YUNHEE POV
“Wae?” Tanyaku melihatnya tak berpaling
juga. Aku langsung meraih tombol shower yang ada di belakang Kyuhyun,
air dari shower yang terus menerus mengguyurku ini tak akan berhenti
sebelum kumatikan sendiri karena namja bodoh ini tidak melakukan apapun
selain menatapku.
“Ani.” Kyuhyun langsung berbalik dan
keluar.
Eh? Dia kenapa? Dasar gila! Seenaknya
saja membiarkanku basah kuyup begini dan dengan kata-kata ketus lalu dia
pergi begitu saja? Aish~ jinjja.
KYUHYUN POV
Dua minggu berlalu, aku kerepotan? Tentu
saja. Kukira yeoja yang masih hamil muda tidak akan terlalu merepotkan
karena dia masih bisa melakukan apapun sendirian, tapi yang ini tidak.
Seenaknya saja dia bermanja-manja dengan hyungdeulku, minta ini lah itu
lah membuatku pusing saja. Semuanya kerepotan tapi mereka selalu saja
bersikap seperti baik-baik saja, apa mereka setulus itu pada yeoja aneh
ini?
“Yak, Lee Yunhee!!” Teriakku saat dia
meminta dibelikan Jajjangmyeon untuk ke-3 kalinya, ini sudah melampaui
batas kesabaranku.
“Ayolah… Kyuhyun-ssi, aku mohon… kau
tidak kasihan padaku, ya?” Rengeknya dan itu terdengar sangat menjijikan
di telingaku.
“Aish… aku malas! Beli saja sendiri!”
Aku kesal, Yunhee terus saja merengek sambil menarik-narik lengan
bajuku. Aku jadi tak bisa berkonsentrasi menonton film. Semakin sering
saja aku ditinggal berdua dengannya, semakin gila aku dibuatnya. Apalagi
sejak kejadian di kamar mandi itu, aku tidak bisa berpikir dengan
jernih kalau berhadapan dengannya. Aku kenapa? Tentu saja aku juga tidak
tahu tapi waktu itu dia terlihat…. Ya, kuakui dia memang manis tapi dia
bukan tipeku.
Tak ada rengekan lagi yang kudengar dari
mulutnya yang cerewet itu, aku mengerling ke arahnya dan mendapati dia
sedang menggembungkan pipinya selain itu juga manyun tidak jelas.
“Baiklah, akan aku belikan tapi dengan
satu syarat.”
Matanya langsung melebar berbinar. “Apa
itu? Asalkan tidak yang aneh-aneh ya.”
“Kuminta kau tinggal di dorm sebelah.”
“Wae?”
“Aku tidak bisa tidur kalau tidak di
kamarku sendiri dan badanku pegal-pegal karena tidur di lantai!”
“Tapi aku…”
“Aku yang akan membayar uang sewanya,
tenang saja.”
Perlahan dan dengan agak ragu dia
akhirnya mengangguk, ya aku berhasil. Selama dua minggu ini aku dan
hyungku berhasil menyembunyikannya dari media dan karena aku namja
baik-baik aku tidak mau nanti terus menerus ditinggal berdua dengannya,
lalu terpikirlah untuk menyewa kamar sebelah. Selain dia aman dari
media, hyungdeul tidak akan merasa kehilangan yeoja menyebalkan ini. Ya,
hyungdeul sepertinya sangat menyayangi Yunhee. Sungmin hyung bilang
padaku kalau Yunhee itu yeoja cantik nan imut yang diutus Tuhan untuk
membuat suasana dorm kami menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Cih…
kurasa pikirannya terlalu berlebihan, nyatanya dorm ini terasa seperti
neraka bagiku.
YUNHEE POV
Aku sudah menunggunya selama sejam
lebih, mana jajjangmyeon kesukaanku? Kenapa lama sekali, sih dia? Huh!
Walaupun kulihat Kyuhyun dingin sekali padaku, kurasa dia namja yang
baik dan—eh, tampan? Ya, seringnya ditinggal berdua dengannya membuatku
kalang kabut dengan pikiranku sendiri. Aku sering merasa jantungku tidak
berdetak dengan normal lagi setiap kali melihat tatapan tajam matanya
padaku, bukannya takut tapi aku malah terpesona dibuatnya. Aish… ingat
bayi dalam perutmu Lee Yunhee! Tapi benar juga, kenapa aku jadi sedikit
bisa melupakan Shin ya? Haha bahkan aku sudah tak peduli lagi dengannya,
mau mati ataupun hidup aku sudah tidak peduli.
“Ini.” Kyuhyun melempar bungkusan berisi
jajjangmyeon ke sofa di sampingku. Aku langsung mengambilnya dan
berlari kecil menuju dapur, sementara dia menghempaskan tubuhnya ke
sofa.
“Gomawoyo sudah capek-capek membelikan
ini untukku.” Kataku tersenyum seraya menghampirinya. Eh? Dia sudah
tidur saja, pasti dia sangat lelah. Kasihan juga.
Tanpa sadar aku terus menatapnya
dalam-dalam, wajahnya… begitu sempurna. Matanya, hidungnya, bibirnya… eh
kenapa begitu menggoda? Perlahan aku menyusuri setiap lekuk di wajahnya
dengan telunjuk kiriku, sementara tangan kananku sibuk memegang mangkuk
jajjangmyeon. Apa yang sedang aku lakukan benar-benar di luar
kendaliku. Lembut… wajah malaikatnya saat sedang tidur seperti ini
sangat lembut. Tidak seperti biasanya saat dia terus-terusan membentakku
galak.
“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya
membuatku kaget setengah mati, dia menggenggam erat tangan kiriku.
Matanya tiba-tiba saja sudah terbuka lebar, aku merasakan aura
pembunuhnya sekarang. Tuhan… tolong selamatkan aku dari setan ini.
“Jangan menatapku seperti itu, aku tidak
akan tanggung jawab jika nantinya kau menyukaiku.”
“MWORAGO!? Cih…”
Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajahku,
kini jarak kami hanya tinggal 5 cm. Aku bisa merasakan nafasnya di
wajahku, aku langsung memejamkan mataku karena takut. Aku merasakan dia
merengkuh tengkukku, sesuatu yang basah dan lembut menyentuh bibirku.
Kyuhyun memperdalam ciuman kami dan tanpa sadar aku pun membalasnya. Dia
melepaskan genggamannya dari tanganku dan aku sudah melingkarkan
tanganku itu di lehernya seakan aku tak mau lepas, itu memang benar. Apa
yang ada dalam pikiranku sebenarnya? Aku bahkan tidak menolak sama
sekali, aku ini kenapa? Ya!! Lee Yunhee kenapa kau tidak mau sadar dan
malah menikmati ini?
Dia melepas ciuman kami dan mengambil
nafas sebentar, dia meraih mangkuk jajjangmyeon dari tangan kananku dan
meletakkannya di bawah sebelum dia melanjutkan kegiatan kami lagi.
Kyuhyun mendorongku sampai jatuh terlentang di sofa, kali ini dia
melumat kasar bibirku.
“Kyuhyun~a…” Lirihku di sela-sela ciuman
kami.
“Hmmm…”
“Bayiku…”
Kyuhyun sadar posisinya sekarang akan
membahayakan nyawa yang ada di perutku, tapi dia tidak menghentikan
ciumannya malah ciuman kami semakin memanas. Kyuhyun hanya sedikit
mengangkat tubuhnya dan menahan tubuhnya itu dengan tangan kanan yang
berpegang erat pada sofa, sementara tangan kirinya berusaha melepas
kancing-kancing dressku. Ini memang dress, tapi ada 3 buah kancing
mungil yang menutupi bagian dada. Kyuhyun menggigit bibir bawahku
membuatku membuka celah untuk lidahnya masuk melilit lidahku. Dia
berhenti kemudian kini dia menjilati leherku, mengambil nafas di sana
dan melanjutkan ciumannya lagi.
“Kyuhyun~a… aku…”
“Sebentar…” Katanya seperti berbisik.
Aku mendesah pelan saat merasakan
sesuatu yang lembut menempel di telingaku, leherku, dan kini di dadaku.
Kyuhyun terus saja menjelajahi tubuhku tanpa ampun, aku seperti
terhipnotis untuk tidak mengakhiri ini semua. Aku benar-benar tidak bisa
menolaknya.
“Hah… panas sekali di luar sana.”
Aku mendengar suara pintu terbuka dan
tadi itu suara Eunhyuk oppa, bagaimana ini?! Dengan cepat Kyuhyun
berhenti lalu langsung berdiri sambil mengacak gusar rambutnya.
Sementara aku mematung di sofa dalam keadaan terlentang dengan dadaku
yang terekspos.
“Ck!” Decaknya samar-samar tapi aku
masih bisa mendengarnya dan melihat kekecewaan di wajahnya. “Cepat
betulkan pakaianmu.” Sergah Kyuhyun, sementara dia menuju dapur. Aku
segera membetulkan pakaianku dan merapikan rambutku yang sedikit
acak-acakan.
Yang bisa kulakukan hanya duduk manis
sementara Eunhyuk oppa diikuti dengan Donghae oppa berjalan ke arahku.
“Uri Yunhee… aku kangen sekali padamu.”
Eunhyuk oppa hampir saja memelukku tapi
Kyuhyun keburu datang dan meneriakinya, dia juga menendang pantat namja
malang itu. Kasihan sekali nasibmu, Eunhyuk oppa.
“Ya!! Cepat bantu dia membereskan
barang-barangnya.”
“Mwo?”
“Wae, Kyuhyun~a?” Donghae oppa menatap
heran ke Kyuhyun.
“Aku tidak mau lagi tidur di matras itu,
biarkan dia pindah di dorm sebelah.”
“Andwae!!” Sergah Eunhyuk oppa dan
langsung menatapku tajam. “Kenapa? Kau tidak betah bersama kami? Apa
Kyuhyun memperlakukanmu dengan tidak baik?”
“Aniyo, oppa. Aku hanya tidak ingin
merepotkan kalian. Lagipula elf sudah mulai curiga sepertinya, jadi
bukankah akan lebih baik kalau aku di sebelah saja? Kau juga masih bisa
melihatku.”
“Apa yang Yunhee bilang itu ada
benarnya, Eunhyuk~a.” Donghae oppa sangat mengerti sepertinya.
“Ara ara. Kau senang sekarang, Cho
Kyuhyun?” Woaa~ kenapa Eunhyuk oppa tiba-tiba jadi galak?
“Wae!?” Kyuhyun langsung melancarkan
tatapan setannya.
“Ani ani hehe.”
***
Aku duduk di sofa sambil
menikmati secangkir teh hangat dan menonton televisi, nyaman sekali
rasanya. Dorm ini sangat luas, ya tentu saja karena tak banyak barang
yang ada di sini, lagipula hanya aku seorang yang menempatinya. Betapa
leganya tidak tinggal bersama Kyuhyun si setan menyebalkan itu, aish…
aku hampir mati dibuatnya dan kejadian tiga hari yang lalu… Andwae!!
Kenapa hal itu bisa terjadi? Dan kenapa aku mau saja? Tapi… ah,
sudahlah. Lupakan! Toh dia tidak pernah menggubrisnya lagi. Semenjak
kejadian itu setiap kali kami bertemu—di dormnya saat aku main ataupun
tak sengaja berpapasan di depan pintu dorm, dia tidak pernah lagi bicara
padaku bahkan sepertinya enggan untuk menatapku. Cih… namja setan itu
benar-benar.
Aku sedang menonton perform
comeback stagenya super junior sekarang, sampai sebuah suara tiba-tiba
saja menarik perhatianku.
“Annyeong!! Hyung!!”
Suara siapa itu?
Kedengarannya suara seorang namja dari samping dormku, tapi siapa? Aku
berniat untuk melihat siapa yang berteriak tadi, begitu aku keluar dan
melihat namja itu. Eh?
“Annyeonghaseyo…” Sapaku
padanya.
Dia menatapku heran tapi
dengan sopan dia membalas, “Ah, annyeonghaseyo.”
“Nuguseyo? Cari siapa?”
“Mwo?” Dia kelihatan kaget
mendengar pertanyaanku. “Henry Lau imnida, aku mencari orang yang
tinggal di dorm ini dan eh? Kau tidak mengenalku?”
“Ani, memangnya kau siapa?”
“Err…” Dia seperti ragu untuk
menjawabnya.
“Kau salah satu member juga?”
“Ne.”
“Ah… semuanya sedang ada acara, kau bisa
menunggu kalau kau mau.”
“Eh? Kau?”
“Lee Yunhee imnida.” Kataku seraya
tersenyum padanya. “Tidak apa-apa, aku tetangga mereka. Mari masuk.” Aku
membukakan pintu dorm super junior. Ya, aku tahu passwordnya karena
diberi tahu Eunhyuk oppa. Dia bilang tidak mau melihatku kelaparan, jad
dia memberitahuku supaya aku bisa mengambil atau memasak makanan yanga
ada di kulkas haha.
“Kau tahu kunci passwordnya?”
Aku hanya tersenyum menjawab
pertanyaannya, aku tidak mungkin menjelaskan semuanya sementara dia baru
datang dan tidak tahu apa-apa. Aku melihat namja yang bernama Henry
dengan bawaannya satu koper, satu ransel, dan satu tas yang agak besar
berbentuk gitar. Eh? Itu tempat gitar atau apa ya?
“Oh, kau dari China ya? Hmm… Super
Junior M.” Pantas saja pengucapan hangulnya sedikit berantakan. Aku
manggut-manggut mendengar penjelasannya yang panjang lebar, kami duduk
bersebelahan di sofa sambil menikmati teh dan kue sekedarnya. “Aku tidak
banyak tahu tentang super junior, ya bahkan bisa dibilang tidak tahu
apa-apa.” Lanjutku dengan sedikit terkekeh malu.
“Ne, tidak apa-apa. Aku mengerti.”
Katanya sambil tersenyum lalu meminum teh yang kuhidangkan untuknya.
“Lalu kedatanganmu kemari—err…
maksudku…”
“Aku hanya ingin main, sekaligus kangen
juga dengan hyungdeul.”
“O…”
“Wae?” Tanyanya ketika mendapatiku terus
memandangi benda yang ada di sampingnya.
“Itu…”
“Ah, ini violin kesayanganku. Aku selalu
membawanya.” Jelasnya dengan mata berbinar, kulihat dia sangat antusias
menjelaskan violin itu. “Kau mau melihatku memainkannya?”
“Ne? Ah~ ne.”
AUTHOR POV
Lee Yunhee duduk manis di
sofa tepat di hadapan Henry yang sedang memperlihatkan kebolehannya
bermain violin, namja yang mengaku dari China itu dengan lihainya
memainkan salah satu lagu Super Junior M – U pada bagian sebelum rapp
(ngerti kan maksud saya? kalo enggak ya maap #slapped). Tidak bisa
dipungkiri ekpresi Yunhee sekarang saat melihatnya adalah benar-benar
ekspresi takjub, bagaimana mungkin orang berbakat seperti yang ada di
hadapannya sekarang bahkan tidak sama sekali dikenalnya? Bodoh. Pikir
Yunhee.
Klek! Terdengar suara knop
pintu yang dibuka oleh… “Henry!!” Teriak seorang namja yang sudah
menghambur memeluk Henry.
“Siwon hyung!” Serunya
setengah terkejut melihat orang yang dirindukannya sudah menghambur
saja. “Miss you so much, hyung.”
“Nado, brother.” Kata Siwon
sambil menepuk-nepuk pundak dongsaengnya itu. “Ah, Lee Yunhee kau juga
di sini rupanya.” Lanjutnya ketika melihat Yunhee yang duduk berdiam
diri bagai patung tak berguna.
“Ne, oppa. Ah, aku sebaiknya
kembali ke dormku. Permisi…” Yunhee tersenyum kemudian cepat-cepat
pergi dari tempat itu. Dia tahu keadaan akan semakin canggung jika dia
berada lebih lama di sana dan dia sangat tidak menyukai suasana seperti
itu.
“Yunhee-ya, chakkaman.”
Siwon menghentikan langkah Yunhee yang hampir mencapai pintu.
“Wae, oppa?” Yunhee berbalik
dan menatap kedua namja di depannya dalam keadaan bingung, sementara
Henry hanya tersenyum-senyum saja menatap Yunhee.
“Aku sudah menghubungi
dokter yang biasa memeriksamu, nanti sore dia akan datang. Bukankah
sudah waktunya kau memeriksakan kandunganmu itu?”
“Ye, oppa. Aku mengerti, aku
akan menunggu di dorm saja.”
“Oke.”
“Kemana yang lainnya?” Tanya
Henry beberapa detik setelah Yunhee menghilang di balik pintu.
“Masih di jalan kurasa, aku
terburu-buru ke sini karena membaca pesan darimu. Kami dari acara musik
di gedung SBS tadi.”
“Oh… Lalu yang tadi itu
siapa, hyung? Kalian begitu dekat kah?”
“Pacarnya Kyuhyun.” Celetuk
Siwon dengan tampang datar, dia malah menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Mwo!? Benarkah?”
“Hahaha tentu saja aku
bercanda, kau ini mudah sekali dibohongi.” Siwon melambai-lambaikan
tangannya, mengisyaratkan agar Henry duduk di sampingnya. “Kemari, akan
kuceritakan.”
“Ah~ aku mengerti sekarang!”
Seru Henry mendengar penjelasan panjang dari Siwon dan hanya bisa
mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Lelah sekali!!!!”
Gedubrakk! Gedubrukk! Brakk! Brukk! Itulah tanda kalau para penghuni
dorm sudah menampakkan dirinya, ya siapa lagi kalau bukan ke-9 member
super junior yang tertinggal?
“Woaaaa!! HENRY!!” Riuh,
ricuh. Semuanya meghambur menghampiri Henry. Memeluknya, mengelus-elus
kepalanya, menjitakinya, dan bahkan Kyuhyun sempat menendang kakinya.
Berbeda saja evil magnae yang satu itu, tapi sekarang dengan keberadaan
Henry dia bukanlah magnae lagi karena posisinya sudah tergantikan oleh
‘si maganae-2 Henry’.
“Hey, cepat hentikan! Kalian membuatnya
tidak bisa bernafas.” Leeteuk mencoba menghentikan aksi frontal
dongsaengnya terhadap Henry.
“Hari ini pasti menyenangkan ya, hyung?”
Henry memastikan dengan penuh senyuman kebahagiaan.
KYUHYUN POV
“Hari ini pasti menyenangkan ya, hyung?”
Tanya Henry memastikan, dia terlihat begitu gembira berada di
tengah-tengah kami.
“Tentu saja. Album ke-5 kami disambut
dengan sangat baik.” Cih, si monyet itu dengan bangganya. Aku sih merasa
biasa saja.
“Album itu laris karena ada suaraku di
dalamnya.” Celetukku yang langsung mendapat jitakan keras dari Heechul
hyung, “Aish~ sakit, hyung!”
“Kalau begitu mari kita rayakan
bersama!” Usul Shindong hyung sepertinya di sambut dengan baik oleh
hyeungdeul, mereka langsung saja mengangguk setuju.
“Bagaimana kalau tempat karaoke?” Kali
ini si Heenim yang berpendapat.
“Ide yang bagus!”
“Kajja!”
“Hey, tunggu sebentar!” Tiba-tiba saja
Siwon hyung menghentikan langkah kami yang sudah bersiap akan pergi.
“Ada apa?” Tanya Leeteuk hyung.
“Bagaimana dengan Yunhee? Aku baru saja
memanggil Dokter Jung untuk mengecek keadaannya, nanti siapa yang akan
memastikan kalau dia baik-baik saja?” Cih… kenapa kau peduli sekali
dengannya, hyung? Aku saja tidak secemas itu, eh? Aku? Untuk apa juga
aku cemas, kan?
Semua langsung diam, sepertinya mereka
sibuk berpikir siapa yang kira-kira mau dengan tugas yang sangat
membosankan ini. Jangan aku! Sudah kupastikan, aku tidak mau.
“Kyuhyun! Kau saja!” Benar, kan? Sudah
kubilang Leeteuk hyung akan menjadiakanku opsi pertamanya dalam tugas
menyebalkan ini. Bagaimana ini? Bagaimana aku nanti akan menghadapinya?
Sudah lama aku dan Yunhee tidak saling bicara, ini akan benar-benar
menyebalkan.
“SHIREO!” Bentakku langsung, yang lain
kelihatan sangat kaget. Baguslah, kuharap Leeteuk hyung mengurungkan
niatnya untuk memilihku.
“Bagaimana kalau aku saja?” Usul yang
bagus Henry, kau pintar! “Ini pesta kalian, jadi kurasa aku bisa
menjaganya. Kalian bersenang-senang saja. Lagipula menjaga wanita hamil
sepertinya menarik juga.”
Apa dia bilang? MENARIK katanya? Apa dia
pikir menjaga wanita hamil dan simpanan member suju ini hal yang
menarik baginya? Dia benar-benar sudah gila.
“Tapi kau kan bagian dari kami juga.”
Ikan mokpo terlihat sedih sekali saat berkata itu pada Henry. Cih… biar
saja, hyung. Biar dia merasakan juga bagaimana repotnya menjaga yeoja
itu.
“Tidak apa-apa, aku tulus kok. Sudah
sana, cepat!” Henry mendorong kami semua untuk segera pergi tanpa
mengindahkannya. Kami pun akhirnya pergi HAHAHA bagus sekali, aku jadi
tidak harus bersusah payah menjaganya dan sepertinya aku bisa
mengandalkan Henry kalau sewaktu-waktu disuruh menjaga Yunhee lagi oleh
Leeteuk hyung.
Backsong Super Junior Y
& My Love, My Kiss, My Heart, Storm, Yesung – I’m Behind You,
Kyuhyun – Infection
YUNHEE POV
“Hey, is there anyone here?
Lee Yunhee? Apa kau di dalam?” Samar-samar tapi pasti, aku mendengar
suara… sepertinya itu Hnery. Untuk apa dia kemari?
Aku melihat Dokter Jung yang
sedang duduk di sampingku juga menoleh ke arah pintu kamarku dan
mendapati Henry sudah berdiri di sana. “Hi, Henry Lau. Long time no see,
huh?” Sahut Dokter Jung dengan ramahnya, apa dia mengenal Henry?
“Hello Mrs. Tania Jung, how
are you?” Balas Henry.
“Aku baik-baik saja. Kau
sendiri, Henry?”
“I’m great!” Henry tersenyum
3 jari, lalu dia berbalik menatapku yang terbaring di kasur. “Bagaimana
keadaannya, Dok?”
“Aku baru saja selesai
memeriksanya, Ny. Lee dan kandungannya sangat sehat.”
“Itu bagus.”
“Tumben kau yang kemari,
biasanya Kyuhyun yang menemaninya.”
“Dia dan yang lain sedang
bersenang-senang sekarang, biarkan saja.”
“Oh iya, Ny. Lee…” Kata-kata
Dokter Jung menggantung, dia menatapku tajam. Mengerikan.
“Ne?”
“Jangan lagi makan
jajangmyeon super pedas itu, Kyuhyun bilang kau terlalu sering memakan
jajangmyeonnya. Hal itu kurang baik untuk kandunganmu, mengerti?”
“Eh?” Jajangmyeonnya? Aish~ rupanya
namja setan itu berani bicara yang tidak-tidak pada Dokter Jung,
menyebalkan.
“Makan makanan yang terlalu pedas itu
berpotensi menyebabkan kelainan pada janin ibu hamil. Pintar-pintarlah
memilih makanan dan seimbangkan dengan banyak mengonsumsi buah dan
sayur, oke?”
“Ya, baik, Dok. Aku mengerti.” Kataku
pada akhirnya.
“Kalau begitu tugasku hari
ini sudah selesai. Aku permisi dulu, ya.” Dokter Jung bangkit dari
duduknya.
“Terima kasih banyak, Dok.
Sampai jumpa lagi.” Henry langsung membungkukkan badannya sampai 45°.
Henry mengantar kepergian Dokter Tania
Jung, dia dokter yang sangat manis menurutku dan tentunya dia bisa
menjaga rahasia. Beberapa menit kemudian, Henry sudah kembali. Dia
tersenyum simpul padaku.
“Hai.” Sapanya.
“Hai.” Apa? Aku memang hanya bisa
membalasnya dengan kata itu, lalu apalagi kalau bukan hai? Ck!
Aku tidak suka situasi seperti ini, canggung sekali rasanya.
“Kau dengar kan apa kata Dokter Jung
tadi?”
“Hem, aku tahu.” Aku sedikit memiringkan
kepalaku, heran. “Kenapa kau mau saja disuruh menjagaku? Lagipula aku
bisa kok sendirian.” Aku tahu, anak malang ini pasti korban taruhan
oppadeul. Mereka biasa mengundi untuk menentukan siapa yang nantinya
akan menjagaku, memangnya aku ini barang apa? Huh.
“Tidak ada yang menyuruhku, aku
mengusulkan diriku sendiri. Memangnya kenapa? Kau tidak suka ya?”
“Ani, aku hanya merasa canggung padamu.”
“Supaya tidak canggung, kau bisa
memanggilku Henry saja. Bagaimana?”
“Baiklah.”
Suasana tiba-tiba saja menjadi hening,
tidak ada yang memulai pembicaraan. Tidak di antara kami.
“Sudah berapa bulan?” Henry akhirnya
memecah kesunyian itu.
“Ne?”
“Kandunganmu, sudah berapa bulan?”
“Hampir 3 bulan.”
“Kau sudah lama tinggal di sini?”
“Lumayan, 3 minggu kurasa.” Aku tidak
heran dia bertanya seperti itu, pasti Siwon oppa sudah menceritakan
semuanya tentangku pada pria Chinese ini. Lalu tiiba-tiba saja sesuatu
terbersit di otakku, aku menginginkan sesuatu. Ya, dari Henry. “Hey,
bolehkah aku meminta sesuatu padamu?”
“Apa itu?”
“Aku ingin sekali mendengar musik
instrumental, bisakah kau memainkan biola—atau apa lah namanya itu
untukku?”
“Ah, iya benar! Aku bisa memainkan
violinku untuk bayi yang ada di perutmu itu.”
Oke, kali ini tidak ada kata canggung
lagi. Sepertinya kami bisa membaur karena permainan violinnya. Dalam 5
menit, Henry kembali ke kamarku dengan violin yang sebelumnya dia ambil
terlebih dahulu di dorm sebelah—dorm Super Junior. Dia memainkan
beberapa lagu yang tak kukenal tapi suara yang keluar dari violinnya itu
benar-benar membuatku ketagihan untuk mendengarkannya lagi, terutama
bayi dalam perutku ini. Dia benar-benar pandai memainkannya.
Henry sudah memainkan lebih dari 3 lagu,
dia menghela nafasnya dalam-dalam yang kurasa itu tanda-tanda dia
lelah. Aku menyuruhnya untuk berhenti dan beristirahat. Setelah itu,
kami banyak berbincang tentang lagu-lagu yang dia mainkan barusan,
tentang violin kesayangannya, dan malah merembet ke kehidupan
pribadinya. Ini cara yang ampuh dalam sebuah interaksi, eh? Kalau kau
tidak bisa memulai pertemanan dengan sebuah kata-kata, kau bisa
memulainya dengan musik dan aku sudah membuktikannya kalau hal itu
berhasil.
“Henry!!”
Aku dan Henry terbelalak melihat
seseorang sudah berdiri tepat di hadapan kami dengan nafas
tersengal-sengal dan keringat yang bercucuran. Kini, kami—aku dan Henry
tidak lagi berada di kamar. Kami sudah berada di ruang tengah, bukankah
tidak baik kalau seorang yeoja hanya berduaan saja di kamar dengan
seorang namja? Apalagi namja yang baru dikenalnya.
Dia, namja yang barusan berteriak dengan
cepat menghampiri kami. Aku dan Henry saling menatap satu sama lain
kemudian mengedikkan bahu bersamaan.
“Ada apa, Kyuhyun hyung?” Tanya Henry
dengan wajah keheranan.
Ya, namja itu Cho Kyuhyun. Orang yang
selama 3 hari belakangan ini tidak pernah mengajakku bicara, tidak ingin
menatapku sedikitpun. “Aku… err…” Katanya terbata membuatku
mengernyitkan dahi.
“Kenapa sih, hyung? Kau ini aneh
sekali.” Henry semakin kebingungan saja, sama bingungnya denganku.
“Kau di panggil Leeteuk hyung di depan
gedung apartement.” Kata Kyuhyun, akhirnya dia menjawab rasa penasaran
kami.
“Di bawah maksudmu?”
“Tepat.”
“Sekarang?”
“Iya, cepat sana! Aish~” Desis Kyuhyun
mulai kesal dengan pertanyaan beruntun Henry, dia mendorong Henry yang
sudah berdiri beberapa detik lalu, bermaksud membuatnya untuk segera
pergi ke tempat yang Kyuhyun maksud itu.
Dan kau tahu? Henry sudah
pergi. Itu berarti sekarang di tempat ini hanya ada aku dan Kyuhyun
saja. Apa yang harus aku lakukan dan aku katakan nanti? Atau sekarang
lebih tepatnya karena kami benar-benar saling diam. Ini tidak sama
seperti saat aku merasa canggung dengan Henry, dia orang baru. Itu hal
yang lumrah, tapi masalahnya yang kuhadapi sekarang adalah Kyuhyun. Kami
canggung karena suatu sebab dan itu sulit sekali untuk dijelaskan.
Aku melihat Kyuhyun
menggaruk kepalanya, apa gatal? Atau cuma pura-pura gatal? Ah apa
peduliku. “Kupikir kita sudah lama tidak mengobrol.” Katanya memulai
pembicaraan.
“Ya.”
Kyuhyun masih berdiri, dia
menatap ke arahku. “Kau dan bayimu sehat?”
“Hem.” Singkatku, tak banyak
kata yang keluar dari mulutku. Tidak tahu kenapa.
“Aku… err… mengenai kejadian
beberapa hari yang lalu…”
Sudah kuduga! Dia akan
membahasnya saat ini juga, ah~ eotte? “Tidak apa-apa, aku sudah
melupakannya.” Apa tidak apa-apa aku mengatakan ini? Ah masa bodoh.
“Melupakannya? Ah… itu
bagus.” Katanya datar. “Aku juga sudah melupakannya tapi sepertinya aku
perlu meminta maaf padamu, aku merasa telah mengulang masa lalumu.
Mianhae.”
Maaf? Jadi dia tidak
menyadari perbuatannya begitu? Dan apa yang barusan dia bilang? Masa
laluku? Oh, aku mengerti sekarang, dia hanya menganggapku sedangkal itu.
“Ah~ aku mengerti. Kau melakukannya karena sebelumnya aku pernah
melakukan itu dengan namja lain, jadi kau meminta maaf, begitu maksudmu,
kan? Aku juga tidak terlalu menanggapimu, aku tahu kau hanya mau
main-main saja denganku.” Demi Tuhan, aku sangat kesal padanya!
Entahlah, emosiku benar-benar tidak dapat dikontrol lagi jadi kata-kata
itulah yang keluar dari mulutku. Ada apa denganku sebenarnya? Kenapa aku
begitu kesal mengetahui dia melakukannya hanya karena masa laluku?
“Eh?”
KYUHYUN POV
“Aku… err… mengenai kejadian
beberapa hari yang lalu…”
Aku mencoba menjelaskan
padanya tentang kejadian beberapa hari yang lalu, aku benar-benar merasa
tidak nyaman kalau diam saja dan terus menerus dalam kecanggungan jika
berhadapan dengannya. Aku akan memberitahunya kalau aku…
“Tidak apa-apa, aku sudah
melupakannya”
Mwo? Dia sudah lupa? Apa dia
benar-benar tidak merasakan apapun dan dengan mudah melupakannya begitu
saja? Baiklah kalau itu maumu, Lee Yunhee.
“Melupakannya? Ah… itu
bagus.” Kataku mencoba menjawab sedatar dan setenang mungkin. “Aku juga
sudah melupakannya tapi sepertinya aku perlu meminta maaf padamu, aku
merasa telah mengungkit sesuatu dari masalalumu. Mianhae.”
“Ah~ aku mengerti. Kau
melakukannya karena sebelumnya aku pernah melakukan itu dengan namja
lain, jadi kau meminta maaf, begitu maksudmu, kan? Aku juga tidak
terlalu menanggapimu, aku tahu kau hanya mau main-main saja denganku.”
Paparnya.
“Eh?”
Aku melongo, kaget dengan pernyataan
yeoja di hadapanku ini. Apa kata-kataku tadi menyinggung tentang masalah
itu? Mau main-main dengannya dia bilang? Demi apapun, aku melakukan itu
benar-benar dengan sadar dan aku sedikitpun tidak punya pikiran
serendah itu padanya. Baiklah, aku menangkap bahwa dia membenciku,
membenci apa yang telah kami lakukan.
“Ya, aku hanya main-main saja denganmu.
Baguslah kalau kau mengerti. Sepertinya semua sudah jelas, aku tidak
perlu menjelasakan apapun lagi, kan, Lee Yunhee? Aku pergi sekarang.”
Aku marah? Sudah pasti! Kesal? Tidak
mungkin tidak! Apa yang dia mau sebenarnya, huh? Apa dia tidak bisa
membedakan mana orang yang sadar dan tidak sadar!? Cih bodoh! Argh
sudahlah! Tidak usah basa-basi lagi, aku langsung beringsut dari tempat
itu dan kembali ke dormku sendiri.
Sekarang aku sudah di depan dormku dan
aku baru ingat kalau yang lain belum pulang, mereka masih di tempat
karaoke. Tadi itu aku sengaja membohongi Henry agar aku bisa menjelaskan
semuanya pada Yunhee, tapi apa yang kudapat? Dengan bodohnya aku
kembali ke dorm, membohongi Henry. Semua itu hanya karena aku begitu
mencemaskannya dan ingin bicara padanya. Lalu ini yang kudapat!? Kau
benar-benar namja bodoh, Cho Kyuhyun!
“Hyung!” Aku menoleh dan mendapati Henry
sudah berada di belakangku.
“Apa!?” Bentakku, aku tidak
peduli ekspresi ketakutan yang tampak di wajah Henry karena kaget
melihat hyungnya ini mungkin sudah seperti macan yang akan menerkamnya.
Bukan, Henry. Aku ini setan yang sedang marah.
“Ti… tidak ada Leeteuk hyung
di bawah.” Katanya tergagap.
Aku tidak mengacuhkannya,
alih-alih langsung masuk ke dalam dorm dan tiba-tiba kudengar langkah
kaki lain yang datang bersamaan dengan masuknya aku ke dalam dorm.
Mereka sudah pulang. Aku masih kesal, aku tidak peduli. Emosiku ini
sudah tidak bisa dibendung lagi. Aku lelah, lebih baik aku tidur saja.
Baru saja aku mau masuk ke kamar, Heechul hyung sudah meneriakiku.
“Ya!! Kyuhyun~a, kenapa kau
pulang duluan? Tadi itu bukannya bersenang-senang di sana, kau malah
gelisah seperti orang linglung.”
“Hyung, kau seperti tidak
tahu saja. Dia kan mencemaskan Yunhee.”
“Ya!!!” Sial! Si monyet
itu!! Kenapa harus menyebutkan nama yang saat ini bahkan tidak ingin
kudengar, sih!? Aish~ sudahlah, aku sedang malas meladeni mereka saat
ini.
BRAK!!! Masa bodoh, aku
masuk lalu membanting pintu kamar karena kesal. Aku langsung
menghempaskan tubuhku ke ranjang, mencoba semampuku untuk memejamkan
mata walau sulit sekali. Aku benar-benar tidak memedulikan suara
hyungdeul yang meneriakiku dari luar dan menggedor-gedor pintu kamar.
Jangan ganggu aku, hyung!
***
AUTHOR POV
“Hyung, Yunhee benar-benar
aneh hari ini.” Eunhyuk menghempaskan tubuhnya ke sofa, berharap Leeteuk
yang tengah berkutat dengan PC di hadapannya itu mau merespon
keluhannya saat ini.
“Memangnya kenapa dia?”
Tanya Leeteuk masih fokus ke komputernya.
“Lihat, apa yang ada di
tanganku sekarang?”
Akhirnya Leeteuk menoleh
juga, dia memutar kursinya lalu menatap sepiring kue kering yang
tersanding di tanagn kanan Eunhyuk. “Kue kering? Seiapa yang
membuatnya?”
“Yunhee.”
“Lalu apa masalahnya?”
“Dia tdak mau main ke dorm
kita, aku sudah membujuknya berkali-kali tapi dia tetap tidak mau.
Bahkan saat memberi ini padaku saja dia seperti enggan untuk menatapku.
Apa aku sudah berbuat salah padanya, hyung?”
“Itu karena kau jelek!” Seru
Kyuhyun, penuh penekanan pada kata jelek yang diucapkannya.
Dia ikut-ikutan menghempasakan tubuhnya di samping Eunhyuk sambil
mencibir sesuatu yang ditatapnya dari tangan Eunhyuk.
“Ya!!” Bentak Eunhyk geram.
“Mwo!?” Kyuhyun balik
menatap Eunhyuk, tak kalah tajam dan tak kalah geramnya.
“Kau mau ini?” Tanya Eunhyuk
yang seketika langsung memasang wajah manisnya, pura-pura lupa dengan
bentakannya tadi.
“Ani, buat kau saja.”
Kyuhyun ketus, kentara sekali dia seperti jijik melihat makanan itu.
“Ya!! Eunhyuk~a, aku
lapaaaar…” Rajuk Dongahe yang tiba-tiba datang dan menarik-narik lengan
Eunhyuk seraya menatap kue kering dengan tatapan seperti orang
kelaparan.
“Kau mau?”
“Jinjja? Boleh?”
“Ne, ayo makan
bersama-sama.” Ajak Eunhyuk.
Leeteuk, Eunhyuk, dan
Donghae melahap kue buatan Yunhee itu sambil bercengkerama di bawah
lantai, sementara Kyuhyun tersenyum getir melihat mereka dari sofa yang
diduduknya sekarang.
“Henry mana?” Tanya Kyuhyun.
Seketika semuanya berhenti
dari aktifitas mereka, alih-alih menatap heran ke arah evil maknae itu.
Hal yang jarang ketika Kyuhyun mulai mencemaskan orang-orang di
sekitarnya terlebih lagi Henry.
“Mwo? Ada apa dengan
kalian?” Pertanyaan Kyuhyun kali ini menyadarkan kembali Leeteuk,
Eunhyuk, dan Donghae dari kekagetan mereka barusan.
“Aku melihatnya keluar tadi
saat kembali dari kamar Yunhee.” Jawab Eunhyuk.
“Mungkin ke dormnya Yunhee.”
Tambah Leeteuk.
“Ya, mereka semakin dekat
saja belakangan ini.” Jelas Eunhyuk.
“Apa Henry mulai menyukai
Yunhee?” Pertanyaan Donghae sukses membuat Kyuhyun tersentak, tanpa
sadar dia sudah bangkit dari tempat duduk. Mengepalkan tangannya
erat-erat. Melihat itu, yang lain menjadi semakin keheranan saja.
“Mau kemana kau?” Tanya
Leeteuk melihat Kyuhyun sudah beringsut dari tempat dia berdiri tadi.
Alih-alih menjawab
pertanyaan sang leader, Kyuhyun malah terus berjalan menuju pintu.
“Jangan habiskan kuenya!” Katanya berbalik sebentar sambil menunjuk ke-3
namja yang menatap Kyuhyun sudah menghilang sekarang di balik pintu.
“Apa-apaan dia itu? Tadi dia
bilang tidak mau. Ada-ada saja.” Eunhyuk menggelengkan kepalanya
bingung melihat tingkah aneh si evil.
Ting Tong Ting Tong
Berkali-kali Kyuhyun menekan
bel dorm yang Yunhee tempati namun nihil, tak ada jawaban dari interkom
ataupun pintu yang terbuka. Kyu mulai berpikir apa yang sebenarnya
Yunhee dan Henry lakukan di dalam tanpa mengindahkan suara bel yang
bahkan tidak amu berhenti itu. Segera saja Kyuhyun menekan beberapa
digit kode untuk membuka pintu menyebalkan itu, sebenarnya dia tahu
password dorm Yunhee tapi karena dia masih mengenal kata sopan santun
maka dia mencoba menjadi tamu normal saja sampai kesabarannya kini mulai
habis.
Setelah pintu tidak terkunci
lagi, Kyuhyun langsung saja menerobos masuk tanpa permisi. Dia
benar-benar tidak habis pikir, Yunhee dan Henru bahkan baru kenal
beberapa hari saja tapi kenapa bisa jadi sedekat sekarang?
“Ck!” Decaknya kesal karena
tak menemukan keberadaan Yunhee ataupun Henry di ruang tengah. Di mana
mereka? Apa di kamar? Cih, tidak mungkin! Pikir Kyuhyun.
Belum sempat Kyuhyun membuka
pintu kamar Yunhee, ponselnya bergetar dari saku celana yang
dikenakannya. Dia melihat nama Henry tertera jelas di layar ponsel
androidnya itu.
“Ya!! Neo eodiga, huh!?”
Serbu Kyuhyun langsung, kentara sekali dari nada bicaranya itu. DIA
SANGAT KESAL. “MWORAGO!?”
***
YUNHEE POV
Demi Tuhan, aku benar-benar
lelah menghadapi namja bermarga Cho itu. Ini sudah lewat tiga hari
(lagi) semenjak kata-katanya yang pedas—ani melainkan menyebalkan waktu
itu dan dia belum juga meminta maaf ataupun menjelaskna apapun padaku.
Aku memang masih sedikit berharap, setidaknya kata-katanya waktu itu
tidak benar-benar diaa ucapkan karena kesengajaan, lebh tepatnya aku
ingin mengetahui kalau dia mengatakannya karena gengsi atau apapun lah
itu. Namun, nyatanya aku salah. Sepertinya dia benar-benar berkata
sepenuhnya menggunakan akal sehatnya. Argh! Kenapa aku benar-benar benci
seklai mengakui ini? Kau tahu, aku mungkin sudah gila tapi sepertinya
aku mulai menyukainya. Eotteokhae?
Sudahlah, Lee Yunhee!
Lupakan itu! Setidaknya untuk saat ini. Fokuslah karena saat ini waktumu
untuk refreshing! Ya, sekarang aku berada di supermarket bersama Henry,
sekedar untuk menghilangkan kepenatan saja sebenarnya. Henry? Ah iya,
dia benar-benar menyamar saat ini hahaha aku kasihan padanya, demi aku
dia sampai rela memakai alat penyamaran yang merisihkan itu. Dia namja
yang baik menurutku dan entah kenapa aku ini begtu mudah akrab
dengannya. Kau tahu? Aku bahkan menceritakan semuanya pada Henry. Kisah
hidupku, mantan pacarku, dan ya tentu saja Cho Kyuhyun. Kadang dia
sering menertawaiku, aku saja baru sadar mulai menyukai Kyuhyun itu
setelah mendengar penuturannya. Yang pasti rasanya nyaman saja
mencertakan keluh kesahku pada bocah ini, dia sudah seperti adik bagiku.
Eh? Padahal dia kan setahun lebih tua dariku haha habis… dia itu imut
sekali sih.
“Tadi, Eunhyuk hyung
menemuimu ya?” Henry membuyarkan lamunanku.
“He.em. dia ingin mengobrol
denganku dan memaksaku terus untuk main ke dormnya. Aku benar-benar
sedang tidak mood untuk mengobrol dengan siapapun sebenarnya.” Paparku
yang kini sibuk menimang-nimang apel merah.
“Kalau denganku?”
Ah, iya! Aku bodoh sekali.
Kenapa dengan Henry aku tidak bosan? Aku sendiri juga tidak tahu!
“Entahlah, berbeda saja kalau denganmu. Kau sudah seperti adikku
sendiri, Henry~ah.”
“He? Aku lebih tua darimu
tahu!”
“Haha iya, aku tahu.” Kataku
sambil menepuk pelan pundaknya. “Ah, kau mau beli apa?”
“Ani, aku kan cuma
mengantarmu.”
“Kau yakin? Tidak ada
sesuatu yang ingin kau beli?”
“Umm…” Henru terlihat
berpikir sejenak. “Baiklah, sepertinya aku mau beli sesuatu.”
“Apa itu?”
“Susu.”
“Mwo?” Aku melongo kaget.
“Huahahaha.” Tawaku langsung menggelegar tak tertahankan.
“Ssssstttt! Pelankan sedikit
tawamu. Kau membuatku malu.”
“Kau ini lucu sekali, kau
tahu?”
“Kau sendiri yang memaksaku
untuk membeli sesuatu. Ya sudah, kupilih susu saja. Ck!” kulihat dia
menyesali jawabannya untuk membeli susu.
“Ya sudah, sana!” kataku
akhrnya, setelah fokus dan sekuat tenaga menahan tawaku yang
sewaktu-waktu mungkin akan menggelegar lag. Ups! “Susu di sebelah sana.”
Aku menunjuk stand yang menyediakan berbagai macam merk susu.
“Araseo.” Henry dengan
tampang polosnya berjalan gontai menuju stand yang kumaksud, mian Henry
hahaha.
Aku sendiri sudah puas
memilih buah-buahan, banyak sekali buah yang kuambil. Ah, biar saja, ini
kan saran Dokter Jung juga, lagipula aku memang suka sekali buah.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Eunhyuk oppa! Aku merasa bersalah sekali
padanya, bagaimana kalau kuhadiahkan saja strawberry untuknya? Kudengar
dia suka sekali strawberry. Baiklah, aku beli itu saja. Kebetulan aku
belum memilih strawberry. Aku segera berjalan menuju stand srrawberry.
Dukk! Aku mendongakkan
kepalaku, ah aku bodoh sekali berjalan tanpa melihat ke depan sampai
menabrak orang. “Mianhaeyo.” Kataku. “Aku tak senga…” Kata-kataku
terehenti. Ya Tuhan! Namja ini…
“Lee Yunhee?”
Seketika aku membatu di
tempatku, namja di hadapanku ini… kenapa harus sekarang? Aku bahkan
sudah berusaha melupakannya dan ini hampir berhasil.
“Lee Shin…”
***
AUTHOR POV
Seketika Yunhee membatu
melihat siapa namja yang berdiri di hadapannya sekarang. Dia namja yang
hampir satu bulan ini tidak ingin Yunhee lihat lagi, sama sekali tak
ingin ditemuinya. Yunhee sudah terlalu muak untuk melihatnya. Siapa lagi
kalau bukan Lee Shin, mantan pacar sekaligus orang yang pernah
menyakiti hati Yunhee hingga hancur berkeping-keping.
“Kau kemana saja?” Lee Shin
mencoba mencoba meraih tangan Yunhee, tapi gadis itu keburu menepisnya
kasar.
“Mau apa kau?” Ketusnya.
“Asal kau tahu, aku
kelimpungan mencarimu. Jebal… dengar penjelasanku dulu.”
“Sudah cukup! Aku bahkan
muak melihat tampangmu!”
Yunhee lari dari tempat itu,
dia tidak memedulikan panggilan Shin. Yunhee hanya mencoba
menghilangkan rasa sakit yang hampir dia telan mentah-mentah. Dia sudah
hampir melupakannya—tidak sudah dia lupakan sebenarnya tapi sayang
sekali takdir harus mempertemukannya lagi dengan namja yang telah
memporak-porandakan hatinya itu.
Henry sedang kebingungan
memilih susu apa yang akan dia beli, seharusnya tidak akan sebingung itu
tapi mengetahui dia pasti akan ditertawai Yunhee lagi kalau membeli
susu yang aneh-aneh maka dia sangat hat-hati sekarang. Tapi tidak
sengaja, dia melihat Yunhee yang berlari melewatinya taanpa menyadari
keberadaannya sama sekali di sana. Sebenarnya kenapa dia? Tanya
Henry dalam hati. Tanpa perlu waktu lama untuk berfikir, dia segera
menyusul Yunhee. Melihatnya keluar dari supermarket itu membuatnya
benar-benar semakin cemas saja dan…
Ckiiiiiiit!!! Duak!!!
Brukk!!!
“Lee Yunhee!!!” Sontak
melihat kejadian tragis itu, Henry lansung menghambur ke arah Yunhee dan
memeluknya yang bersimbah darah. Sementara mobil yang menabrak gadis
malang itu segera kabur dari TKP.
“YA!!! Berhenti!!! YA!!!” Percuma. Mau
berteriak sekencang apapun, si penabrak tidak akan begitu saja
menghentikan laju mobilnya malah semakin mempercepatnya.
“Yunhee-ya!! Ireona!! Ya!! Ireona!!”
Teriak Henry panik.
Sementara orang-orang sudah berkumpul
mengelilingi mereka. Tidak tahu harus berbuat apa, Henry segera meraih
ponselnya, dengan tangan bersimbah darah dan susah payah menekan nomor 9
dan langsung terhubung ke nomer Kyuhyun.
“Ya!! Neo eodiga, huh!?” Teriak Kyuhyun
dari seberang. Langsung tersambung, tetapi malah makian yang Henry
dapat.
“Hyung, Yunhee… dia kecelakaan.” Suara
Henry terputus-putus, dia tercekat menahan air matanya sendiri.
“MWORAGO!?”
***
“Ck! Ini akan jadi berita
yang menghebohkan.” Dokter Jung menggelengkan kepalanya melihat Yunhee
yang sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia langsung
mengerling Henry. “Untungnya kau memakai alat penyamaran dengan baik dan
segera membawa gadis ini ke rumah sakitku.”
“Kenapa kau malah berpikir
tentang medianya?”
“Jangan munafik, kalau media
tahu kalian akan berakhir. Apa tidak pernah terpikir seperti itu di
benakmu, Henry?”
“Dok!” Henry mulai kesal
dipancing dengan pertanyaan yang menurutnya memang masuk akal itu. Tapi
sekarang dipikirkannya hanya Yunhee, bukan dirinya sendiri. “Aku mohon
hentikan. Bagaimana setelah ini?” Nada bicara Henry sedikit lebih lembut
sekarang.
“Kurasa dia akan mengalami
guncangan yang hebat, malang sekali nasibnya.”
Brakkk!!!
Bersamaan Dokter Jung dan
Henry menoleh ke arah datangnya suara itu, mereka menatap intens namja
yang datang dengan terengah-engah dan keringat yang bercucuran di
sekujur tubuhnya.
“Shit! Kenapa kau membuat
rumah sakit yang bahkan liftnya tak bisa kugunakan!?”
“Kau saja yang salah memili
lift.” Jawab Dokter Jung santai sekali.
BUGH!! Tiba-tiba Kyuhyun
menghajar Henry yang seketika langsung ambruk. “Semua lift penuh, kalau
kau mau tahu.” Kyuhyun sempat melirik Dokter Jung lalu sesaat kemudian
dia kembali menatap geram ke arah Henry. “Dan kau…”
“Apa yang kau lakukan!?”
Dokter Jung segera menghampiri Henry.
“Anggap saja itu hadiah
karena kebodohanmu tidak bisa menjaganya.”
“Maafkan aku, hyung.” Henry
hanya bisa tertunduk lemah.
KYUHYUN POV
Setelah mendapat telepon
dari Henry, aku segera kembali ke dormku dan memberitahu hyeungdeul
bahwa Yunhee kecelakaan. Mereka tampak panik saat aku memberitahu
kejadian na’as itu sementara aku berangkat duluan. Sial! Dia benar-benar
bodoh! Apa sulit sekali menjaga Yunhee? Seharusnya aku saja yang berada
di sana dan menemaninya, setidaknya aku akan terus menjangkaunya dalam
jarak pandangku dan tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi.
ARGH!!! Yunhee, kumohon bertahanlah. Semoga tidak terjadi hal yang
serius padanya.
Tidak lama, aku sudah sampai
di rumah sakit milik Dokter Jung. Aku langsung menuju ke kamar 119
tempat Yunhee di rawat, aku tidak mungkin bertanya pada resepsionis
tentang hal ini karena nama Yunhee tidak terdaftar sebagai pasien di
rumah sakit ini. Kuakui Dokter Jung sangat mahir membungkam mulutnya dan
menyembunyikan keberadaan Yunhee, dia benar-benar bisa di andalkan.
Aish~ semua lift penuh, aku
kebagian lift kulihat menganggur tapi sial itu rusak. Terpaksa aku harus
menaiki tangga. Bayangkan, berapa tangga yang harus kunaiki?
Memikirkannya saja sudah melelahkan.
Brakkk!!! Aku sampai! Melelahkan!
Sangat! Mereka, Dokter Jung dan… ya Henry menatapku yang baru saja
datang dengan menggebrak pintu.
“Shit! Kenapa kau membuat rumah sakit
yang bahkan liftnya tak bisa kugunakan!?” Bentakku dengan keringat
bercucuran, hampir saja aku menyerah ditangga ke-118 tapi ini demi
Yunhee, kan? Kurasa adil.
“Kau saja yang salah memilih
lift.” Jawab Dokter Jung. Cih… santai sekali dia. Seperti tidak ada
yang terjadi.
BUGH!! Aku mendapati Henry
berdiri di samping Dokter Jung dan seketika melayangkan tinjuku ke
wajahnya. Entahlah, rasanya puas sekali setelah melakukan itu. Henry
langsung ambruk. “Semua lift penuh, kalau kau mau tahu.” Aku sempat
melirik Dokter Jung lalu sesaat kemudian aku kembali menatap geram ke
arah Henry. “Dan kau…”
“Apa yang kau lakukan!?”
Dokter Jung segera menghampiri Henry.
“Anggap saja itu hadiah
karena kebodohanmu tidak bisa menjaganya.”
“Maafkan aku, hyung.”
Kulihat Henry hanya bisa tertunduk lemah.
Aku tidak memedulikan
permintaan maafnya. Kulihat Yunhee terbaring di ranjang, raut wajahnya
itu… apa dia baik-baik saja? Dia tampak sangat lemah, pucat, tapi tetap
cantik dalam waktu yang bersamaan.
“Ikut aku.” Aku langsung
menarik paksa Dokter Jung keluar dari ruangan.
Ramai sekali… hyeungdeul sudah sampai
rupanya. Kulihat mereka menatapku penuh tanya, aku tetap tak mengacuhkan
mereka dan terus menyeret Dokter Jung ke tempat sepi.
“Katakan padaku, bagaimana keadaannya?”
Sergahku langsung.
“Seperti yang kau lihat tadi, dia
baik-baik saja. Mungkin 2 jam lagi dia akan sadar.”
“Bayinya?”
Dokter Jung terdiam. Jangan mengatakan
apapun yang tidak ingin kudengar, emosiku sedang tidak baik sekarang.
Aku bisa saja membunuh seseorang saat ini juga.
“Aku turut prihatin…” Kulihat Dokter
Jung menundukkan kepalanya.
“Apa maksud perkataanmu?”
“Aku tidak bisa menyelamatkan bayinya.”
Aku terhenyak, perasaan apa ini? Sakit
sekali rasanya mendengar kenyataan itu. Apa Lee Yunhee akan bertahan
mendengar ini? “Jangan biarkan dia mengetahuinya.” Kataku akhirnya,
sebisa mungkin aku tidak memperlihatkan amarahku—lebih tepatnya
kekecewaanku.
“Ada yang lebih mengagetkan dari ini.
Akan kuberitahu setelah melihat Yunhee sadar.”
“Ne?”
Aku dan Dokter Jung
bermaksud menuju ruangannya, membicarakan apa yang membuatku penasaran
dengan pernyataannya tadi. Apa yang lebih mengagetkan dari pada ini?
Namun, saat aku melewati kamar Yunhee… gadis itu… dia sudah berdiri di
sana. Menatapku, menatap Dokter Jung juga secara bergantian. Hyeungdeul
juga ada di sana, tapi tidak ada yang mengeluarkan suara. Mereka semua
diam. Terlebih lagi dengan ekspresi Leeteuk hyung, dia meneteskan air
matanya. Ada apa ini?
“Yunhee-ya.” Aku meraih
tangannya, tangan mungilnya yang lembut tapi juga sangat dingin. Dia
bahkan tidak meresponku, yang dilakukannya hanya memandangi tanganku
yang menyentuh tangannya. “Ada apa dengan kalian?” Kali ini aku meminta
penjelasan hyeungdeul juga Henry. Mereka kenapa?
Samar-samar aku mendengar
Dokter Jung menghela nafasnya tapi ada kejanggalan yang kurasakan.
“Sudah kuduga. Ikut aku, Kyuhyun~a.”
Baiklah, ini semakin
membingungkan. Kuputuskan mengikuti Dokter Jung ke ruangannya walaupun
sebenarnya aku masih ingin menatap wajah Yunhee. Kami sampai, tak perlu
basa-basi lagi aku langsung meluncurkan berbagai pertanyaan padanya.
“Ada apa sebenarnya? Ada apa
dengan Yunhee? Apa yang kau maksud dengan pernyataanmu tadi? Jelaskan
padaku!” Tuntutku penuh penekanan.
“Kurasa aku to the point
saja.” Katanya seraya mengatur pernafasannya. “Dia trauma.”
“Trauma? Itu wajar, kan?
Lalu apa yang aneh?”
“Dia tidak bisa berbicara,
kau tidak lihat tadi?”
“Mwo!?”
“Dia tidak bisa melakukan
sesuatu yang dikehendakinya, saraf motoriknya tidak merespon perintah
otak dengan baik. Dia tidak bisa bicara, tidak dapat melakukan
gerakan-gerakan tertentu, bahkan untuk memperlihatkan ekspresipun akan
sangat sulit. Tapi sejauh ini, yang kutahu dia masih bisa berjalan
dengan baik.”
Aku tercekat mendengar semua
ini. “Apa? Apa yang harus kulakukan?”
“Kau hanya bisa menunggu.
Kurasa dia akan pulih tapi itu membutuhkan waktu, bersabarlah.”
“HYUNG!!!” Aku menoleh. Lee
Hyuk Jae! Pandai sekali dia berteriak-teriak seperti itu.
“Apa?”
“Yunhee… Yunhee baru saja
kabur.”
“Apa yang kau katakan?”
***
Lee Yunhee. Dimana kau?
Pikiranku melayang kembali saat Eunhyuk hyung datang ke ruangan Dokter
Jung dengan panik.
“Tadi dia bermaksud ke sini, tapi entah
kenapa dia pergi begitu saja. Kupikir dia mau kemana jadi aku diam saja
dan menunggu tapi dia belum kembali juga sampai detik ini.”
“Kurasa dia mendengar pembicaraan kita.”
Setelah itu kami berpencar mencari
Yunhee. Sebisa mungkin aku tenang dan berpikir jernih, mencoba
menghadapi semua ini otak yang dingin. Aku, Cho Kyuhyun, aku berjanji
akan melakukan apa saja untuk membuatnya sembuh. Membuat Yunhee-ku
kembali tersenyum dan memasakkan makanan lezat lagi untukku juga
hyeungdeul. Apa kau tahu Lee Yunhee? Aku juga baru menyadarinya beberapa
hari yang lalu, sepertinya aku mencintaimu. Tidak, aku memang
mencintaimu.
Aku sudah sangat lelah memutari komplek
ini tapi tak kunjung menemukannya, tadi itu hujan lebat apa dia
baik-baik saja? Dia bahkan tidak mengenakan jaket. Aku terus saja
menyusuri taman yang sepi ini, tidak ada siapapun kecuali dedaunan
runtuh dan jalanan yang penuh lumpur. Samar-samar kulihat sesosok wanita
mengenakan pakaian serba putih berteduh di bawah pohon besar, aku tahu
benar dia Yunhee yang kabur dari rumah sakit. Akhirnya… aku menemukanmu.
Aku segera berlari ke arahnya dan berteriak. “Lee Yunhee!!”
YUNHEE POV
“Lee Yunhee!!” Kudengar
suara teriakan seseorang, aku sangat mengenali suara ini. Tanpa meminta
persetujuan terlebih dahulu padaku, dia langsung merengkuhku dalam
pelukannya. Hangat. Aku tidak bisa berbuat apapun selain diam. Otakku,
tubuhku, mereka sulit sekali kukendalikan. Seakan mati rasa, aku bagai
manusia yang dipaksa hidup kembali setelah menghadapi kematian.
Aku tahu, sangat tahu apa yang Dokter
Jung bicarakan dengan Kyuhyun di rumah sakit beberapa jam yang lalu, aku
ini trauma berat katanya. Benar, aku tidak dapat melakukan apa yang
kuinginkan sekarang ini dan hanya terpaku menyesali nasib. Aku mencoba
lari dari tempat meninggalnya bayiku, rumah sakit itu. Setidaknya aku
ingin berusaha tegar dengan melupakan semua kejadian menyakitkan itu
tapi sia-sia saja.
“Jangan menghilang lagi.
Jebal… jangan membuatku gila karena mencemaskanmu. Tidakkah kau tahu
bahwa aku sangat mencemaskanmu, Yunhee-ya?” Katanya parau, aku merasakan
sentuhan kelembutan di puncak kepalaku. Ya, dia, Cho Kyuhyun, si namja
setan ini yang mengelus puncak kepalaku.
Aku… aku sangat ingin
memberitahunya bahwa aku begitu tersiksa dengan semua ini, tapi kenapa
rasanya sulit sekali? Lidahku keluh, bibirku terkatup rapat, semua
anggota tubuhku tidak merespon. Apa yang harus aku lakukan? Tuhan…
kumohon tolong aku.
Kyuhyun melepas pelukannya,
lantas dia menatapku lekat-lekat. Menangkupkan kedua tangannya pada
pipiku seraya menghapus bulir-bulir air yang entah sejak kapan menetes
keluar dari mataku.
“Kau tidak kehujanan, kan?”
Tanyanya lagi, aku masih saja diam. “Ayo, semua sudah menunggu.”
Lanjutnya setelah memastikan aku tidak basah karena hujan dan baik-baik
saja. Dia menuntunku masuk ke dalam mobilnya. Setelah yakin aku masuk
dan duduk dengan tenang, dia pun masuk lalu duduk di sampingku memegang
kemudi.
Kyuhyun sudah bersiap
menyalakan mesin tapi dia berhenti ketika melihat tingkahku yang
kulakukan tanpa sadar. Aku mengangkat kedua kakiku hingga naik ke jok,
menekuknya lalu memeluknya dengan kedua tanganku.
“Kau kedinginan, ya?”
Aku tidak menjawabnya, hanya
menatapnya saja. Dia, Kyuhyun, melepas jaket hitam yang dia kenakan
lalu mendekat ke arahku dan memakaikannya padaku. Menutupi bagian kaki
dan tanganku yang kurasakan memang dingin. Kini, jarak wajah kami hanya
tinggal sejengkal, aku bisa merasakan deru nafasnya yang teratur di
wajahku.
“Dengar…” Katanya seraya
menangkupkan kembali kedua tangannya di pipiku dan menatapku lekat.
“Selamat ulang tahun, Yunhee-ya.” Dia tersenyum, aku suka sekali dengan
senyum khasnya itu. “Aku tahu tentang ini dari Dokter Jung, tanggal 9
Agustus, kan?”
Aku masih diam tak
menaggapinya, aku senang masih ada yang mengingat kapan aku dilahirkan
ke dunia ini. Rasanya ingin sekali tersenyum dengan ikhlas seraya
berucap terima kasih tapi itu mustahil. Sudah kubilang, trauma ini
membuatku tak bisa berbuat sesuai kehendakku. Aku seperti zombie.
“Aku tahu kau mendengar
pembicaraanku dengan Dokter Jung, tenang saja kau akan sembuh dan
mengenai kejadian beberapa hari yang lalu…” Dia terhenti saat akan
melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya aku tahu kemana arah pembicaraan
ini, dia akan membahas sesuatu yang membuat kami bertengkar beberapa
hari yang lalu. “Aku melakukannya bukan karena menganggapmu wanita
gampangan atau apa, aku melakukannya karena aku menginginkanmu. Kau
membuatku tidak bisa berpikir dengan jernih, kau tahu?” Dia terkekeh
kecil.
Air mataku, dia menetes lagi
tanpa bisa kucegah. “Aku tahu, sulit melewati semua ini. Aku hanya
berharap kau tidak menanggungnya sendirian, berbagilah denganku. Aku…
aku tidak ahli mengatakan hal ini tapi… semampuku, biarkan aku
membantumu memulihkan rasa sakit dan kehilangan itu. Aku berjanji, kau
akan bahagia bersamaku. Akan kupastikan itu. Aku tidak peduli dari mana
asalmu, bagaimana latar belakang keluargamu, dan bagaimana masa lalumu.
Yang kupedulikan hanya kau yang sekarang dan yang akan datang. Aku akan
membuatmu bahagia seumur hidupmu, lebih dari yang kau bayangkan. Jadi,
biarkan aku menjadi pendamping hidupmu.” Paparnya panjang lebar dengan
tampang serius.
Aku tidak salah dengar
dengan apa yang baru saja dia katakan, kan? Andai kau tahu, Cho Kyuhyun,
aku terharu mendengarnya. Aku bahagia kau mengatakan hal seperti itu,
sangat. Aku hanya tersenyum, sekuat tenaga aku menggerakkan bibirku dan
aku hanya bisa tersenyum? Apa ini cukup? Kyuhyun terkejut melihatku yang
kini bahkan bisa memperlihatkan sedikit ekspresiku, aku bisa melihat
matanya yang membulat kaget.
“Saranghae, Yunhee-ya.
Sekalipun kau tidak memiliki perasaan yang sama padaku, aku akan
membuatmu mencintaiku.”
Sedetik kemudian aku bisa
merasakan air mataku yang menetes lagi dan tepat saat itu juga dia sudah
mencium bibirku, penuh kelembutan dan penuh perasaan. Ini tidak seperti
Kyuhyun yang biasanya. Katakan padaku kalau ini bukan hanya mimpi,
walau dengan keadaanku yang seperti ini, dia akan tetap mencintaiku,
kan? Aku ingin sekali, sangat ingin mengatakan ini padanya Nado
Saranghae, Cho Kyuhyun.
-----------------------------------------------------THE END--------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------THE END--------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar