Rabu, 21 Maret 2012

KEY OF HEART (PART 2.2-END)

Main Casts:
Choi Siwon ‘Super Junior’
Park Ji Yeon ‘T-ara’

Other Casts:
Find by your self ^^

Author:
Leni Nur Anggraeni

Genre:
Romance

Happy reading ^^

Park Ji Yeon’s pov.

Hari Minggu yang sangat membosankan! Sama seperti tiga kali hari Minggu yang aku temui sebelumnya. Biasanya jika weekend aku selalu pergi menghabiskan waktu bersama Siwon oppa. tapi, tidak untuk satu bula terakhir ini. Sepertinya dia terlalu sibuk sehingga tidak bisa meluangkan waktu untukku. Hmm…… aku kesepian!! Aku sungguh benar- benar berada di titik puncak kejenuhanku, setiap hari tidak ada yang special. Rutinitasku kini hanya pergi kuliah dan berdiam diri di dalam apartement. Sungguh kesepian!!

Untuk mengusir rasa jenuhku jika hari sudah sore seperti ini, aku selalu menghabiskan waktu di taman yang terletak tidak jauh dari apartementku. Aku pergi ke taman tanpa meninggalkan seperangkat alat melukisku, melukis memang hobiku sejak kecil. Cuaca sejuk sore di Seoul membuatku hati sangat damai dan enjoy melukis.

Author’s pov.

Di bawah sebuah pohon yang cukup besar yang terletak di salah satu sudut taman, terdapat seorang namja dengan duduk menyila sambil memetik senar- senar gitar di pangkuannya dengan penuh penghayatan, sesekali dia memejamkan ke dua matanya dengan jari- jemari tetap memetik kunci nada senar gitar yang telah ia hapal.
Tidak jauh dari tempat namja itu, seorang yeoja sedang asyik melukis dengan pancaran wajah yang berseri- seri.

Park Ji Yeon’s pov.

“Hmmm….. inilah yang aku sukai jika berada di taman ini saat sore hari. Semilir angin sejuk benar- benar membuatku damai dan tenang.”
“Andai saja Siwon oppa juga ada disini.”

Kini aku sudah siap dengan seperangkat alat lukisku, hanya tinggal menggoreskan koasku di atas kanvas untuk menghasilkan hasil karyaku. Jujur aku sangat merindukan Siwon oppa, maka aku memutuskan untuk melukis wajahnya. Aku benar- benar sangat menikmati setiap melakukan goresan- demi goresan untuk membentuk setiap lekukan wajah Siwon oppa. Tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, aku bisa menyelesaikan sketsa lukisan wajah Siwon oppa dengan cepat. Ku perhatikan hasil karya lukisan ku ini. “Tidak terlalu buruk.” Pikirku. Aku tersenyum sendiri memandang sketsa lukisan wajah Siwon oppa karyaku ini.

“Wahhh….. Ternyata benar ini kau..” tiba- tiba terdengan suara seorang namja yang familiar di indra pendengaranku untuk akhir- akhir ini. Ku tolehkan kepalaku pada sumber suara dan dapat ku lihat benar saja dia adalah namja yang ku temui beberapa hari yang lalu di atap gedung apartement. Namja gila yang sudah mengira jika aku akan bunuh diri. Aku masih diam memandangnya, pikiranku kembali mengingat kejadian saat dia tiba- tiba memelukku. Napeun namja. Hingga aku tak menyadari namja gila ini sudah duduk tepat di sampingku.
“Yak!! Kenapa kau menatapku aneh seperti itu??” tanya namja gila ini.
“Wajah siapa yang kau lukis ini? Namjacingumu??” dia memperhatikan sketsa lukisan wajah Siwon oppa.
“Yak! Namja gila! Siapa yang mengizinkan kau untuk duduk di sampingku, huhh??” bentakku.
“Taman ini adalah tempat umum. Siapapun berhak untuk dimanapun. Kau pikir taman ini milikmu??”
“Huhh… menyebalkan!! Kenapa aku harus bertemu dengan gila sepertimu lagi??” dengusku.
“Sudah pernah ku katakan kau bersikap lebih baiklah kepadaku. Lagipula apa salahku hingga kau bersikap seperti itu padaku??”
“Kau amnesia atau pura- pura tidak tahu?? Malam itu kau tiba- tiba memelukku, tidak ingatkah kau?? Hahh.. sebenarnya aku sudah melupakan kejadian gila itu. Tapi, gara- gara sekarang aku bertemu dengan kau lagi. Kejadian itu kembali munculku di otakku.”
“Yak!! Saat itu aku kira kau akan bunuh diri. Makanya itu aku mencegahmu dengan cara seperti itu. Sudahlah itukan hanya masalah sepele. Kenapa kau selalu mengungkit- ungkitnya??”
“Yak! Kau seenaknya berkata seperti itu. Bagaimana pun juga kau adalah namja yang sama sekali tidak ku kenal dan dengan lancangnya kau memelukku.”
“Mianhae neomu mianhae. Bagaimana kalau sekarang kita berteman??”
“Shiroo… Aku tidak mau berteman dengan namja gila sepertimu.” Aku mulai membereskan peralatan melukisku.
“Yak!! Kenapa kau tidak mau?? Aku hanya ingin kita berteman baik.”
“Kenapa kau pemaksa sekali.” Kini aku selesai membereskan alat lukisku dan beranjak berdiri berniat untuk meninggalkan namja gila ini.
“Kau mau kemana?? Kau belum memberitahuku siapa namamu..” aku tidak mengindahkan kata- katanya dan berjalan terus tanpa menoleh ke arahnya. Namun, sialnya dia masih mengikuti langkahku dari belakang.
“Yak!! Namja gila, kau jangan mengikutiku terus!!!”
“Sulitkah untukmu untuk menyebutkan siapa namamu??” tanyanya kekeh. “Namja gila keras kepala.” Batinku.
“Berhenti mengikutiku!!!”
“Tidak akan! Sebelum aku mengetahui namamu.” Aku pun menghentikan langkahku dan membalikkan tubuhku ke belakang dan menghadap tepat ke arah namja gila ini.
“Ji Yeon, Park Ji Yeon. Sekarang berhentilah mengikutiku, arraseo!!!” aku kembali membalikkan tubuhku dan berjalan cepat menuju apartement.
“Malam itu aku pernah menyebutkan namaku padamu kan Park Ji Yeon…. Tapi, mungkin saja kau lupa. Aku Donghae, Lee Donghae!! Kita pasti akan bertemu lagi.” Teriaknya jauh di belakangku. “Apa dia tidak malu berteriak di tempat umum seperti ini. ahh…. seharusnya aku sudah tahu jawabannya. Dia adalah namja gila tak tahu malu.” Batinku.

Choi Siwon’s pov.

Biasanya jika weekend aku sering menghabiskan waktu bersama Ji Yeon. Tapi, tidak untuk akhir- akhir ini. Aku masih disibukkan dengan urusan perusahaanku, namun sudah hampir terselesaikan. Maka, sore ini aku ingin memberikan kejutan pada Ji Yeon. Aku akan menemuinya.

Segera ku lajukan mobil sportku menuju gedung apartement Ji Yeon. Hanya menempuh waktu perjalanan sekitar 30 menit, aku sudah berada di tempat parkir gedung apartementnya. Tanpa membuang waktu aku segera melangkahkan kakiku menuju apartement Ji Yeon. Aku sangat merindukannya. Setelah aku tiba di depan apartementnya aku menekan beberapa tombol angka yang telah aku hapal untuk membuka pintu apartement Ji Yeon.

Setelah berada di dalam apartementnya, tak kulihat ada sosoknya. “Kemana dia??” gumamku. Beberapa menit kemudian pintu apartement terbuka, ku yakin Ji Yeon baru pulang. “Darimana dia??” tanyaku dalam hati. Aku berinisiatif untuk menyembunyikan keberadaanku dan mencari tempat persembunyian yang aman. Aku memutuskan untuk bersembunyi di dapur.

Ku lihat Ji Yeon menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan meraih remote tv di atas meja, kemudian menyalakan televisi. Aku tersenyum, aku sangat merindukannya.

Perlahan aku mulai keluar dari persembunyianku dan melangkah perlahan mendekati Ji Yeon. Setelah benar- benar dekat, ku tutup ke dua mata Ji Yeon dengan ke dua telapak tanganku.

“Yak!!!” teriak Ji Yeon.
“Nuguseyeo?? Hmmm… aku tahu kau siapa.. Siwon oppa, ini Siwon oppa kan??”
“Yak!! Aku tahu pasti Siwon oppa.” ke dua tangan Ji Yeon meraih ke dua pergelangan tanganku mencoba untuk menurunkan telapak tanganku yang masih menutupi matanya.
“Oppa….” dia segera naik ke atas sofa dan menghambur ke dalam pelukanku.
“Nan bogosippoh, oppa…” dia semakin memelukku erat. Dan dalam moment seperti ini, selalu ada sesuatu yang aneh di hatiku.
“Nado bogosippoh, Ji Yeon-ahh.” bisikku. Setelah lama kami berpelukan untuk melampiaskan rasa rindu, kami pun melepaskan pelukan kami. Kini kami duduk berdampingan di sofa sambil menonton salah satu drama korea yang sedang ditayangkan di salah satu channel televisi.

Aku menarik tubuh Ji Yeon membunuh jarak antara kami. Aku memeluknya dari samping dan Ji Yeon menyandarkan kepalanya di dadaku.

“Oppa, kau pasti sangat bekerja keras.”
“Ne. Ini semua demi kepentingan perusahaan.” Ji Yeon hanya menganggukka kepalanya dengan tatapan matanya masih fokus ke arah televisi.
“Bagaimana hari- harimu??” tanyaku.
“Kuliah dan sisanya hanya berdiam diri di apartement. Sangat membosankan!!”
“Lalu, tadi kau dari mana??”
“Dari taman. Aku suntuk jika terus mengurung diri di dalam apartement.”
“Apa ada namja yang sedang dekat denganmu selain aku disaat aku tidak bersamamu???” pertanyaan ini keluar begitu saja dari mulutku. Entah kenapa aku sangat khawatir jika aku terlambat untuk yang ke dua kalinya.
“Aku bertemu dengan namja yang sangat gila dan menyebalkan tentunya.”
“Nuguseyeo??”
“Kalau tidak salah namanya Lee Donghae. Dia itu sangat menyebalkan!”
“Jangan terlalu membenci seseorang. Bisa saja suatu saat nanti kau akan jatuh hati padanya.” “Aku harap apa yang aku katakan barusan tidak benar- benar terjadi.” Batinku.
“Tidak akan pernah aku jatuh hati padanya.” Jawab Ji Yeon mantap.
“Ji Yeon-ahh, perutku lapar. Masakan aku sesuatu..” rengekku manja pada Ji Yeon.
“Issshhh…. oppa… cara berbicaramu itu sangat menggelikan.”
“Ayolah… kau mau oppa mu yang tampan ini mati konyol hanya karena kelaparan..” rajukku manja pada Ji Yeon.
“Huhh…. selalu merepotkan!!!” Ji Yeon pun mulai berdiri dari sofa dan masuk ke dalam dapur.

Sambil menunggu Ji Yeon selesai menyelesaikan memasakkan makanan untukku, aku menekan beberapa tombol angka remote tv untuk mencari tayangang tv yang menarik. Namun, sayangnya sekitar tiga puluh menit jari- jemariku berkutat di tombol- tombol angka remote tv, aku tidak menemukan siarang yang aku sukai. Benar- benar membosankan. Maka, aku putuskan untuk menghampiri Ji Yeon di dalam dapur.

Tidak membutuh waktu lama agar berada di dalam dapur apartement Ji Yeon. Kini aku bisa memandang sosok tubuh mungil Ji Yeon dari belakang. Dia menggunakan t-shirt blue saphire dengan rok merah selutut dan dilengkapi celemek, sehingga aku bisa melihat indahnya kaki Ji Yeon. Ji Yeon mengikat rambut pangjang hingga aku juga bisa melihat betapa jenjangnya leher milik Ji Yeon. Entah setan atau malaikat apa yang sedang merasuki tubuhku, perlahan aku mendekati Ji Yeon dan setelah berdiri tepat di belakang Ji Yeon yang sedang memasak. Tiba- tiba aku memeluk tubuh mungil Ji Yeon dari belakang.
“Yak!!! Oppa.. Apa yang kau lakukan??” teriaknya berusaha melepaskan tanganku yang melingkar sempurna di pinggang Ji Yeon.
“Tidak mau. Aku merindukanmu.” Jawabku jujur.
“Yak!! Sikapmu ini seperti kau merindukan yeojacingumu.”
“Bagaimana jika aku mejadikanmu sebagai yeojacinguku??” bisikku lembut tepat di telinga Ji Yeon.
“Mwo???” kaget Ji Yeon. Ji Yeon berusaha untuk melepaskan diri dari pelukanku dan untuk kali ini aku menyerah. Ji Yeon membalikkan tubuhnya tepat di hadapanku. Aku tersenyum padanya, namun Ji Yeon entah ekpresi apa yang sedang ia tunjukan. Tiba- tiba ke dua telapak tangan Ji Yeon menyentuh ke dua pipiku, lalu menatapku dalam.
“Kau sakit, oppa??”
“Anniya. Aku baik- baik saja.”
“Kau hanya bercandakan dengan ucapanmu barusan. Ne! aku tahu oppa hanya bercanda padaku.”

Park Ji Yeon’s pov.

Saat baru saja tiba di dalam dapur, segera ku buka isi kulkas berharap ada beberapa bahan makanan yang bisa ku olah. Dapat ku lihat di dalam kulkas hanya ada telur, tepung, dan beberapa ikat daun bawang. Aku berpikir dengan bahan- bahan makanan ini, makanan apa yang bisa aku masakan untuk Siwon oppa. Tiba- tiba saja muncul ide untuk memasakan pajeon. Siwon oppa juga sangat menyukai pajeon. Pajeon adalah sejenis pancake tradisional ala Korea dan merupakan makanan pembuka yang sangat populer atau makanan ringan. Aku cukup banyak tahu mengenai makanan tradisional ini. Untuk membuat pajeon, aku cukup menyediakan adonan tepung, telur, beberapa ikat daun bawang, dan menyediakan campuran kecap plus cuka.
Aku mulai menyiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk memasak paejeon. Ku siapkan 2 cangkir tepung, 2 cangkir air, 2 butir telur, 1 ikat daun bawang, minyak, garam dan merica secukupnya.
Aku mengambil sebuah mangkuk besar yang ada di rak piring. Kemudian aku masukkan tepung, air dan telur. Aduk sampai merata ke tiga bahan itu. Aku mencoba untuk menambahkan jumlah teping lebih dan air untuk mendapatkan konsistensi dari adonan pancake. Ku taburkan garam dan merica secukupnya pada bawang daun yang telah dicincang dan didiamkan selama sekitar 10 – 15 menit. Aku mulai memanaskan wajan di atas kompor gas, kemudian memasukan minyak ke atas wajan. Ku tuangkan sekitat tida per empat cangkir adonan ke dalam wajan, memiringkan panci untuk menutupi bagian bawah. Kemudian menaburkan beberapa daun bawang dan biarkan masak selama 6 – 10 menit hingga bagian bawah berwarna kecoklatan. Aku melap wajan dengan menggunakan handuk kertas berminyak dan ulangi kembali dengan sisa adonan. Setelah matang adonan ini akan membentuk seperti serabi, aku memotongnya menjadi delapan bagian menyerupai pizza pie. Kini sekarang aku perlu membuatkan saus yang terdiri dari campuran kecap dan cuka.
Namun, tiba- tiba seperti ada tangan yang melingkar di pinggangku dan aku yakin dia adalah Siwon.
“Yak!!! Oppa.. Apa yang kau lakukan??” teriakku berusaha melepaskan tangannya yang melingkar sempurna di pinggangku.
“Tidak mau. Aku merindukanmu.” Jawabnya.
“Yak!! Sikapmu ini seperti kau merindukan yeojacingumu.”
“Bagaimana jika aku mejadikanmu sebagai yeojacinguku??” bisiknya lembut tepat di telingaku.
Deg..
Deg…
Deg..
Mendengar ucapannya barusan membuat tiba- diba jantungku berdegup lebih kencang dan aku merasakan sesuatu yang cukup aneh di hatiku. Entah kenapa aku merasa cukup bahagia saat Siwon oppa mengatakan hal itu padaku.
“Mwo???” Aku berusaha untuk melepaskan diri dari pelukannya dan untuk kali ini dia menyerah. Aku membalikkan tubuhku tepat di hadapannya. Siwon oppa tersenyum padaku, aku memandangnya aneh. Ke dua telapak tanganku mencoba untuk menyentuh ke dua pipi Siwon oppa, lalu menatapnya dalam.
“Kau sakit, oppa??”
“Anniya. Aku baik- baik saja.”
“Kau hanya bercandakan dengan ucapanmu barusan. Ne! aku tahu oppa hanya bercanda padaku.”
“Boleh aku jujur??” tanya Siwon oppa lembut. Dan aku hanya menjawab pertanyaannya hanya dengan beberapa kali anggukan kepalaku.
“Sudah lama… aku……” entah apa yang ingin Siwon oppa katakan padaku, dia benar- benar membuatku penasaran dan membuat sport jantung.
Siwon oppa menatap ke dua mataku, telapak tangannya menyentuh lembut pipiku dan membelai rambut panjangku.
“Ji Yeon-ahh….”
“Nee???”
Jarak wajah Siwon oppa semakin dekat denga wajahku. Dengan jarak sedekat ini aku bisa melihat dengan jelas betapa tampannya namja ini. Dia semakin mendekat dan membunuh jarak antara wajah kami. Hingga tanpa ku sadari kini bibir Siwon oppa sudah menyentuh bibirku. “Oh Tuhan….dia menciumku…” batinku. Entah kenapa tidak ada penolakka atau pemberontakkan dariku. Aku menikmati ciuman ini. Dan dapat ku rasakan kini ke dua tangan Siwon oppa menyentuh pinggangku dan refleks aku meletakkan ke dua tanganku tepat di dada Siwon oppa. Aku bisa merasakan degup jantung Siwon oppa lebih kencang sama dengan apa yang sedang ku rasakan. Perlahan demi perlahan aku juga membalas ciuman Siwon oppa.
“Nan noel saranghae neomu saranghae, Ji Yeon-ahh..” ucap lembut Siwon oppa setelah mengakhiri ciuman kami. Terlihat dia sedang berusaha mengatur nafas begitupun denganku.
“Pajeon!!!” aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Kemudian aku membawa sepiring besar pajeon tak lupa sausnya yang telah aku siapkan untuk Siwon oppa dan membawanya ke luar dapur, lalu meletakkannya di atas meja makan. Kini suasana diantara kami hening, hanya terdengar suara televisi. Hingga kini kami sudah duduk saling berhadapan di meja makan. Sesungguhnya aku benar- benar kaget dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Saat dia menciumku. “Oh Tuhan…. Apa aku sudah gila??” pikirku. “Apa aku juga mencintai Siwon oppa??” tanyaku dalam hati.
“Hmm……. bukankah oppa lapar. Ayo kita makan pajeon ini. Aku sudah susah payah memasakan ini khusus untuk oppa.” aku memulai pembicaraan, meskipun agak sedikit gugup. Aku pun mengambil beberapa potong pajeon dan meletakannya di atas piring, kemudian aku serahkan pada Siwon oppa.
Kini suasana kembali hening, hanya ada suara televisi, garpuh dan sendok yang saling beradu.

“Igeo…” aku menyerahkan segelas air putih untuk Siwon oppa.
“Ji Yeon-ahh…” Siwon memanggil namaku saat dia sudah meneguk habis air putih yang telah aku berikan. Dan membuarku menoleh ke arahnya. Ke dua mata kami saling bertemu.
“Mianhae, jika terkesan mendadak. Sebenarnya aku sudah memiliki perasaan ini sejak lama. Sejak sebelum kau berpacaran dengan namja bernama Cho Kyuhyun. Bahkan jauh sejak hal itu terjadi. Namun, aku tidak memiliki keberanian untuk jujur terhadap perasaanku padamu. Saat kau patah hati karena namja bernama Cho Kyuhyun itu, aku sungguh sangat menyesal membiarkanmu bersama namja itu.” ucap Siwon oppa panjang lebar. Aku hanya diam dan mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Siwon oppa.
“Kau tidak usah berpikir terlalu keras untuk memikirkan jawaban atas pernyataanku. Aku hanya ingin kau tahu mengenai perasaanku selama ini.”
“Seharusnya aku yang meminta ma’af pada oppa. Karena selama ini aku sama sekali tidak peka terhadap perasaan orang yang selalu di sampingku. Mianhae neomu mianhae.”
“Jadi???”
“Oppa bilang, kau tidak menuntuk agar aku mejawabnya. Namja plil- plan!!!”
“Yak!!!” terlihat raut wajah kecewa. Aku berdiri dari kursi dan menghampiri Siwon oppa. Kemudian aku lingkarkan ke dua tanganku di leher Siwon oppa dari belakang.
“Tidak ada salahnya aku mencoba untuk menjadi kekasihmu, oppa. Seluruh teman- teman yeojaku pasti sangat iri karena aku adalah kekasih seorang Siwon oppa, pengusaha muda yang sukses.” Aku mencium pipi Siwon oppa dari samping sekilas. Siwon oppa berdiri dari kursi dan berhadapan denganku. Dia tersenyum sangat tampan padaku, tidak lama kemudian dia memelukku sangat erat hingga aku kesulitan untuk bernafas.
“Oppa, aku butuh udara untuk bernafas..” ucapku.
“Arraseo.” Siwon oppa melepaskan pelukannya dan menggenggam ke dua tanganku.
“Aku berjanji takkan pernah menyakitimu dan tidak akan pernah membiarkan air matamu menetes karena sama seperti apa yang telah dilakukan namja itu. Kunci dari sebuah cinta adalah saling mempercayai. Jadi, kau harus selalu percaya padaku jika aku akan selalu membuat hari- harimu bahagia. Aku akan membuatmu menjadi yeoja yang sangat beruntung karena menjadi milikku karena aku akan selalu membuatmu tersenyum setiap hari.” Siwon oppa kembali memelukku.
“Gomawo karena telah menerima perasaanku. Saranghae neomu saranghae..”
“Nado saranghae, oppa.”
“Kau tahu…??”
“Mwo???”
“Sejak dulu jika aku melihat kau tersenyum, detak jantungku jauh dari sinkron.”
“Yak! Gombalan oppa sungguh buruk..”
“Kunci hatiku untuk memenuhi dan menikmati indahnya hidup ini adalah kau, Park Ji Yeon. Aku semakin yakin alasan aku dilahirkan ke dunia ini adalah untuk mencintai Park Ji Yeon, jatuh cinta pada Park Ji Yeon dan hidup di masa depan Park Ji Yeon. Saranghae Park Ji Yeon….. Aku akan segera menikahimu.” Teriak Siwon oppa, kemudian mengecup sekilas bibirku. Dapat ku rasakan ke duaku pipiku mulai memanas, sepertinya sekarang pipiku sudah seperti kepiting rebus.
“Nado saranghae, Siwon oppa..”

THE END ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar