Jumat, 23 Maret 2012

YOU AND I

You and i
Author :Harnosa
Length : ONE SHOOT
Genre : Romance
Main Cast : Choi Siwon, Kim Chaerin and other support cast
Hi dearest readerss, andee’s back with one shoot fict. Wish you enjoy ^^
(disarankan disambi ndengerin lagunya Lady Gaga - You and I )

Chaerin’s
Aku menghentikkan langkahku sejenak, Incheon airport begitu hiruk-pikuk siang ini dengan berbagai macam ukuran banner memajang wajah personil boyband termasyur abad ini. aku tersenyum tipis kemudian mengenakan police sunglasses-ku kembali dan berjalan keluar. It’s been two years since i left this town, Seoul and all the memories.
“Chaerin!!”
Aku menoleh ke sumber suara. Jinyang eonnie. Aku tersenyum lebar.
Dia kemudian datang menghampiriku dan memeluk erat sejenak, “kau semakin dan semakin cantik.” Pujinya memandang kagum ke arahku.
“Me or this Louis Vuitton?” tanyaku sambil menunjuk coat coklat tua yang aku gunakan.
Dia tertawa, “both of you dear. Kajja, kau pasti lelah.” Ajaknya.
Aku memang baru menjalani perjalanan berjam-jam dari Charless De Gaulle. Dua tahun meninggalkan kota ini, kota kelahiranku untuk dua alasan. Karier dan cinta. Jangan bayangkan aku mengejar cinta di Paris, aku justru meninggalkan setengah hatiku di kota ini. but time goes by and people change. Dia, bukan aku. Karena kenyataannya, sampai detik ini aku belum bisa melupakannya meski masa lalu bukan hal yang manis untuk aku kenang. Aku menoleh ke belakang, siapa tau berjodoh dengannya di tempat ini. tapi nihil, aku kembali menatap lurus ke depan.

Siwon’s
Mungkin aku masih terkena jetlag syndrome dari Jepang hingga aku berhalusinasi melihatnya dengan coat coklat dan kacamata hitam. Tapi sekali lagi, mungkin karena aku masih
setengah bernyawa, jadi bisa saja tadi hanya gadis yang mirip dengannya walau mati-matian hatiku berkata kalau itu Chaerin, the girl that i miss the most!
“Oppa, gwencahana?” suara Fanny membuyarkanku.
“Ah, ye. Kajja.” Jawabku.

**
Chaerin’s
Mulai hari ini aku bekerja di boutique Jinyang eonnie yang sudah cukup besar dan ternama di kota ini sebagai designer. Aku bekerja padanya bukan karena kami ini saudara, tapi karena dia yang menawariku pertama kali beberapa bulan lalu. Sejujurnya, bagiku tidak mudah melangkahkan kaki ke kota ini semenjak dua tahun lalu. Tapi seperti yang Jinyang eonnie katakan, aku harus bisa melupakan masa laluku. Eomma dan Appa juga mengharapkan aku kembali ke sini.
“Aku harap kau bisa menghandle butik disini, Chaerin-ah. Membuka cabang baru di Daegu dan Incheon benar-benar menyita waktuku.” Ujar Jinyang
Aku tersenyum, “i do my best eonnie.”
“Aku tau. Nah, sekarang aku harus ke Daegu.” Pamit Jinyang.
“Take Care eonnie.”
Jinyang tersenyum kemudian menghilang dari balik kaca. Aku sudah kenal beberapa karyawan dibutik ini. mereka cantik dan ramah.
“Anyeong haseyo, ada yang bisa kami bantu.” Sepertinya ada satu pelanggan.
Aku membalik tubuhku dan menemukan Tifanny berdiri disana. Dia tersenyum memandangku.
“Chaerin?”
Aku tersenyum, “Tifanny..”
Dia langsung berhamburan memelukku, “sudah lama sekali tidak melihatmu. Aku dengan kau ke Paris?” tanyanya.
Aku tersenyum hambar. Bertemu dengannya bukan berita baik sebenarnya, kalau dia sampai memberitahu Siwon makaaa… ais, aku hanya belum sanggup bertemu dengannya setelah kejadian dua tahun lalu.
“Kau terlihat makin cantik Fanny-ah.” Pujiku.
“Kau jugaa. Jadi kau bekerja disini sekarang? Aaaah, ini benar-benar pas. Aku ingin sebuah design gaun baru untuk bulan depan.”
Aku tersenyum. Selanjutnya pembicaraan kami beralih ke pekerjaan. Sebuah design elegan tapi sederhana untuk acara Tifanny bulan depan. Lupakan soal apakah Siwon akan tau aku atau tidak, mungkin dia lebih sibuk dengan segudang jadwalnya. Kemungkinan yang paling menyakitkan, dia malah sudah melupakan siapa gadis bernama Kim Chaerin.
**
*Flashback two years ago*
Chaerin dan Siwon saling menatap tajam satu sama lain.
“Kenapa kau lakukan ini?” tanya Siwon dingin.
Chaerin membuang wajahnya, berusaha keras tidak menatap Siwon. Ia tidak mau pria itu melihatnya mati-matian menahan air mata.
“Aku lelah.” Jawab Chaerin pendek.
Siwon masih memandang gadis itu, gadis yang seharusnya ia nikahi dua bulan lagi. Masih menuntut jawaban lebih panjang pada Chaerin.
“Menikahlah dengan jadwalmu Mr. Choi. Aku lelah harus menjadi prioritas sekianmu.” Jawab Chaerin akhirnya, sambil menatap dalam ke arah mata Siwon.
Siwon terperangah menatap Chaerin. Seminggu yang lalu ia baru mendapat kabar kalau semua tentang penrikahan mereka Chaerin batalkan. Undangan, tempat resepsi, gaun. Semuanya. Dan besok, Chaerin akan berangkat ke Paris. Pindah tugas untuk kariernya.
“Kidding me? Katakankanlah ini hanya lelucon Chaerin-ah!” rutuk Siwon
“Im serious. Extremely serious with this! Kalau kau cukup serius menghadapi pernikahan kita, harusnya kau menanyakan ini satu jam setelah aku membatalkan semuanya Choi Siwon. Bukan seminggu kemudian.it’s too late.” Jelas Chaerin panjang lebar.
“Ini bukan permainan yang bisa kau mulai dan batalkan seenaknya, nona Kim!” balas Siwon
“Pardon?! Harusnya aku yang tanyakan padamu, apa kau cukup menganggap serius pernikahan kita? Kalau ya, harusnya aku tidak sendiri berkali-kali mengecek semua perlengkapan pernikahan kita!!” Chaerin sudah tidak dapat menahan emosinya.
Siwon mendekati Chaerin dan memegang pergelangan tangan gadis itu, “kau ingin melihat keseriusanku? Kita menikah sekarang juga!”
Chaerin menghempaskan tangan Siwon, “andwae!”
“Mwo?” Siwon memandang Chaerin tidak percaya.
“Rencana pernikahan kita, sudah pernah kita tunda sampai empat kali. Bagiku itu cukup. Now, just lemme go. It’s too late to show how serious you are. Lemme go.”
Chaerin hendak berjalan namun dengan cepat Siwon menarik gadis itu ke pelukannya, “i can’t let you go. Im so sorry about this.” Akhirnya kalimat itu keluar dari bibir Siwon.
Chaerin menarik nafas, air matanya sudah tidak dapat ia bendung lagi. Pelan-pelan ia melepaskan pelukan Siwon. Pria yang setengah mati ia cintai itu.
“Banyak hal yang harus kita pikirkan. Sebaiknya untuk saat ini, kita berpisah.” Jawab Chaerin.
“Sampai kapan?” tanya Siwon dengan nada menuntut tidak sabaran.
“Sampai suatu hari ini garis jodoh yang mempertemukan kita lagi.”
**
Siwon’s
Obrolan antara Tifanny dan Sunny yang samar-samar aku dengar soal siapa designer yang membuat gaun manis yang dikenakan Fanny membuat jantungku berdetak seperti di atas jet coaster. Dia sudah pulang bahkan sejak satu bulan lalu dan bahkan aku tidak tau. Dia tidak mengabariku? Apa dia sudah benar-benar melupakan aku?
Jadi setelah dua tahun dia bahkan masih terluka. Sebagian dari hatiku menginstruksikan untuk segera menemuinya malam ini, tapi sebagian lain menyuruhku untuk mundur. Mungkin dia sudah tidak mau bertemu denganku lagi, makanya dia tidak memberitahu kepulangannya.
“Hyung, kau mau cake ini?” tanya Kyuhyun, menawariku.
Aku menggeleng, nafsu makanku langsung hilang.
“Kau kenapa hyung? Apa kurang sehat?”
“Ani. Gwenchanayo. Eum, Kyunnie-ah, aku pulang lebih dulu. Ada urusan.”
“Eodiseo hyung? Acara bahkan baru mulai.”
Aku mengangsurkan gelas berisi wine-ku ke Kyuhyun kemudian berjalan keluar menuju basement. Memasuki gallardo-ku dan melesat menuju tempat kata hatiku menyuruh. Apapun hasilnya, aku harus bertemu dengannya dulu.

Chaerin’s
Tidak ada yang berubah dari sungai han, tetap indah dan cantik malam ini dihiasi gemerlap lampu yang juga cantik. Aku duduk di salah satu bangku sambil merapatkan ZARA black coatku. Aku ingat dengan baik tempat ini. tempat hampir 3 tahun lalu ketika Siwon melamarku. Di pinggir sungai han, dengan swarovski diamond yang menggiurkan dan berlutut dihadapanku. Memintaku menjadi pasangan hidupnya sampai mati. Aku masih ingat dengan jelas setiap kalimat yang ia katakan. Sayangnya, setelah hari itu, hari yang aku tunggu selama hampir 3 tahun aku dan dirinya berpacaran malah menjadi hari yang melelahkan untukku. Empat kali dia menunda pernikahan kami karena jadwalnya yang tidak bisa ditolerir. Dan untuk kelima kalinya, kesabaranku sudah habis. Aku yakin, dia tidak cukup serius melakukannya. Aku seperti berusaha sendiri mendesign pernikahan kami, sementara dia sangat-sangat sibuk dengan jadwalnya bahkan hanya untuk melungkan setengah jam dari harinya untuk mencoba tuxedo yang sudah aku design.
Bagiku itu lebih dari cukup untuk sebuah pembuktian.
Aku memilih melepaskannya dan mengejar karierku, sama seperti yang dia lakukan.
Dua tahun berpisah darinya, kami benar-benar lost contact. Aku benar-benar ingin melupakannya dan tidak menyisakan sedikit kenanganpun tentangnya. Walau saat ini, aku malah mengharapkannya di depanku. Entah untuk apa, tapi aku merindukannya.
“Han river never changes, right?” suara berat itu langsung membuatku menegakkan punggungku.
Suara yang tidak pernah aku dengar sejak dua tahun lalu yang saat ini memberikan suatu getaran aneh ditubuhku.
Aku menoleh ke sumber memastikan kalau aku sedang tidak berhalusinasi. Dan yang aku temukan adalah benar-benar dia. Siwon yang tersenyum ke arahku. Senyum yang aku rindukan.
Dia berjalan mendekatiku dan berdiri di hadapanku.
“Apa kabar?” tanyanya.

Siwon’s
“Apa kabar?” pertanyaan itu benar-benar pertanyaan paling basa-basi yang pernah aku ungkapan pada seseorang yang aku rindukan setengah mati. Mati-matian aku menahan hasratku memeluknya begitu menemukannya tengah duduk di pinggir sungai Han.
“Fine. As you can see. How about you?” dia balas bertanya padaku.
Aku tersenyum, menyembunyikan gejolak di hatiku, “baik.”
Kemudian suasana hening, aku duduk di sebelahnya, “kau bahkan tidak memberitahuku kalau kau pulang?”
“Aku tidak yakin kau punya waktu untuk mendengar berita itu.” jawabnya.
“Apa itu sebuah sindiran?” tanyaku
Dia tertawa, tawa yang demi apapun juga aku rindukan. “Tidak sama sekali, aku hanya memprediksi saja.”
“Apa kau merindukanku selama dua tahun ini?” pertanyaan itu berhasil membuatnya menatap dalam ke mataku.
“Karena aku merindukanmu setengah mati. Sepertinya kau membawa separuh paru-paruku ke Paris.” Lanjutku.
“Siwon-ah…”
“Aku anggap dua tahun lalu adalah kesalahan terfatal yang pernah aku lakukan. Perasaan ini tidak pernah berubah sampai saat ini, dan aku harap kesempatan itu masih ada.” Aku sama sekali tidak merencanakan akan mengatakan ini semua.
Tapi entahlah, bibirku bergerak merangkai kata-kata ini tanpa aku sadari.
“Aku….”
Aku tau, dia belum yakin. Terang saja, kami baru bertemu kali ini.
Aku meraba tengkukku dan melepaskan kalung berliontin cincin yang aku kenakan kemana-mana. Cincin yang aku berikan kepadanya ketika aku melamarnya dan ia kembalikan padaku.
Aku menarik tangannya, menaruh kalung itu di telapak tangannya, “aku akan menunggu sampai kau siap. Kalaupun kesempatan itu sudah tidak ada, aku ingin kau tetap menyimpan ini sebagai kenangan.”
“Kenangan pernah gagal menikah? You’re so funny mr. Choi.” Dia tersenyum sambil memandangku.
Aku tertawa, “i still love you and always.”
“Kau tau, aku juga masih sangat mencintaimu. Hanya saja, aku belum yakin akan menang dari jadwal padatmu itu.” jawabnya membuatku terperangah bahagia.
“Wanna give a chance this time?” tanyanya.
Aku bisa melihat binar ragu di matanya. Well, actually aku sebenarnya tidak punya hal lain untuk meyakinkannya selain kata-kata itu tadi.
“Gimme time.” Pintanya.
Aku menghembuskan nafas, “baiklah..”
**
Chaerin’s
Dengan langkah berat aku berjalan menuju pintu apartemenku, ini sudah hampir jam tiga pagi dan hanya orang mabuk yang menekan bel apartemenku berkali-kali. Tamu gila!
Mataku yang 5 watt langsung terbuka menjadi 100 watt begitu membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Siwon datang pagi-pagi buta membawa sebuket bunga yang entah ia dapat darimana dini hari seperti ini. ia memenuhi janjinya menemuiku hari ini.
“Kau…”
“I miss you..” dia langsung memegang tengkukku dan mencium dalam bibirku. Hampir satu menit itu berlangsung hingga aku kehabisan nafas dan memukul pelan dadanya.
“Early morning kiss and early morning flowers.” Dia menyodorkan buket bunga itu padaku.
Aku tersenyum, “Thank you.”
Kami berdua kemudian masuk ke dalam apartemen dan duduk di sofa ruang TV.
“Kenapa sepagi ini?” tanyaku.
“Karena besok jam 9 aku harus syuting lagi.” Jawabnya.
“Mwo?” aku tidak tega juga melihatnya. Dia berusaha membuktikan keseriusannya. Aaah, pasti dia lelah sekali. Aku memeluknya dari samping, “mianaaa…”
“Untuk apa?” dia mengusap kepalaku lembut.
“Untuk semua ini.”
“Tidak. Aku sudah bilang padamu kalau aku akan membuktikan keseriusanku.” Jawabnya.
Aku mengangkat kepalaku, “kau pasti sangat lelah. Mau aku buatkan sesuatu?”
“Buatkan aku design tuxedo yang baru untuk pernikahan kita.” Pintanya.
“Yaa…” aku mengeluh.
Dia tersenyum, “baiklah kalau begitu buatkan aku sesuatu yang hangat saja.”
“Okay.”
Ketika aku kembali dari dapur membawa segelas besar coklat hangat, aku menemukan Siwon terlelap di sofa. Aku menghembuskan nafas, he must be so tired. Selesai syuting dia langsung ke tempatku dan besok sudah harus bekerja lagi. Aku menaruh gelas itu di meja makan kemudian
masuk ke dalam kamarku dan kembali dengan selimut tebal untuknya. Setelah menyelimutinya, aku mencium keningnya. I think there’s so many chances for you even you hurt me over again.

—- FIN -—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar