan hitam pekatnya diselingi bintang yang bertabur indah. Ia tersenyum lemah dan kembali memandang sekelilingnya. Tak ada seorang pun. Minji terduduk dan menelungkupkan kepalanya dalam kedua tangannya. Jiyong selalu hilang begini. Selalu begini tanpa sepengetahuannya.
“MinJi-ah…” Seseorang menepuk punggung Minji. Ia tersentak dan melihat ke arah orang itu dan senyumnya mengembang.
“Jiyong oppa!!” Serunya sambil memeluk Jiyong secara reflek. “ Ke mana saja, oppa? Oppa tidak melakukan…” Minji tak mampu mengucapkan kata itu. Lidahnya tercekat di mulutnya dan tak bisa mengeluarkan kata-kata itu.
“Transaksi narkoba maksudmu?” Ucap Jiyong santai. Minji membulatkan matanya.
“Ahh.. bukan maksudku untuk menyinggung itu lagi. Aku cuma tak ingin oppa melakukannya lagi.” Minji menatap Jiyong dengan tatapan kekhawatirannya.
“ Aku tidak melakukannya. Tak akan pernah lagi. Aku hanya membeli beberapa minuman untuk café.” Jiyong menunjukan dua  plastic yang berisi penuh beberapa minuman. Minji tersenyum.
“Bolehkah aku membantu membawakannya?” Minji menarik  salah satu plastic di tangan kanan Jiyong dan membawanya. “ Kajja(ayo)…!” Tangan kiri Minji menarik tangan  kanan Jiyong.Dia berjalan riang sambil memaparkan senyum terbaiknya.
Tanpa sepengetahuan Minji, Jiyong merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah plastic berisi sebuah serbuk putih. Itu Narkoba. Lalu ia menjatuhkannya ke tanah. Ia tak membutuhkan serbuk putih itu lagi. Sepertinya serbuk putih itu bukan keinginan ataupun hasratnya selama ini. Serbuk itu sama sekali tak memunculkan kecanduan pada dirinya. Bukan serbuk ini yang membuat kecanduan tapi gadis ini. Gadis ini, Han Minji – lah yang menjadi pusat kecanduannya saat ini.
“Oppa, aku akan mengikuti audisi besok.” Kata Minji riang. Ia melepaskan genggaman tangannya dan merogoh sakunya. Ia mengeluarkan sebuah lembaran lalu menyodorkan ke Jiyong.
“Secret entertainment? Aku tak pernah mendengarnya.” Kata Jiyong datar.
“Ini entertainment baru. Dan aku tertarik mengikutinya.”
“Eo..” Kata Jiyong singkat yang lalu mempercepat langkahnya.
“OPPA!! Chakkaman(tunggu)!” Minji mengejar Jiyong dan berusaha jalan sejajarnya “ Apa oppa tak ingin mengikuti audisi ini?”
“Aku mengikuti audisi itu? Konyol.” Jawabnya singkat tanpa melihat ke arah Minji dan mempercepat langkahnya hingga mendahului Minji.
“Oppa!!!” Minji mempercepat langkahnya dan kini ia berjalan di belakang Jiyong. “ Aku tahu oppa memiliki kemampuan untuk bernyanyi dengan sangat baik. Maksudku oppa memiliki rap style yang sangat baik.”  Minji berusaha berjalan secepat mungkin dan berjalan sejajar dengan Jiyong.
“Tapi aku tak tertarik.”
“Lalu bagaimana bila aku diterima?”
“Aku akan mendukungmu.” Jawab Jiyong dingin . Minji berlari mendahului Jiyong dan berhenti di depannya.Minji menghadang jalan sehingga Jiyong tak bisa melewatinya. Jiyong berhenti. Ia mengalih bola matanya ke gadis itu.
“Maksudku, apa oppa tak akan merindukanku?” Minji menatap Jiyong penuh harapan. Jiyong hanya meneguk liurnya perlahan dan mengalihkan pandangannya .Merindukan? Satu hal yang mungkin tak perlu diucapkan saat ini. Jelas jawabannya iya.
“Merindukanmu? Kau bercanda?” Ji Young berbohong. Ia menyingkirkan tangan gadis itu dan berjalan lagi.
“Eeiiii….Jincha(benarkah)?Jincha?” Goda Minji sambil menyenggol lengan Jiyong. “ Jincha oppa? Jincha oppa? Ck,Aku tak bisa mempercayai ini.” Jiyong kembali mempercepat jalannya. Kini ia terkesan berlari. Minji tersenyum geli melihat ekspresi Jiyong yang berubah menjadi gugup.
“YAK!!OPPA! CHAKKAMAN!!!” seru Minji.
“ KAU MAU BERMAIN KEJAR-KEJARAN, HAH?aishh… Jincha…” Minji berusaha mengejar Jiyong yang sudah mendahuluinya jauh.
************
Gikwang’s home,Seoul, South Korea.
10th January, 08:00 PM
“Aku akan mengikuti audisi itu.” Papar Gikwang ringkas. Ia mengambil kopinya dan duduk di sofa.
“Ne?” Jonghyun terlihat kaget. Ia mengambil cangkir kopinya dan meneguknya sedikit. “Kau yakin? Maksudku, kau yakin bisa diterima?” Jonghyun menatap Gikwang.
“YAK!Kau menghinaku?” Gikwang menyenggol siku Jonghyun . Mereka tertawa. “ Keajaiban. Tak ada yang tidak mungkin tidak terjadi. Semua dapat terjadi kalau kita mampu.” Gikwang tersenyum.
“Eo,kalau begitu akan mengikutinya juga.” Sahut Jonghyun. Ia bersandar pada sofa. “ Keajaiban! Tak ada ada salahnya mencoba.” Jonghyun tersenyum jahil. Ia mengambil majalah yang berada di sampingnya dan menutupi wajahnya.
“Dan aku bertaruh kau tidak akan diterima!” Jonghyun berpura-pura membaca majalahnya.
“Sial Kau! Aku bilang semua…”
“Arasho! Tak usah mengulangnya lagi!”
Gikwang tersenyum dan kembali meneguk kopinya lalu bersandar pada sofa.
“Aku tau ini bukan keinginanmu. Ini demi gadis itu bukan?” Kata Jonghyun sambil membolak balik majalahnya.
“Gadis siapa yang kau maksud?”Gikwang melihat Jonghyun bingung.
“Eiii… aku sudah menjadi sahabatmu selama 5 tahun.”Jonghyun menurunkan majalah yang menutupi wajahnya.Lalu melihat Gikwang. “Apa itu tak cukup untuk mengetahui bagaimana seorang Lee Gikwang jatuh cinta pada seorang gadis ?” lanjutnya
“Cihhh…. Sepertinya berbohong denganmu juga tak ada gunanya.” Gikwang tersenyum singkat.
************

Seoul, South Korea.
11th January, 07:00 AM       
Oh Sa-Rang, gadis berusia 19 tahun ini , begitu menikmati hari yang begitu cerah pagi ini di kota Seoul. Dengan matahari yang bersinar menerangkan padang rumput yang ada di sekeliling tamannya dan juga bunga-bunga mawar yang menyegarkan. Matanya terpejam sesaat sambil menghirup udara yang begitu sejuk dengan angin yang menghempaskan rambutnya. Ia merindukan suasana ini.
Sudah 3 tahun ia tak merasakan keindahan kota Seoul. Ia selalu rindu dengan kehangatan di kota seoul yang tidak pernah bisa ia dapatkan di Rusia.  Ia merindukan bunga yang berkembang dan mekar dengan warna yang terangnya bukan dengan warna pucat pasi. Ia selalu merindukan sopan santun di kota Seoul yang tidak bisa ia rasakan di Rusia. Dan yang pasti ia merindukan music pop Korea yang menyenangkan dan menggembirakan.
“Nona, kau sudah bangun? ” Tanya seorang pelayan dari luar kamarnya.
“Masuklah, Minnah-ah!” Perintah Sa Rang. Ia berjalan menuju tempat tidurnya dan membuka beberapa buku .
“Ini sarapan anda.” Kata pelayan yang bernama  Minnah itu sambil menyerahkan satu buah piring berisi 2 sandwich dan secangkir teh hangat.
“Eo, Gomawo. “ Sa Rang mengambil sandwichnya sambil meneguk sedikit teh. Lalu membolak balik bukunya.
“Minnah-ah, oemma odiya(ibu di mana)?” Sa Rang menggigit sandwichnya lagi.
“Nyonya di butik, nona.Sudah sejak pagi tadi. Jam 6 tepatnya.”
“Appa(ayah)?” Sa rang meneguk tehnya.
“Tuan sudah sejak tadi malam belum pulang. Sepertinya beliau pergi ke luar kota.” Minnah sibuk membersihkan kamar Sa Rang.
“Ahh sepertinya tak ada gunanya aku pulang ke Seoul.” Sa Rang menutup bukunya dan menyantap habis sandwichnya lalu berbaring di tempat tidurnya.
“Eeeii… jangan katakana seperti itu, nona. Minnah senang bisa melihatmu nona kembali ke kamar ini.” Minnah memaparkan senyumnya lalu kembali membersihkan. Kini, ia menyapu lantai kamar Sa Rang.

“Eo, aku juga senang bisa melihatmu.”  Sa rang tersenyum lalu mendudukan dirinya. Ia berdiri dan berjalan mendekati jendela kamarnya.
“ahh Minnah-sshi…”
“Ya nona..”
“Apa kau tak pernah merasakan bahwa hidup ini membosankan?”
“Membosankan?” Minnah terhenti sejenak dan terlihat memikirkan. “ Sama sekali tidak. Saya  rasa hidup ini menyenangkan. Sangat menyenangkan.” Lanjutnya.
“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?” Sa Rang melihat Minnah dengan tatapan bingung.
“Karena saya menikmatinya. Selalu membuat hal baru yang menyenangkan.” Minnah tersenyum.
“Menikmatinya?Hal baru yang menyenangkan?” Sa Rang kembali menghadap jendela. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Ia memandang langit yang begitu cerah dengan burung bertebangan di sana. Ia memutar badannya. Ia melihat sebuah lembaran di meja kecil sebelah kasurnya dan menatapnya ragu.  “  Ah! Bagaimana bila aku melakukannya?”
“Saya kira nona sudah melakukannya sejak dulu…” Jawab Minnah.
“Anniya(tidak)! Aku baru akan memulainya sekarang.” Sa Rang berjalan menuju lemarinya dan mengambil beberapa baju dan perlengkapan yang ia butuhnya. Lalu menutupnya.
“Apa yang akan nona lakukan? Nona tidak akan kembali ke Rusia kan?”  Minnah menjatuhkan sapunya lalu berjalan mendekati Sa Rang. Tangannya berusaha menahan Sa Rang.
Sa rang berjalan menuju meja kecil di samping kasurnya dan mengambil selembaran itu. Secret Entertaiment audition.
“Aku akan membuat hal baru di sini. Dan aku akan menikmati dunia baruku!” Sa Rang menyerahkan selembaran itu pada Minnah . Minnah membaca selembaran itu .
Sa Rang terlihat merapikan rambutnya di depan kaca dan meraih kopernya.Sa Rang berjalan mendekati Minnah sambil menarik kopernya.
“Salamkan pada oemma dan appa kalau aku sedang bersenang senang saat ini. Selebihnya kau pintar mengatasinya. Arassho(mengerti)?” Sa Rang menepuk pundak Minnah dan tersenyum jahil. Kakinya melangkah keluar kamar dan berlanjut keluar rumah.
“Nona….!” Seru Minnah  .
“ Ahh mitcheseo…( ini gila)”  Gumam Minnah dengan dirinya sambil memukul kepalanya pelan.
*******
Seoul, South Korea.
11th January, 08:00 AM
Kim Tata sedang sibuk membereskan perlengkapannya untuk audisi. Ia mempersiapkan segala dengan sangat baik.
Ia mengenakan Tunic sederhana yang dilapisi red trench coat cape  yang kemudian dihiasi wide white belt pada bagian pinggangnya. Kakinya tertutupi sempurna oleh  black tight hosiery  dengan corak belang tipis. Rambut cokelatnya yang dibiarkan digerai, begitu menampakan kontras dengan fair skin – nya .
“Yeppo..” Seseorang terlihat sedang bersandar pada  ambang pintu sambil melipat kedua lengannya. Ia melihat Kim Tata .
“Eo, Junsu oppa!”  Kim Tata menghampiri kakaknya dan memeluknya.
“Kau sudah mau berangkat?”
“Ne, 10 menit lagi..” Tata melepas pelukannya dan menatap kakaknya.
“ Aku pasti akan merindukanmu, dongsaeng-ah(adik).” Junsu mengacak rambut Tata .
“ YAKK! Rambutku…” gerutu tata sambil menata rambutnya kembali. “Ada kemungkinan aku tidak diterima oppa. Jadi aku bisa kembali ke sini lagi.” Lanjutnya.
“Cihh….  Lulusan Harvard school dengan keahlian bermain biola yang luar biasa. Apa mereka akan menolakmu? Kurasa mustahil.” Junsu tersenyum singkat. Ia menatap adik kesayangannya itu lalu tertunduk lemah. Ia tak bisa menahan ini lagi. Air matanya terjatuh perlahan.
“Oppa, Uljima(jangan menangis)…” Tata mendekati kakaknya dan menepuk pundak kakaknya pelan. Junsu mengusap air matanya dan menarik Tata dalam pelukannya.
“Aku akan merindukanmu. Sangat merindukanmu. Pasti.” Ucapnya dengan suara yang sedikit terbata-bata.
“Na do(aku juga).” Jawab Tata singkat.
“Oppa masih akan menjadi tempatmu bersandar bila kau susah. Jangan lupa telpon oppa saat kau sibuk di sana. Oppa ingin mendengarkan suara kecilmu itu.” Bisik Junsu.
“Ne. Selalu.” Jawab Tata. Ia lalu melepaskan pelukannya dan meraih kopernya.
Tata berjalan ke pintu luar dan terhenti. Ia mengambil red ankle bootie- nya dan memasangnya pada kedua  kaki mungilnya. Ia kembali berdiri tegak dan melihat Junsu yang berada di depannya. Junsu tersenyum  getir melihat adiknya. Ia mendekat dan memeluknya adiknya lagi. Tata menepuk halus pundak Junsu lalu melepaskannya. Mereka berpandangan singkat dan Tata memberanikan diri mengambil langkahnya. Ia melambaikan tangannya pada Junsu dan berlalu.
Ini untuk kedua kalinya dalam hidupnya,ia meninggalkan Junsu setelah kepergiannya ke Harvard university 5 tahun lalu. Tata juga tak habis pikir mengapa ia harus mengikuti audisi itu. Dia bahkan bisa bekerja lebih pantas dan menjadi composer atau pemain biola handal tapi pada akhirnya hatinya tergerak untuk mengikuti audisi itu. Dia menyukai tantangan.
“YAK! Biola…” Seru Junsu yang berlari sambil membawa biola milik Tata. Sayang, Tata sudah berjalan terlalu jauh. Dia tak berhasil mengerjarnya. Bodohnya ia juga tak tahu menahu tentang letak audisi itu.
Lalu, Apa yang akan dilakukan Tata tanpa biola ini? Junsu hanya memandang biola itu dengan tatapan harapannya.

**********

Yongsan-gu , Seoul, South Korea.
11th January , 09:00 AM
Kesibukan kota ini sudah terlihat jelas sejak matahari pagi memunculkan sinarnya yang menyilaukan. Aktivitas pagi ini semakin sempurna pada bagian tepi selatan Yongsan-Gu, di mana terletak Sungai Han . Dan di tepi sungai itulah audisi akan berlangsung. Para staff secret entertainment terlihat sedang merapikan beberapa perlengkapan untuk audisi yang akan berlangsung 1 jam lagi. Orang –orang di sekitar kawasan itu terlihat sangat antusias dengan diadakannya audisi di wilayah itu. Audisi terbuka dengan masyarakat di sekelilinginya,sepertinya akan menjadi menarik.
******
Donghae sedang berjalan bersama Min Hee menuju lokasi Han River. Semuanya tampak baik saja. Ia melihat gadis yang berada di sebeleahnya dengan senyuman khasnya. Sangat menenangkan. Donghae meraih tangan Min Hee secara perlahan dan menggenggamnya. Min Hee tertegun dan melihat Donghae. Min Hee tersenyum dan mencengkram tangan Donghae.
“Ini lebih baik..” Gumam Donghae.
“Ne?” Min Hee melihat Donghae.
“Ah anni ! Aku hanya mengatakan bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik.” Jawab Donghae.
Sekilas,Donghae melihat Min Hee dengan kagum. Gadis ini, bagaimanapun dia, akan selalu tampak menarik di mata Donghae. Walaupun dengan style yang berantakan seperti ini. Kemeja merah longgar yang ditekuk hingga sikunya  dan jeans hitam yang diikuti sepatu kets pada kakinya. Semua tampak sempurna pada diri Min Hee. Ia terlihat lebih baik dengan sepatu kets nya.
“Chakkaman!” Donghae menghentikan langkah Min Hee dan berjongkok. Tangan Donghae tergerak melihat tali sepatu Min Hee yang tak terikat. Ia mengikatkannya untuk Min Hee.
“Pabo! Kau tidak mau jatuh lagi kan?” Donghae memukul kepala Min Hee pelan. Min Hee memegang kepalanya. Donghae segera mengembalikan tangannya pada genggaman Min Hee.
“ kajja(ayo)..”
Min Hee menatap Donghae  dan tersenyum. Ia berusaha dengan baik menata detak jantungnya yang kembali tak beraturan. Ia menarik nafasnya singkat.
“Oppa….”
“Ehm…. Ne?” Jawab Donghae. Min Hee menatap Donghae dengan tatapan ragu. Ia tak yakin dapat mengatakan ini pada sahabat yang telah menemaninya selama 10 tahun dalam hidupnya. “Mwo(apa), Hee~ah?” Donghae menghentikan jalannya dan menatap Min Hee.
“Nega Johaeyo(aku menyukaimu)….” Min Hee tersenyum.
“Mwo(apa)…? “ Donghae tersentak sesaat.
“Jo…hae…yo….. ! Apa Oppa tak dengar?” Min Hee mendekatnya wajahnya ke  wajah Donghae. Kakinya terlihat berjinjit dan mendekatkan mulutnya ke telinga Donghae.
“ Sudah lama aku ingin mengatakan ini. Oppa, johaeyo. Apa oppa belum mendengarnya juga?” Min Hee melepas genggamannya dan berjalan mendahului Donghae. Ia menutupi wajahnya dan tersenyum malu. Dia sedikit terlihat memukul pelan kepalanya dan jalannya sedikit tak konstan.
Donghae masih termenung di tempatnya.Matanya membulat dengan sempurna. Dia tak percaya dengan keadaan ini. Lidahnya bahkan tak mampu untuk mengungkapakan sepatah katapun. Gadis itu menyukainya? Betapa bodohnya dia tak menyadari perasaan sahabatnya sendiri dan betapa bodonhnya dia tak mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu pada gadis itu. Di mana letak keberaniannya sebagai laki-laki?
Donghae mempercepat jalannya dan memberanikan diri berjalan sejajar dengan Min Hee. Donghae menatap Min Hee.
“Lalu bagaimana bila aku mengatakan ini”  Ucap Donghae. Donghae membungkukkan badannya lalu mendekatkan mulutnya dengan telinga Min Hee.
“Saranghae.”
Min Hee tertegun.

Benarkah?

Benarkah Donghae mengatakan itu padanya?

Ini terlalu sempurna.
-------------------------------------------------TBC------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar