Sabtu, 24 Maret 2012

Love Is You (2/end)

#backsound SUPER JUNIOR - Y

YUNHEE POV
“Wae?” Tanyaku melihatnya tak berpaling juga. Aku langsung meraih tombol shower yang ada di belakang Kyuhyun, air dari shower yang terus menerus mengguyurku ini tak akan berhenti sebelum kumatikan sendiri karena namja bodoh ini tidak melakukan apapun selain menatapku.
“Ani.” Kyuhyun langsung berbalik dan keluar.
Eh? Dia kenapa? Dasar gila! Seenaknya saja membiarkanku basah kuyup begini dan dengan kata-kata ketus lalu dia pergi begitu saja? Aish~ jinjja.
KYUHYUN POV
Dua minggu berlalu, aku kerepotan? Tentu saja. Kukira yeoja yang masih hamil muda tidak akan terlalu merepotkan karena dia masih bisa melakukan apapun sendirian, tapi yang ini tidak. Seenaknya saja dia bermanja-manja dengan hyungdeulku, minta ini lah itu lah membuatku pusing saja. Semuanya kerepotan tapi mereka selalu saja bersikap seperti baik-baik saja, apa mereka setulus itu pada yeoja aneh ini?
“Yak, Lee Yunhee!!” Teriakku saat dia meminta dibelikan Jajjangmyeon untuk ke-3 kalinya, ini sudah melampaui batas kesabaranku.
“Ayolah… Kyuhyun-ssi, aku mohon… kau tidak kasihan padaku, ya?” Rengeknya dan itu terdengar sangat menjijikan di telingaku.
“Aish… aku malas! Beli saja sendiri!” Aku kesal, Yunhee terus saja merengek sambil menarik-narik lengan bajuku. Aku jadi tak bisa berkonsentrasi menonton film. Semakin sering saja aku ditinggal berdua dengannya, semakin gila aku dibuatnya. Apalagi sejak kejadian di kamar mandi itu, aku tidak bisa berpikir dengan jernih kalau berhadapan dengannya. Aku kenapa? Tentu saja aku juga tidak tahu tapi waktu itu dia terlihat…. Ya, kuakui dia memang manis tapi dia bukan tipeku.
Tak ada rengekan lagi yang kudengar dari mulutnya yang cerewet itu, aku mengerling ke arahnya dan mendapati dia sedang menggembungkan pipinya selain itu juga manyun tidak jelas.
“Baiklah, akan aku belikan tapi dengan satu syarat.”
Matanya langsung melebar berbinar. “Apa itu? Asalkan tidak yang aneh-aneh ya.”
“Kuminta kau tinggal di dorm sebelah.”
“Wae?”
“Aku tidak bisa tidur kalau tidak di kamarku sendiri dan badanku pegal-pegal karena tidur di lantai!”
“Tapi aku…”
“Aku yang akan membayar uang sewanya, tenang saja.”
Perlahan dan dengan agak ragu dia akhirnya mengangguk, ya aku berhasil. Selama dua minggu ini aku dan hyungku berhasil menyembunyikannya dari media dan karena aku namja baik-baik aku tidak mau nanti terus menerus ditinggal berdua dengannya, lalu terpikirlah untuk menyewa kamar sebelah. Selain dia aman dari media, hyungdeul tidak akan merasa kehilangan yeoja menyebalkan ini. Ya, hyungdeul sepertinya sangat menyayangi Yunhee. Sungmin hyung bilang padaku kalau Yunhee itu yeoja cantik nan imut yang diutus Tuhan untuk membuat suasana dorm kami menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Cih… kurasa pikirannya terlalu berlebihan, nyatanya dorm ini terasa seperti neraka bagiku.

YUNHEE POV
Aku sudah menunggunya selama sejam lebih, mana jajjangmyeon kesukaanku? Kenapa lama sekali, sih dia? Huh! Walaupun kulihat Kyuhyun dingin sekali padaku, kurasa dia namja yang baik dan—eh, tampan? Ya, seringnya ditinggal berdua dengannya membuatku kalang kabut dengan pikiranku sendiri. Aku sering merasa jantungku tidak berdetak dengan normal lagi setiap kali melihat tatapan tajam matanya padaku, bukannya takut tapi aku malah terpesona dibuatnya. Aish… ingat bayi dalam perutmu Lee Yunhee! Tapi benar juga, kenapa aku jadi sedikit bisa melupakan Shin ya? Haha bahkan aku sudah tak peduli lagi dengannya, mau mati ataupun hidup aku sudah tidak peduli.
“Ini.” Kyuhyun melempar bungkusan berisi jajjangmyeon ke sofa di sampingku. Aku langsung mengambilnya dan berlari kecil menuju dapur, sementara dia menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Gomawoyo sudah capek-capek membelikan ini untukku.” Kataku tersenyum seraya menghampirinya. Eh? Dia sudah tidur saja, pasti dia sangat lelah. Kasihan juga.
Tanpa sadar aku terus menatapnya dalam-dalam, wajahnya… begitu sempurna. Matanya, hidungnya, bibirnya… eh kenapa begitu menggoda? Perlahan aku menyusuri setiap lekuk di wajahnya dengan telunjuk kiriku, sementara tangan kananku sibuk memegang mangkuk jajjangmyeon. Apa yang sedang aku lakukan benar-benar di luar kendaliku. Lembut… wajah malaikatnya saat sedang tidur seperti ini sangat lembut. Tidak seperti biasanya saat dia terus-terusan membentakku galak.
“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya membuatku kaget setengah mati, dia menggenggam erat tangan kiriku. Matanya tiba-tiba saja sudah terbuka lebar, aku merasakan aura pembunuhnya sekarang. Tuhan… tolong selamatkan aku dari setan ini.
“Jangan menatapku seperti itu, aku tidak akan tanggung jawab jika nantinya kau menyukaiku.”
“MWORAGO!? Cih…”
Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajahku, kini jarak kami hanya tinggal 5 cm. Aku bisa merasakan nafasnya di wajahku, aku langsung memejamkan mataku karena takut. Aku merasakan dia merengkuh tengkukku, sesuatu yang basah dan lembut menyentuh bibirku. Kyuhyun memperdalam ciuman kami dan tanpa sadar aku pun membalasnya. Dia melepaskan genggamannya dari tanganku dan aku sudah melingkarkan tanganku itu di lehernya seakan aku tak mau lepas, itu memang benar. Apa yang ada dalam pikiranku sebenarnya? Aku bahkan tidak menolak sama sekali, aku ini kenapa? Ya!! Lee Yunhee kenapa kau tidak mau sadar dan malah menikmati ini?
Dia melepas ciuman kami dan mengambil nafas sebentar, dia meraih mangkuk jajjangmyeon dari tangan kananku dan meletakkannya di bawah sebelum dia melanjutkan kegiatan kami lagi. Kyuhyun mendorongku sampai jatuh terlentang di sofa, kali ini dia melumat kasar bibirku.
“Kyuhyun~a…” Lirihku di sela-sela ciuman kami.
“Hmmm…”
“Bayiku…”
Kyuhyun sadar posisinya sekarang akan membahayakan nyawa yang ada di perutku, tapi dia tidak menghentikan ciumannya malah ciuman kami semakin memanas. Kyuhyun hanya sedikit mengangkat tubuhnya dan menahan tubuhnya itu dengan tangan kanan yang berpegang erat pada sofa, sementara tangan kirinya berusaha melepas kancing-kancing dressku. Ini memang dress, tapi ada 3 buah kancing mungil yang menutupi bagian dada. Kyuhyun menggigit bibir bawahku membuatku membuka celah untuk lidahnya masuk melilit lidahku. Dia berhenti kemudian kini dia menjilati leherku, mengambil nafas di sana dan melanjutkan ciumannya lagi.
“Kyuhyun~a… aku…”
“Sebentar…” Katanya seperti berbisik.
Aku mendesah pelan saat merasakan sesuatu yang lembut menempel di telingaku, leherku, dan kini di dadaku. Kyuhyun terus saja menjelajahi tubuhku tanpa ampun, aku seperti terhipnotis untuk tidak mengakhiri ini semua. Aku benar-benar tidak bisa menolaknya.
“Hah… panas sekali di luar sana.”
Aku mendengar suara pintu terbuka dan tadi itu suara Eunhyuk oppa, bagaimana ini?! Dengan cepat Kyuhyun berhenti lalu langsung berdiri sambil mengacak gusar rambutnya. Sementara aku mematung di sofa dalam keadaan terlentang dengan dadaku yang terekspos.
“Ck!” Decaknya samar-samar tapi aku masih bisa mendengarnya dan melihat kekecewaan di wajahnya. “Cepat betulkan pakaianmu.” Sergah Kyuhyun, sementara dia menuju dapur. Aku segera membetulkan  pakaianku dan merapikan rambutku yang sedikit acak-acakan.
Yang bisa kulakukan hanya duduk manis sementara Eunhyuk oppa diikuti dengan Donghae oppa berjalan ke arahku.
“Uri Yunhee… aku kangen sekali padamu.”
Eunhyuk oppa hampir saja memelukku tapi Kyuhyun keburu datang dan meneriakinya, dia juga menendang pantat namja malang itu. Kasihan sekali nasibmu, Eunhyuk oppa.
“Ya!! Cepat bantu dia membereskan barang-barangnya.”
“Mwo?”
“Wae, Kyuhyun~a?” Donghae oppa menatap heran ke Kyuhyun.
“Aku tidak mau lagi tidur di matras itu, biarkan dia pindah di dorm sebelah.”
“Andwae!!” Sergah Eunhyuk oppa dan langsung menatapku tajam. “Kenapa? Kau tidak betah bersama kami? Apa Kyuhyun memperlakukanmu dengan tidak baik?”
“Aniyo, oppa. Aku hanya tidak ingin merepotkan kalian. Lagipula elf sudah mulai curiga sepertinya, jadi bukankah akan lebih baik kalau aku di sebelah saja? Kau juga masih bisa melihatku.”
“Apa yang Yunhee bilang itu ada benarnya, Eunhyuk~a.” Donghae oppa sangat mengerti sepertinya.
“Ara ara. Kau senang sekarang, Cho Kyuhyun?” Woaa~ kenapa Eunhyuk oppa tiba-tiba jadi galak?
“Wae!?” Kyuhyun langsung melancarkan tatapan setannya.
“Ani ani hehe.”
***
            Aku duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh hangat dan menonton televisi, nyaman sekali rasanya. Dorm ini sangat luas, ya tentu saja karena tak banyak barang yang ada di sini, lagipula hanya aku seorang yang menempatinya. Betapa leganya tidak tinggal bersama Kyuhyun si setan menyebalkan itu, aish… aku hampir mati dibuatnya dan kejadian tiga hari yang lalu… Andwae!! Kenapa hal itu bisa terjadi? Dan kenapa aku mau saja? Tapi… ah, sudahlah. Lupakan! Toh dia tidak pernah menggubrisnya lagi. Semenjak kejadian itu setiap kali kami bertemu—di dormnya saat aku main ataupun tak sengaja berpapasan di depan pintu dorm, dia tidak pernah lagi bicara padaku bahkan sepertinya enggan untuk menatapku. Cih… namja setan itu benar-benar.
            Aku sedang menonton perform comeback stagenya super junior sekarang, sampai sebuah suara tiba-tiba saja menarik perhatianku.
            “Annyeong!! Hyung!!”
            Suara siapa itu? Kedengarannya suara seorang namja dari samping dormku, tapi siapa? Aku berniat untuk melihat siapa yang berteriak tadi, begitu aku keluar dan melihat namja itu. Eh?
            “Annyeonghaseyo…” Sapaku padanya.
            Dia menatapku heran tapi dengan sopan dia membalas, “Ah, annyeonghaseyo.”
            “Nuguseyo? Cari siapa?”
            “Mwo?” Dia kelihatan kaget mendengar pertanyaanku. “Henry Lau imnida, aku mencari orang yang tinggal di dorm ini dan eh? Kau tidak mengenalku?”
“Ani, memangnya kau siapa?”
“Err…” Dia seperti ragu untuk menjawabnya.
“Kau salah satu member juga?”
“Ne.”
“Ah… semuanya sedang ada acara, kau bisa menunggu kalau kau mau.”
“Eh? Kau?”
“Lee Yunhee imnida.” Kataku seraya tersenyum padanya. “Tidak apa-apa, aku tetangga mereka. Mari masuk.” Aku membukakan pintu dorm super junior. Ya, aku tahu passwordnya karena diberi tahu Eunhyuk oppa. Dia bilang tidak mau melihatku kelaparan, jad dia memberitahuku supaya aku bisa mengambil atau memasak makanan yanga ada di kulkas haha.
“Kau tahu kunci passwordnya?”
Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaannya, aku tidak mungkin menjelaskan semuanya sementara dia baru datang dan tidak tahu apa-apa. Aku melihat namja yang bernama Henry dengan bawaannya satu koper, satu ransel, dan satu tas yang agak besar berbentuk gitar. Eh? Itu tempat gitar atau apa ya?
“Oh, kau dari China ya? Hmm… Super Junior M.” Pantas saja pengucapan hangulnya sedikit berantakan. Aku manggut-manggut mendengar penjelasannya yang panjang lebar, kami duduk bersebelahan di sofa sambil menikmati teh dan kue sekedarnya. “Aku tidak banyak tahu tentang super junior, ya bahkan bisa dibilang tidak tahu apa-apa.” Lanjutku dengan sedikit terkekeh malu.
“Ne, tidak apa-apa. Aku mengerti.” Katanya sambil tersenyum lalu meminum teh yang kuhidangkan untuknya.
“Lalu kedatanganmu kemari—err… maksudku…”
“Aku hanya ingin main, sekaligus kangen juga dengan hyungdeul.”
“O…”
“Wae?” Tanyanya ketika mendapatiku terus memandangi benda yang ada di sampingnya.
“Itu…”
“Ah, ini violin kesayanganku. Aku selalu membawanya.” Jelasnya dengan mata berbinar, kulihat dia sangat antusias menjelaskan violin itu. “Kau mau melihatku memainkannya?”
“Ne? Ah~ ne.”
AUTHOR POV
            Lee Yunhee duduk manis di sofa tepat di hadapan Henry yang sedang memperlihatkan kebolehannya bermain violin, namja yang mengaku dari China itu dengan lihainya memainkan salah satu lagu Super Junior M – U pada bagian sebelum rapp (ngerti kan maksud saya? kalo enggak ya maap #slapped). Tidak bisa dipungkiri ekpresi Yunhee sekarang saat melihatnya adalah benar-benar ekspresi takjub, bagaimana mungkin orang berbakat seperti yang ada di hadapannya sekarang bahkan tidak sama sekali dikenalnya? Bodoh. Pikir Yunhee.
            Klek! Terdengar suara knop pintu yang dibuka oleh… “Henry!!” Teriak seorang namja yang sudah menghambur memeluk Henry.
            “Siwon hyung!” Serunya setengah terkejut melihat orang yang dirindukannya sudah menghambur saja. “Miss you so much, hyung.”
            “Nado, brother.” Kata Siwon sambil menepuk-nepuk pundak dongsaengnya itu. “Ah, Lee Yunhee kau juga di sini rupanya.” Lanjutnya ketika melihat Yunhee yang duduk berdiam diri bagai patung tak berguna.
            “Ne, oppa. Ah, aku sebaiknya kembali ke dormku. Permisi…” Yunhee tersenyum kemudian cepat-cepat pergi dari tempat itu. Dia tahu keadaan akan semakin canggung jika dia berada lebih lama di sana dan dia sangat tidak menyukai suasana seperti itu.
            “Yunhee-ya, chakkaman.” Siwon menghentikan langkah Yunhee yang hampir mencapai pintu.
            “Wae, oppa?” Yunhee berbalik dan menatap kedua namja di depannya dalam keadaan bingung, sementara Henry hanya tersenyum-senyum saja menatap Yunhee.
            “Aku sudah menghubungi dokter yang biasa memeriksamu, nanti sore dia akan datang. Bukankah sudah waktunya kau memeriksakan kandunganmu itu?”
            “Ye, oppa. Aku mengerti, aku akan menunggu di dorm saja.”
            “Oke.”
            “Kemana yang lainnya?” Tanya Henry beberapa detik setelah Yunhee menghilang di balik pintu.
            “Masih di jalan kurasa, aku terburu-buru ke sini karena membaca pesan darimu. Kami dari acara musik di gedung SBS tadi.”
            “Oh… Lalu yang tadi itu siapa, hyung? Kalian begitu dekat kah?”
            “Pacarnya Kyuhyun.” Celetuk Siwon dengan tampang datar, dia malah menghempaskan tubuhnya ke sofa.
            “Mwo!? Benarkah?”
            “Hahaha tentu saja aku bercanda, kau ini mudah sekali dibohongi.” Siwon melambai-lambaikan tangannya, mengisyaratkan agar Henry duduk di sampingnya. “Kemari, akan kuceritakan.”
            “Ah~ aku mengerti sekarang!” Seru Henry mendengar penjelasan panjang dari Siwon dan hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
            “Lelah sekali!!!!” Gedubrakk! Gedubrukk! Brakk! Brukk! Itulah tanda kalau para penghuni dorm sudah menampakkan dirinya, ya siapa lagi kalau bukan ke-9 member super junior yang tertinggal?
            “Woaaaa!! HENRY!!” Riuh, ricuh. Semuanya meghambur menghampiri Henry. Memeluknya, mengelus-elus kepalanya, menjitakinya, dan bahkan Kyuhyun sempat menendang kakinya. Berbeda saja evil magnae yang satu itu, tapi sekarang dengan keberadaan Henry dia bukanlah magnae lagi karena posisinya sudah tergantikan oleh ‘si maganae-2 Henry’.
“Hey, cepat hentikan! Kalian membuatnya tidak bisa bernafas.” Leeteuk mencoba menghentikan aksi frontal dongsaengnya terhadap Henry.
“Hari ini pasti menyenangkan ya, hyung?” Henry memastikan dengan penuh senyuman kebahagiaan.
KYUHYUN POV
“Hari ini pasti menyenangkan ya, hyung?” Tanya Henry memastikan, dia terlihat begitu gembira berada di tengah-tengah kami.
“Tentu saja. Album ke-5 kami disambut dengan sangat baik.” Cih, si monyet itu dengan bangganya. Aku sih merasa biasa saja.
“Album itu laris karena ada suaraku di dalamnya.” Celetukku yang langsung mendapat jitakan keras dari Heechul hyung, “Aish~ sakit, hyung!”
“Kalau begitu mari kita rayakan bersama!” Usul Shindong hyung sepertinya di sambut dengan baik oleh hyeungdeul, mereka langsung saja mengangguk setuju.
“Bagaimana kalau tempat karaoke?” Kali ini si Heenim yang berpendapat.
“Ide yang bagus!”
“Kajja!”
“Hey, tunggu sebentar!” Tiba-tiba saja Siwon hyung menghentikan langkah kami yang sudah bersiap akan pergi.
“Ada apa?” Tanya Leeteuk hyung.
“Bagaimana dengan Yunhee? Aku baru saja memanggil Dokter Jung untuk mengecek keadaannya, nanti siapa yang akan memastikan kalau dia baik-baik saja?” Cih… kenapa kau peduli sekali dengannya, hyung? Aku saja tidak secemas itu, eh? Aku? Untuk apa juga aku cemas, kan?
Semua langsung diam, sepertinya mereka sibuk berpikir siapa yang kira-kira mau dengan tugas yang sangat membosankan ini.  Jangan aku! Sudah kupastikan, aku tidak mau.
“Kyuhyun! Kau saja!” Benar, kan? Sudah kubilang Leeteuk hyung akan menjadiakanku opsi pertamanya dalam tugas menyebalkan ini. Bagaimana ini? Bagaimana aku nanti akan menghadapinya? Sudah lama aku dan Yunhee tidak saling bicara, ini akan benar-benar menyebalkan.
“SHIREO!” Bentakku langsung, yang lain kelihatan sangat kaget. Baguslah, kuharap Leeteuk hyung mengurungkan niatnya untuk memilihku.
“Bagaimana kalau aku saja?” Usul yang bagus Henry, kau pintar! “Ini pesta kalian, jadi kurasa aku bisa menjaganya. Kalian bersenang-senang saja. Lagipula menjaga wanita hamil sepertinya menarik juga.”
Apa dia bilang? MENARIK katanya? Apa dia pikir menjaga wanita hamil dan simpanan member suju ini hal yang menarik baginya? Dia benar-benar sudah gila.
“Tapi kau kan bagian dari kami juga.” Ikan mokpo terlihat sedih sekali saat berkata itu pada Henry. Cih… biar saja, hyung. Biar dia merasakan juga bagaimana repotnya menjaga yeoja itu.
“Tidak apa-apa, aku tulus kok. Sudah sana, cepat!”  Henry mendorong kami semua untuk segera pergi tanpa mengindahkannya. Kami pun akhirnya pergi HAHAHA bagus sekali, aku jadi tidak harus bersusah payah menjaganya dan sepertinya aku bisa mengandalkan Henry kalau sewaktu-waktu disuruh menjaga Yunhee lagi oleh Leeteuk hyung.
Backsong Super Junior Y & My Love, My Kiss, My Heart, Storm, Yesung – I’m Behind You, Kyuhyun – Infection
YUNHEE POV
            “Hey, is there anyone here? Lee Yunhee? Apa kau di dalam?” Samar-samar tapi pasti, aku mendengar suara… sepertinya itu Hnery. Untuk apa dia kemari?
            Aku melihat Dokter Jung yang sedang duduk di sampingku juga menoleh ke arah pintu kamarku dan mendapati Henry sudah berdiri di sana. “Hi, Henry Lau. Long time no see, huh?” Sahut Dokter Jung dengan ramahnya, apa dia mengenal Henry?
            “Hello Mrs. Tania Jung, how are you?” Balas Henry.
            “Aku baik-baik saja. Kau sendiri, Henry?”
            “I’m great!” Henry tersenyum 3 jari, lalu dia berbalik menatapku yang terbaring di kasur. “Bagaimana keadaannya, Dok?”
            “Aku baru saja selesai memeriksanya, Ny. Lee dan kandungannya sangat sehat.”
            “Itu bagus.”
            “Tumben kau yang kemari, biasanya Kyuhyun yang menemaninya.”
            “Dia dan yang lain sedang bersenang-senang sekarang, biarkan saja.”
            “Oh iya, Ny. Lee…” Kata-kata Dokter Jung menggantung, dia menatapku tajam. Mengerikan.
            “Ne?”
            “Jangan lagi makan jajangmyeon super pedas itu, Kyuhyun bilang kau terlalu sering memakan jajangmyeonnya. Hal itu kurang baik untuk kandunganmu, mengerti?”
“Eh?” Jajangmyeonnya? Aish~ rupanya namja setan itu berani bicara yang tidak-tidak pada Dokter Jung, menyebalkan.
“Makan makanan yang terlalu pedas itu berpotensi menyebabkan kelainan pada janin ibu hamil. Pintar-pintarlah memilih makanan dan seimbangkan dengan banyak mengonsumsi buah dan sayur, oke?”
“Ya, baik, Dok. Aku mengerti.” Kataku pada akhirnya.
            “Kalau begitu tugasku hari ini sudah selesai. Aku permisi dulu, ya.” Dokter Jung bangkit dari duduknya.
            “Terima kasih banyak, Dok. Sampai jumpa lagi.” Henry langsung membungkukkan badannya sampai 45°.
Henry mengantar kepergian Dokter Tania Jung, dia dokter yang sangat manis menurutku dan tentunya dia bisa menjaga rahasia. Beberapa menit kemudian, Henry sudah kembali. Dia tersenyum simpul padaku.
“Hai.” Sapanya.
“Hai.” Apa? Aku memang hanya bisa membalasnya dengan kata itu, lalu apalagi kalau bukan hai? Ck! Aku tidak suka situasi seperti ini, canggung sekali rasanya.
“Kau dengar kan apa kata Dokter Jung tadi?”
“Hem, aku tahu.” Aku sedikit memiringkan kepalaku, heran. “Kenapa kau mau saja disuruh menjagaku? Lagipula aku bisa kok sendirian.” Aku tahu, anak malang ini pasti korban taruhan oppadeul. Mereka biasa mengundi untuk menentukan siapa yang nantinya akan menjagaku, memangnya aku ini barang apa? Huh.
“Tidak ada yang menyuruhku, aku mengusulkan diriku sendiri. Memangnya kenapa? Kau tidak suka ya?”
“Ani, aku hanya merasa canggung padamu.”
“Supaya tidak canggung, kau bisa memanggilku Henry saja. Bagaimana?”
“Baiklah.”
Suasana tiba-tiba saja menjadi hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Tidak di antara kami.
“Sudah berapa bulan?” Henry akhirnya memecah kesunyian itu.
“Ne?”
“Kandunganmu, sudah berapa bulan?”
“Hampir 3 bulan.”
“Kau sudah lama tinggal di sini?”
“Lumayan, 3 minggu kurasa.” Aku tidak heran dia bertanya seperti itu, pasti Siwon oppa sudah menceritakan semuanya tentangku pada pria Chinese ini. Lalu tiiba-tiba saja sesuatu terbersit di otakku, aku menginginkan sesuatu. Ya, dari Henry. “Hey, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?”
“Apa itu?”
“Aku ingin sekali mendengar musik instrumental, bisakah kau memainkan biola—atau apa lah namanya itu untukku?”
“Ah, iya benar! Aku bisa memainkan violinku untuk bayi yang ada di perutmu itu.”
Oke, kali ini tidak ada kata canggung lagi. Sepertinya kami bisa membaur karena permainan violinnya. Dalam 5 menit, Henry kembali ke kamarku dengan violin yang sebelumnya dia ambil terlebih dahulu di dorm sebelah—dorm Super Junior. Dia memainkan beberapa lagu yang tak kukenal tapi suara yang keluar dari violinnya itu benar-benar membuatku ketagihan untuk mendengarkannya lagi, terutama bayi dalam perutku ini. Dia benar-benar pandai memainkannya.
Henry sudah memainkan lebih dari 3 lagu, dia menghela nafasnya dalam-dalam yang kurasa itu tanda-tanda dia lelah. Aku menyuruhnya untuk berhenti dan beristirahat. Setelah itu, kami banyak berbincang tentang lagu-lagu yang dia mainkan barusan, tentang violin kesayangannya, dan malah merembet ke kehidupan pribadinya. Ini cara yang ampuh dalam sebuah interaksi, eh? Kalau kau tidak bisa memulai pertemanan dengan sebuah kata-kata, kau bisa memulainya dengan musik dan aku sudah membuktikannya kalau hal itu berhasil.
“Henry!!”
Aku dan Henry terbelalak melihat seseorang sudah berdiri tepat di hadapan kami dengan nafas tersengal-sengal dan keringat yang bercucuran. Kini, kami—aku dan Henry tidak lagi berada di kamar. Kami sudah berada di ruang tengah, bukankah tidak baik kalau seorang yeoja hanya berduaan saja di kamar dengan seorang namja? Apalagi namja yang baru dikenalnya.
Dia, namja yang barusan berteriak dengan cepat menghampiri kami. Aku dan Henry saling menatap satu sama lain kemudian mengedikkan bahu bersamaan.
“Ada apa, Kyuhyun hyung?” Tanya Henry dengan wajah keheranan.
Ya, namja itu Cho Kyuhyun. Orang yang selama 3 hari belakangan ini tidak pernah mengajakku bicara, tidak ingin menatapku sedikitpun. “Aku… err…” Katanya terbata membuatku mengernyitkan dahi.
“Kenapa sih, hyung? Kau ini aneh sekali.” Henry semakin kebingungan saja, sama bingungnya denganku.
“Kau di panggil Leeteuk hyung di depan gedung apartement.” Kata Kyuhyun, akhirnya dia menjawab rasa penasaran kami.
“Di bawah maksudmu?”
“Tepat.”
“Sekarang?”
“Iya, cepat sana! Aish~” Desis Kyuhyun mulai kesal dengan pertanyaan beruntun Henry, dia mendorong Henry yang sudah berdiri beberapa detik lalu, bermaksud membuatnya untuk segera pergi ke tempat yang Kyuhyun maksud itu.
            Dan kau tahu? Henry sudah pergi. Itu berarti sekarang di tempat ini hanya ada aku dan Kyuhyun saja. Apa yang harus aku lakukan dan aku katakan nanti? Atau sekarang lebih tepatnya karena kami benar-benar saling diam. Ini tidak sama seperti saat aku merasa canggung dengan Henry, dia orang baru. Itu hal yang lumrah, tapi masalahnya yang kuhadapi sekarang adalah Kyuhyun. Kami canggung karena suatu sebab dan itu sulit sekali untuk dijelaskan.
            Aku melihat Kyuhyun menggaruk kepalanya, apa gatal? Atau cuma pura-pura gatal? Ah apa peduliku. “Kupikir kita sudah lama tidak mengobrol.” Katanya memulai pembicaraan.
            “Ya.”
            Kyuhyun masih berdiri, dia menatap ke arahku. “Kau dan bayimu sehat?”
            “Hem.” Singkatku, tak banyak kata yang keluar dari mulutku. Tidak tahu kenapa.
            “Aku… err… mengenai kejadian beberapa hari yang lalu…”
            Sudah kuduga! Dia akan membahasnya saat ini juga, ah~ eotte? “Tidak apa-apa, aku sudah melupakannya.” Apa tidak apa-apa aku mengatakan ini? Ah masa bodoh.
            “Melupakannya? Ah… itu bagus.” Katanya datar. “Aku juga sudah melupakannya tapi sepertinya aku perlu meminta maaf padamu, aku merasa telah mengulang masa lalumu. Mianhae.”
            Maaf? Jadi dia tidak menyadari perbuatannya begitu? Dan apa yang barusan dia bilang? Masa laluku? Oh, aku mengerti sekarang, dia hanya menganggapku sedangkal itu. “Ah~ aku mengerti. Kau melakukannya karena sebelumnya aku pernah melakukan itu dengan namja lain, jadi kau meminta maaf, begitu maksudmu, kan? Aku juga tidak terlalu menanggapimu, aku tahu kau hanya mau main-main saja denganku.” Demi Tuhan, aku sangat kesal padanya! Entahlah, emosiku benar-benar tidak dapat dikontrol lagi jadi kata-kata itulah yang keluar dari mulutku. Ada apa denganku sebenarnya? Kenapa aku begitu kesal mengetahui dia melakukannya hanya karena masa laluku?
            “Eh?”

KYUHYUN POV
            “Aku… err… mengenai kejadian beberapa hari yang lalu…”
            Aku mencoba menjelaskan padanya tentang kejadian beberapa hari yang lalu, aku benar-benar merasa tidak nyaman kalau diam saja dan terus menerus dalam kecanggungan jika berhadapan dengannya. Aku akan memberitahunya kalau aku…
             “Tidak apa-apa, aku sudah melupakannya”
            Mwo? Dia sudah lupa? Apa dia benar-benar tidak merasakan apapun dan dengan mudah melupakannya begitu saja? Baiklah kalau itu maumu, Lee Yunhee.
            “Melupakannya? Ah… itu bagus.” Kataku mencoba menjawab sedatar dan setenang mungkin. “Aku juga sudah melupakannya tapi sepertinya aku perlu meminta maaf padamu, aku merasa telah mengungkit sesuatu dari masalalumu. Mianhae.”
             “Ah~ aku mengerti. Kau melakukannya karena sebelumnya aku pernah melakukan itu dengan namja lain, jadi kau meminta maaf, begitu maksudmu, kan? Aku juga tidak terlalu menanggapimu, aku tahu kau hanya mau main-main saja denganku.” Paparnya.
“Eh?”
Aku melongo, kaget dengan pernyataan yeoja di hadapanku ini. Apa kata-kataku tadi menyinggung tentang masalah itu? Mau main-main dengannya dia bilang? Demi apapun, aku melakukan itu benar-benar dengan sadar dan aku sedikitpun tidak punya pikiran serendah itu padanya. Baiklah, aku menangkap bahwa dia membenciku, membenci apa yang telah kami lakukan.
“Ya, aku hanya main-main saja denganmu. Baguslah kalau kau mengerti. Sepertinya semua sudah jelas, aku tidak perlu menjelasakan apapun lagi, kan, Lee Yunhee? Aku pergi sekarang.”
Aku marah? Sudah pasti! Kesal? Tidak mungkin tidak! Apa yang dia mau sebenarnya, huh? Apa dia tidak bisa membedakan mana orang yang sadar dan tidak sadar!? Cih bodoh! Argh sudahlah! Tidak usah basa-basi lagi, aku langsung beringsut dari tempat itu dan kembali ke dormku sendiri.
Sekarang aku sudah di depan dormku dan aku baru ingat kalau yang lain belum pulang, mereka masih di tempat karaoke. Tadi itu aku sengaja membohongi Henry agar aku bisa menjelaskan semuanya pada Yunhee, tapi apa yang kudapat?  Dengan bodohnya aku kembali ke dorm, membohongi Henry. Semua itu hanya karena aku begitu mencemaskannya dan ingin bicara padanya. Lalu ini yang kudapat!? Kau benar-benar namja bodoh, Cho Kyuhyun!
“Hyung!” Aku menoleh dan mendapati Henry sudah berada di belakangku.
            “Apa!?” Bentakku, aku tidak peduli ekspresi ketakutan yang tampak di wajah Henry karena kaget melihat hyungnya ini mungkin sudah seperti macan yang akan menerkamnya. Bukan, Henry. Aku ini setan yang sedang marah.
            “Ti… tidak ada Leeteuk hyung di bawah.” Katanya tergagap.
            Aku tidak mengacuhkannya, alih-alih langsung masuk ke dalam dorm dan tiba-tiba kudengar langkah kaki lain yang datang bersamaan dengan masuknya aku ke dalam dorm. Mereka sudah pulang. Aku masih kesal, aku tidak peduli. Emosiku ini sudah tidak bisa dibendung lagi. Aku lelah, lebih baik aku tidur saja.  Baru saja aku mau masuk ke kamar, Heechul hyung sudah meneriakiku.
            “Ya!! Kyuhyun~a, kenapa kau pulang duluan? Tadi itu bukannya bersenang-senang di sana, kau malah gelisah seperti orang linglung.”
            “Hyung, kau seperti tidak tahu saja. Dia kan mencemaskan Yunhee.”
            “Ya!!!” Sial! Si monyet itu!! Kenapa harus menyebutkan nama yang saat ini bahkan tidak ingin kudengar, sih!? Aish~ sudahlah, aku sedang malas meladeni mereka saat ini.
            BRAK!!! Masa bodoh, aku masuk lalu membanting pintu kamar karena kesal. Aku langsung menghempaskan tubuhku ke ranjang, mencoba semampuku untuk memejamkan mata walau sulit sekali. Aku benar-benar tidak memedulikan suara hyungdeul yang meneriakiku dari luar dan menggedor-gedor pintu kamar. Jangan ganggu aku, hyung!
***

AUTHOR POV
            “Hyung, Yunhee benar-benar aneh hari ini.” Eunhyuk menghempaskan tubuhnya ke sofa, berharap Leeteuk yang tengah berkutat dengan PC di hadapannya itu mau merespon keluhannya saat ini.
            “Memangnya kenapa dia?” Tanya Leeteuk masih fokus ke komputernya.
            “Lihat, apa yang ada di tanganku sekarang?”
            Akhirnya Leeteuk menoleh juga, dia memutar kursinya lalu menatap sepiring kue kering yang tersanding di tanagn kanan Eunhyuk. “Kue kering? Seiapa yang membuatnya?”
            “Yunhee.”
            “Lalu apa masalahnya?”
            “Dia tdak mau main ke dorm kita, aku sudah membujuknya berkali-kali tapi dia tetap tidak mau. Bahkan saat memberi ini padaku saja dia seperti enggan untuk menatapku. Apa aku sudah berbuat salah padanya, hyung?”
            “Itu karena kau jelek!” Seru Kyuhyun, penuh penekanan pada kata jelek yang diucapkannya. Dia ikut-ikutan menghempasakan tubuhnya di samping Eunhyuk sambil mencibir sesuatu yang ditatapnya dari tangan Eunhyuk.
            “Ya!!” Bentak Eunhyk geram.
            “Mwo!?” Kyuhyun balik menatap Eunhyuk, tak kalah tajam dan tak kalah geramnya.
            “Kau mau ini?” Tanya Eunhyuk yang seketika langsung memasang wajah manisnya, pura-pura lupa dengan bentakannya tadi.
            “Ani, buat kau saja.” Kyuhyun ketus, kentara sekali dia seperti jijik melihat makanan itu.
            “Ya!! Eunhyuk~a, aku lapaaaar…” Rajuk Dongahe yang tiba-tiba datang dan menarik-narik lengan Eunhyuk seraya menatap kue kering dengan tatapan seperti orang kelaparan.
            “Kau mau?”
            “Jinjja? Boleh?”
            “Ne, ayo makan bersama-sama.” Ajak Eunhyuk.
            Leeteuk, Eunhyuk, dan Donghae melahap kue buatan Yunhee itu sambil bercengkerama di bawah lantai, sementara Kyuhyun tersenyum getir melihat mereka dari sofa yang diduduknya sekarang.
            “Henry mana?” Tanya Kyuhyun.
            Seketika semuanya berhenti dari aktifitas mereka, alih-alih menatap heran ke arah evil maknae itu. Hal yang jarang ketika Kyuhyun mulai mencemaskan orang-orang di sekitarnya terlebih lagi Henry.
            “Mwo? Ada apa dengan kalian?” Pertanyaan Kyuhyun kali ini menyadarkan kembali Leeteuk, Eunhyuk, dan Donghae dari kekagetan mereka barusan.
            “Aku melihatnya keluar tadi saat kembali dari kamar Yunhee.” Jawab Eunhyuk.
            “Mungkin ke dormnya Yunhee.” Tambah Leeteuk.
            “Ya, mereka semakin dekat saja belakangan ini.” Jelas Eunhyuk.
            “Apa Henry mulai menyukai Yunhee?” Pertanyaan Donghae sukses membuat Kyuhyun tersentak, tanpa sadar dia sudah bangkit dari tempat duduk. Mengepalkan tangannya erat-erat. Melihat itu, yang lain menjadi semakin keheranan saja.
            “Mau kemana kau?” Tanya Leeteuk melihat Kyuhyun sudah beringsut dari tempat dia berdiri tadi.
            Alih-alih menjawab pertanyaan sang leader, Kyuhyun malah terus berjalan menuju pintu. “Jangan habiskan kuenya!” Katanya berbalik sebentar sambil menunjuk ke-3 namja yang menatap Kyuhyun sudah menghilang sekarang di balik pintu.
            “Apa-apaan dia itu? Tadi dia bilang tidak mau. Ada-ada saja.” Eunhyuk menggelengkan kepalanya bingung melihat tingkah aneh si evil.
            Ting Tong Ting Tong
            Berkali-kali Kyuhyun menekan bel dorm yang Yunhee tempati namun nihil, tak ada jawaban dari interkom ataupun pintu yang terbuka. Kyu mulai berpikir apa yang sebenarnya Yunhee dan Henry lakukan di dalam tanpa mengindahkan suara bel yang bahkan tidak amu berhenti itu. Segera saja Kyuhyun menekan beberapa digit kode untuk membuka pintu menyebalkan itu, sebenarnya dia tahu password dorm Yunhee tapi karena dia masih mengenal kata sopan santun maka dia mencoba menjadi tamu normal saja sampai kesabarannya kini mulai habis.
            Setelah pintu tidak terkunci lagi, Kyuhyun langsung saja menerobos masuk tanpa permisi. Dia benar-benar tidak habis pikir, Yunhee dan Henru bahkan baru kenal beberapa hari saja tapi kenapa bisa jadi sedekat sekarang?
            “Ck!” Decaknya kesal karena tak menemukan keberadaan Yunhee ataupun Henry di ruang tengah. Di mana mereka? Apa di kamar? Cih, tidak mungkin! Pikir Kyuhyun.
            Belum sempat Kyuhyun membuka pintu kamar Yunhee, ponselnya bergetar dari saku celana yang dikenakannya. Dia melihat nama Henry tertera jelas di layar ponsel androidnya itu.
            “Ya!! Neo eodiga, huh!?” Serbu Kyuhyun langsung, kentara sekali dari nada bicaranya itu. DIA SANGAT KESAL. “MWORAGO!?”
***
YUNHEE POV
            Demi Tuhan, aku benar-benar lelah menghadapi namja bermarga Cho itu. Ini sudah lewat tiga hari (lagi) semenjak kata-katanya yang pedas—ani melainkan menyebalkan waktu itu dan dia belum juga meminta maaf ataupun menjelaskna apapun padaku. Aku memang masih sedikit berharap, setidaknya kata-katanya waktu itu tidak benar-benar diaa ucapkan karena kesengajaan, lebh tepatnya aku ingin mengetahui kalau dia mengatakannya karena gengsi atau apapun lah itu. Namun, nyatanya aku salah. Sepertinya dia benar-benar berkata sepenuhnya menggunakan akal sehatnya. Argh! Kenapa aku benar-benar benci seklai mengakui ini? Kau tahu, aku mungkin sudah gila tapi sepertinya aku mulai menyukainya. Eotteokhae?
            Sudahlah, Lee Yunhee! Lupakan itu! Setidaknya untuk saat ini. Fokuslah karena saat ini waktumu untuk refreshing! Ya, sekarang aku berada di supermarket bersama Henry, sekedar untuk menghilangkan kepenatan saja sebenarnya. Henry? Ah iya, dia benar-benar menyamar saat ini hahaha aku kasihan padanya, demi aku dia sampai rela memakai alat penyamaran yang merisihkan itu. Dia namja yang baik menurutku dan entah kenapa aku ini begtu mudah akrab dengannya. Kau tahu? Aku bahkan menceritakan semuanya pada Henry. Kisah hidupku, mantan pacarku, dan ya tentu saja Cho Kyuhyun. Kadang dia sering menertawaiku, aku saja baru sadar mulai menyukai Kyuhyun itu setelah mendengar penuturannya. Yang pasti rasanya nyaman saja mencertakan keluh kesahku pada bocah ini, dia sudah seperti adik bagiku. Eh? Padahal dia kan setahun lebih tua dariku haha habis… dia itu imut sekali sih.
            “Tadi, Eunhyuk hyung menemuimu ya?” Henry membuyarkan lamunanku.
            “He.em. dia ingin mengobrol denganku dan memaksaku terus untuk main ke dormnya. Aku benar-benar sedang tidak mood untuk mengobrol dengan siapapun sebenarnya.” Paparku yang kini sibuk menimang-nimang apel merah.
            “Kalau denganku?”
            Ah, iya! Aku bodoh sekali. Kenapa dengan Henry aku tidak bosan? Aku sendiri juga tidak tahu! “Entahlah, berbeda saja kalau denganmu. Kau sudah seperti adikku sendiri, Henry~ah.”
            “He? Aku lebih tua darimu tahu!”
            “Haha iya, aku tahu.” Kataku sambil menepuk pelan pundaknya. “Ah, kau mau beli apa?”
            “Ani, aku kan cuma mengantarmu.”
            “Kau yakin? Tidak ada sesuatu yang ingin kau beli?”
            “Umm…” Henru terlihat berpikir sejenak. “Baiklah, sepertinya aku mau beli sesuatu.”
            “Apa itu?”
            “Susu.”
            “Mwo?” Aku melongo kaget. “Huahahaha.” Tawaku langsung menggelegar tak tertahankan.
            “Ssssstttt! Pelankan sedikit tawamu. Kau membuatku malu.”
            “Kau ini lucu sekali, kau tahu?”
            “Kau sendiri yang memaksaku untuk membeli sesuatu. Ya sudah, kupilih susu saja. Ck!” kulihat dia menyesali jawabannya untuk membeli susu.
            “Ya sudah, sana!” kataku akhrnya, setelah fokus dan sekuat tenaga menahan tawaku yang sewaktu-waktu mungkin akan menggelegar lag. Ups! “Susu di sebelah sana.” Aku menunjuk stand yang menyediakan berbagai macam merk susu.
            “Araseo.” Henry dengan tampang polosnya berjalan gontai menuju stand yang kumaksud, mian Henry hahaha.
            Aku sendiri sudah puas memilih buah-buahan, banyak sekali buah yang kuambil. Ah, biar saja, ini kan saran Dokter Jung juga, lagipula aku memang suka sekali buah. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Eunhyuk oppa! Aku merasa bersalah sekali padanya, bagaimana kalau kuhadiahkan saja strawberry untuknya? Kudengar dia suka sekali strawberry. Baiklah, aku beli itu saja. Kebetulan aku belum memilih strawberry. Aku segera berjalan menuju stand srrawberry.
            Dukk! Aku mendongakkan kepalaku, ah aku bodoh sekali berjalan tanpa melihat ke depan sampai menabrak orang. “Mianhaeyo.” Kataku. “Aku tak senga…” Kata-kataku terehenti. Ya Tuhan! Namja ini…
            “Lee Yunhee?”
            Seketika aku membatu di tempatku, namja di hadapanku ini… kenapa harus sekarang? Aku bahkan sudah berusaha melupakannya dan ini hampir berhasil.
            “Lee Shin…”
***
AUTHOR POV
            Seketika Yunhee membatu melihat siapa namja yang berdiri di hadapannya sekarang. Dia namja yang hampir satu bulan ini tidak ingin Yunhee lihat lagi, sama sekali tak ingin ditemuinya. Yunhee sudah terlalu muak untuk melihatnya. Siapa lagi kalau bukan Lee Shin, mantan pacar sekaligus orang yang pernah menyakiti hati Yunhee hingga hancur berkeping-keping.
            “Kau kemana saja?” Lee Shin mencoba mencoba meraih tangan Yunhee, tapi gadis itu keburu menepisnya kasar.
            “Mau apa kau?” Ketusnya.
            “Asal kau tahu, aku kelimpungan mencarimu. Jebal… dengar penjelasanku dulu.”
            “Sudah cukup! Aku bahkan muak melihat tampangmu!”
            Yunhee lari dari tempat itu, dia tidak memedulikan panggilan Shin. Yunhee hanya mencoba menghilangkan rasa sakit yang hampir dia telan mentah-mentah. Dia sudah hampir melupakannya—tidak sudah dia lupakan sebenarnya tapi sayang sekali takdir harus mempertemukannya lagi dengan namja yang telah memporak-porandakan hatinya itu.
            Henry sedang kebingungan memilih susu apa yang akan dia beli, seharusnya tidak akan sebingung itu tapi mengetahui dia pasti akan ditertawai Yunhee lagi kalau membeli susu yang aneh-aneh maka dia sangat hat-hati sekarang. Tapi tidak sengaja, dia melihat Yunhee yang berlari melewatinya taanpa menyadari keberadaannya sama sekali di sana. Sebenarnya kenapa dia? Tanya Henry dalam hati. Tanpa perlu waktu lama untuk berfikir, dia segera menyusul Yunhee. Melihatnya keluar dari supermarket itu membuatnya benar-benar semakin cemas saja dan…
            Ckiiiiiiit!!! Duak!!! Brukk!!!
            “Lee Yunhee!!!” Sontak melihat kejadian tragis itu, Henry lansung menghambur ke arah Yunhee dan memeluknya yang bersimbah darah. Sementara mobil yang menabrak gadis malang itu segera kabur dari TKP.
“YA!!! Berhenti!!! YA!!!” Percuma. Mau berteriak sekencang apapun, si penabrak tidak akan begitu saja menghentikan laju mobilnya malah semakin mempercepatnya.
“Yunhee-ya!! Ireona!! Ya!! Ireona!!” Teriak Henry panik.
Sementara orang-orang sudah berkumpul mengelilingi mereka. Tidak tahu harus berbuat apa, Henry segera meraih ponselnya, dengan tangan bersimbah darah dan susah payah menekan nomor 9 dan langsung terhubung ke nomer Kyuhyun.
“Ya!! Neo eodiga, huh!?” Teriak Kyuhyun dari seberang. Langsung tersambung, tetapi malah makian yang Henry dapat.
“Hyung, Yunhee… dia kecelakaan.” Suara Henry terputus-putus, dia tercekat menahan air matanya sendiri.
“MWORAGO!?”
***
            “Ck! Ini akan jadi berita yang menghebohkan.” Dokter Jung menggelengkan kepalanya melihat Yunhee yang sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia langsung mengerling Henry. “Untungnya kau memakai alat penyamaran dengan baik dan segera membawa gadis ini ke rumah sakitku.”
            “Kenapa kau malah berpikir tentang medianya?”
            “Jangan munafik, kalau media tahu kalian akan berakhir. Apa tidak pernah terpikir seperti itu di benakmu, Henry?”
            “Dok!” Henry mulai kesal dipancing dengan pertanyaan yang menurutnya memang masuk akal itu. Tapi sekarang dipikirkannya hanya Yunhee, bukan dirinya sendiri. “Aku mohon hentikan. Bagaimana setelah ini?” Nada bicara Henry sedikit lebih lembut sekarang.
            “Kurasa dia akan mengalami guncangan yang hebat, malang sekali nasibnya.”
            Brakkk!!!
            Bersamaan Dokter Jung dan Henry menoleh ke arah datangnya suara itu, mereka menatap intens namja yang datang dengan terengah-engah dan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya.
            “Shit! Kenapa kau membuat rumah sakit yang bahkan liftnya tak bisa kugunakan!?”
            “Kau saja yang salah memili lift.” Jawab Dokter Jung santai sekali.
            BUGH!! Tiba-tiba Kyuhyun menghajar Henry yang seketika langsung ambruk. “Semua lift penuh, kalau kau mau tahu.” Kyuhyun sempat melirik Dokter Jung lalu sesaat kemudian dia kembali menatap geram ke arah Henry. “Dan kau…”
            “Apa yang kau lakukan!?” Dokter Jung segera menghampiri Henry.
            “Anggap saja itu hadiah karena kebodohanmu tidak bisa menjaganya.”
            “Maafkan aku, hyung.” Henry hanya bisa tertunduk lemah.
KYUHYUN POV
            Setelah mendapat telepon dari Henry, aku segera kembali ke dormku dan memberitahu hyeungdeul bahwa Yunhee kecelakaan. Mereka tampak panik saat aku memberitahu kejadian na’as itu sementara aku berangkat duluan. Sial! Dia benar-benar bodoh! Apa sulit sekali menjaga Yunhee? Seharusnya aku saja yang berada di sana dan menemaninya, setidaknya aku akan terus menjangkaunya dalam jarak pandangku dan tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi. ARGH!!! Yunhee, kumohon bertahanlah. Semoga tidak terjadi hal yang serius padanya.
            Tidak lama, aku sudah sampai di rumah sakit milik Dokter Jung. Aku langsung menuju ke kamar 119 tempat Yunhee di rawat, aku tidak mungkin bertanya pada resepsionis tentang hal ini karena nama Yunhee tidak terdaftar sebagai pasien di rumah sakit ini. Kuakui Dokter Jung sangat mahir membungkam mulutnya dan menyembunyikan keberadaan Yunhee, dia benar-benar bisa di andalkan.
            Aish~ semua lift penuh, aku kebagian lift kulihat menganggur tapi sial itu rusak. Terpaksa aku harus menaiki tangga. Bayangkan, berapa tangga yang harus kunaiki? Memikirkannya saja sudah melelahkan.
Brakkk!!! Aku sampai! Melelahkan! Sangat! Mereka, Dokter Jung dan… ya Henry menatapku yang baru saja datang dengan menggebrak pintu.
“Shit! Kenapa kau membuat rumah sakit yang bahkan liftnya tak bisa kugunakan!?” Bentakku dengan keringat bercucuran, hampir saja aku menyerah ditangga ke-118 tapi ini demi Yunhee, kan? Kurasa adil.
            “Kau saja yang salah memilih lift.” Jawab Dokter Jung. Cih… santai sekali dia. Seperti tidak ada yang terjadi.
            BUGH!! Aku mendapati Henry berdiri di samping Dokter Jung dan seketika melayangkan tinjuku ke wajahnya. Entahlah, rasanya puas sekali setelah melakukan itu. Henry langsung ambruk. “Semua lift penuh, kalau kau mau tahu.” Aku sempat melirik Dokter Jung lalu sesaat kemudian aku kembali menatap geram ke arah Henry. “Dan kau…”
            “Apa yang kau lakukan!?” Dokter Jung segera menghampiri Henry.
            “Anggap saja itu hadiah karena kebodohanmu tidak bisa menjaganya.”
            “Maafkan aku, hyung.” Kulihat Henry hanya bisa tertunduk lemah.
            Aku tidak memedulikan permintaan maafnya. Kulihat Yunhee terbaring di ranjang, raut wajahnya itu… apa dia baik-baik saja? Dia tampak sangat lemah, pucat, tapi tetap cantik dalam waktu yang bersamaan.
            “Ikut aku.” Aku langsung menarik paksa Dokter Jung keluar dari ruangan.
Ramai sekali… hyeungdeul sudah sampai rupanya. Kulihat mereka menatapku penuh tanya, aku tetap tak mengacuhkan mereka dan terus menyeret Dokter Jung ke tempat sepi.
“Katakan padaku, bagaimana keadaannya?” Sergahku langsung.
“Seperti yang kau lihat tadi, dia baik-baik saja. Mungkin 2 jam lagi dia akan sadar.”
“Bayinya?”
Dokter Jung terdiam. Jangan mengatakan apapun yang tidak ingin kudengar, emosiku sedang tidak baik sekarang. Aku bisa saja membunuh seseorang saat ini juga.
“Aku turut prihatin…” Kulihat Dokter Jung menundukkan kepalanya.
“Apa maksud perkataanmu?”
“Aku tidak bisa menyelamatkan bayinya.”
Aku terhenyak, perasaan apa ini? Sakit sekali rasanya mendengar kenyataan itu. Apa Lee Yunhee akan bertahan mendengar ini? “Jangan biarkan dia mengetahuinya.” Kataku akhirnya, sebisa mungkin aku tidak memperlihatkan amarahku—lebih tepatnya kekecewaanku.
“Ada yang lebih mengagetkan dari ini. Akan kuberitahu setelah melihat Yunhee sadar.”
“Ne?”
            Aku dan Dokter Jung bermaksud menuju ruangannya, membicarakan apa yang membuatku penasaran dengan pernyataannya tadi. Apa yang lebih mengagetkan dari pada ini? Namun, saat aku melewati kamar Yunhee… gadis itu… dia sudah berdiri di sana. Menatapku, menatap Dokter Jung juga secara bergantian. Hyeungdeul juga ada di sana, tapi tidak ada yang mengeluarkan suara. Mereka semua diam. Terlebih lagi dengan ekspresi Leeteuk hyung, dia meneteskan air matanya. Ada apa ini?
            “Yunhee-ya.” Aku meraih tangannya, tangan mungilnya yang lembut tapi juga sangat dingin. Dia bahkan tidak meresponku, yang dilakukannya hanya memandangi tanganku yang menyentuh tangannya. “Ada apa dengan kalian?” Kali ini aku meminta penjelasan hyeungdeul juga Henry. Mereka kenapa?
            Samar-samar aku mendengar Dokter Jung menghela nafasnya tapi ada kejanggalan yang kurasakan. “Sudah kuduga. Ikut aku, Kyuhyun~a.”
            Baiklah, ini semakin membingungkan. Kuputuskan mengikuti Dokter Jung ke ruangannya walaupun sebenarnya aku masih ingin menatap wajah Yunhee. Kami sampai, tak perlu basa-basi lagi aku langsung meluncurkan berbagai pertanyaan padanya.
            “Ada apa sebenarnya? Ada apa dengan Yunhee? Apa yang kau maksud dengan pernyataanmu tadi? Jelaskan padaku!” Tuntutku penuh penekanan.
            “Kurasa aku to the point saja.” Katanya seraya mengatur pernafasannya. “Dia trauma.”
            “Trauma? Itu wajar, kan? Lalu apa yang aneh?”
            “Dia tidak bisa berbicara, kau tidak lihat tadi?”
            “Mwo!?”
            “Dia tidak bisa melakukan sesuatu yang dikehendakinya, saraf motoriknya tidak merespon perintah otak dengan baik. Dia tidak bisa bicara, tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu, bahkan untuk memperlihatkan ekspresipun akan sangat sulit. Tapi sejauh ini, yang kutahu dia masih bisa berjalan dengan baik.”
            Aku tercekat mendengar semua ini. “Apa? Apa yang harus kulakukan?”
            “Kau hanya bisa menunggu. Kurasa dia akan pulih tapi itu membutuhkan waktu, bersabarlah.”
            “HYUNG!!!” Aku menoleh. Lee Hyuk Jae! Pandai sekali dia berteriak-teriak seperti itu.
            “Apa?”
            “Yunhee… Yunhee baru saja kabur.”
            “Apa yang kau katakan?”
***
            Lee Yunhee. Dimana kau? Pikiranku melayang kembali saat Eunhyuk hyung datang  ke ruangan Dokter Jung dengan panik.
“Tadi dia bermaksud ke sini, tapi entah kenapa dia pergi begitu saja. Kupikir dia mau kemana jadi aku diam saja dan menunggu tapi dia belum kembali juga sampai detik ini.”
“Kurasa dia mendengar pembicaraan kita.”
Setelah itu kami berpencar mencari Yunhee. Sebisa mungkin aku tenang dan berpikir jernih, mencoba menghadapi semua ini otak yang dingin. Aku, Cho Kyuhyun, aku berjanji akan melakukan apa saja untuk membuatnya sembuh. Membuat Yunhee-ku kembali tersenyum dan memasakkan makanan lezat lagi untukku juga hyeungdeul. Apa kau tahu Lee Yunhee? Aku juga baru menyadarinya beberapa hari yang lalu, sepertinya aku mencintaimu. Tidak, aku memang mencintaimu.
Aku sudah sangat lelah memutari komplek ini tapi tak kunjung menemukannya, tadi itu hujan lebat apa dia baik-baik saja? Dia bahkan tidak mengenakan jaket. Aku terus saja menyusuri taman yang sepi ini, tidak ada siapapun kecuali dedaunan runtuh dan jalanan yang penuh lumpur. Samar-samar kulihat sesosok wanita mengenakan pakaian serba putih berteduh di bawah pohon besar, aku tahu benar dia Yunhee yang kabur dari rumah sakit. Akhirnya… aku menemukanmu. Aku segera berlari ke arahnya dan berteriak. “Lee Yunhee!!”
YUNHEE POV
            “Lee Yunhee!!” Kudengar suara teriakan seseorang, aku sangat mengenali suara ini. Tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu padaku, dia langsung merengkuhku dalam pelukannya. Hangat. Aku tidak bisa berbuat apapun selain diam. Otakku, tubuhku, mereka sulit sekali kukendalikan. Seakan mati rasa, aku bagai manusia yang dipaksa hidup kembali setelah menghadapi kematian.
Aku tahu, sangat tahu apa yang Dokter Jung bicarakan dengan Kyuhyun di rumah sakit beberapa jam yang lalu, aku ini trauma berat katanya. Benar, aku tidak dapat melakukan apa yang kuinginkan sekarang ini dan hanya terpaku menyesali nasib. Aku mencoba lari dari tempat meninggalnya bayiku, rumah sakit itu. Setidaknya aku ingin berusaha tegar dengan melupakan semua kejadian menyakitkan itu tapi sia-sia saja.
            “Jangan menghilang lagi. Jebal… jangan membuatku gila karena mencemaskanmu. Tidakkah kau tahu bahwa aku sangat mencemaskanmu, Yunhee-ya?” Katanya parau, aku merasakan sentuhan kelembutan di puncak kepalaku. Ya, dia, Cho Kyuhyun, si namja setan ini yang mengelus puncak kepalaku.
            Aku… aku sangat ingin memberitahunya bahwa aku begitu tersiksa dengan semua ini, tapi kenapa rasanya sulit sekali? Lidahku keluh, bibirku terkatup rapat, semua anggota tubuhku tidak merespon. Apa yang harus aku lakukan? Tuhan… kumohon tolong aku.
            Kyuhyun melepas pelukannya, lantas dia menatapku lekat-lekat. Menangkupkan kedua tangannya pada pipiku seraya menghapus bulir-bulir air yang entah sejak kapan menetes keluar dari mataku.
            “Kau tidak kehujanan, kan?” Tanyanya lagi, aku masih saja diam. “Ayo, semua sudah menunggu.” Lanjutnya setelah memastikan aku tidak basah karena hujan dan baik-baik saja. Dia menuntunku masuk ke dalam mobilnya. Setelah yakin aku masuk dan duduk dengan tenang, dia pun masuk lalu duduk di sampingku memegang kemudi.
            Kyuhyun sudah bersiap menyalakan mesin tapi dia berhenti ketika melihat tingkahku yang kulakukan tanpa sadar. Aku mengangkat kedua kakiku hingga naik ke jok, menekuknya lalu memeluknya dengan kedua tanganku.
            “Kau kedinginan, ya?”
            Aku tidak menjawabnya, hanya menatapnya saja. Dia, Kyuhyun, melepas jaket hitam yang dia kenakan lalu mendekat ke arahku dan memakaikannya padaku. Menutupi bagian kaki dan tanganku yang kurasakan memang dingin. Kini, jarak wajah kami hanya tinggal sejengkal, aku bisa merasakan deru nafasnya yang teratur di wajahku.
            “Dengar…” Katanya seraya menangkupkan kembali kedua tangannya di pipiku dan menatapku lekat. “Selamat ulang tahun, Yunhee-ya.” Dia tersenyum, aku suka sekali dengan senyum khasnya itu. “Aku tahu tentang ini dari Dokter Jung, tanggal 9 Agustus, kan?”
            Aku masih diam tak menaggapinya, aku senang masih ada yang mengingat kapan aku dilahirkan ke dunia ini. Rasanya ingin sekali tersenyum dengan ikhlas seraya berucap terima kasih tapi itu mustahil. Sudah kubilang, trauma ini membuatku tak bisa berbuat sesuai kehendakku. Aku seperti zombie.
            “Aku tahu kau mendengar pembicaraanku dengan Dokter Jung, tenang saja kau akan sembuh dan mengenai kejadian beberapa hari yang lalu…” Dia terhenti saat akan melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya aku tahu kemana arah pembicaraan ini, dia akan membahas sesuatu yang membuat kami bertengkar beberapa hari yang lalu. “Aku melakukannya bukan karena menganggapmu wanita gampangan atau apa, aku melakukannya karena aku menginginkanmu. Kau membuatku tidak bisa berpikir dengan jernih, kau tahu?” Dia terkekeh kecil.
            Air mataku, dia menetes lagi tanpa bisa kucegah. “Aku tahu, sulit melewati semua ini. Aku hanya berharap kau tidak menanggungnya sendirian, berbagilah denganku. Aku… aku tidak ahli mengatakan hal ini tapi… semampuku, biarkan aku membantumu memulihkan rasa sakit dan kehilangan itu. Aku berjanji, kau akan bahagia bersamaku. Akan kupastikan itu. Aku tidak peduli dari mana asalmu, bagaimana latar belakang keluargamu, dan bagaimana masa lalumu. Yang kupedulikan hanya kau yang sekarang dan yang akan datang. Aku akan membuatmu bahagia seumur hidupmu, lebih dari yang kau bayangkan. Jadi, biarkan aku menjadi pendamping hidupmu.” Paparnya panjang lebar dengan tampang serius.
            Aku tidak salah dengar dengan apa yang baru saja dia katakan, kan? Andai kau tahu, Cho Kyuhyun, aku  terharu mendengarnya. Aku bahagia kau mengatakan hal seperti itu, sangat. Aku hanya tersenyum, sekuat tenaga aku menggerakkan bibirku dan aku hanya bisa tersenyum? Apa ini cukup? Kyuhyun terkejut melihatku yang kini bahkan bisa memperlihatkan sedikit ekspresiku, aku bisa melihat matanya yang membulat kaget.
            “Saranghae, Yunhee-ya. Sekalipun kau tidak memiliki perasaan yang sama padaku, aku akan membuatmu mencintaiku.”
            Sedetik kemudian aku bisa merasakan air mataku yang menetes lagi dan tepat saat itu juga dia sudah mencium bibirku, penuh kelembutan dan penuh perasaan. Ini tidak seperti Kyuhyun yang biasanya. Katakan padaku kalau ini bukan hanya mimpi, walau dengan keadaanku yang seperti ini, dia akan tetap mencintaiku, kan? Aku ingin sekali, sangat ingin mengatakan ini padanya Nado Saranghae, Cho Kyuhyun.
-----------------------------------------------------THE END--------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar